• Homepage
  • PORTOFOLIO (BOOKS)
  • About Me
Was ist los, Une?
"Sudah lama nggak naik gunung, naik bukit pun jadi.
Trekking tidak terlalu berat, hanya sepuluh menit menuju puncak, dan tidak dipungut biaya apapun."

Oke, mulai bulan Februari pertengahan, aku dan Mila mulai merencanakan jalan-jalan yang padat. Disamping OJT berbasis proyek berjalan sambil mengerjakan laporan akhir dan proyek inovasi yang ruwet, OJT berbasis jalan-jalan men juga wajib ain dijalankan, tak peduli kemanapun destinasinya, dekat rumah atau jauh, yang penting jalan-jalan !
Sore itu, hari Selasa 25 Februari 2014 sepulang dari jam kerja, bapak kost gaul mengajakku ke bukit cinta. Aku yang kakinya nggak bisa diam dan udah gatelan dari dulu langsung mengiyakan. Sudah lama nggak dibuat nanjak nih, pantesan aku makin gendutan rasanya -_-
Puncak !
Jarak dari kantor menuju "pos pendakian" bukit cinta adalah 5 menit. Waktu daki sekitar 10 menit. Lumayan ngos-ngosan, tapi nggak bikin kram besoknya. 
Pulang kantor (masih pake ID card PLN)
Pendakian bukit
Perjuangan mendaki bukit cinta? Enteng bro, medannya mudah !
Untuk asal-usul nama bukit cinta? Aku kurang tahu, mungkin sih, kalau menurutku siapa saja orang yang mendaki bukit cinta, bakalan merasakan jatuh cinta setengah mati dengan Labuan Bajo. Karena apa? Masa? Iya ! Karena dari puncak bukit cinta ini kamu bisa melihat dengan jelas kota Labuan Bajo, mulai dari Pantai Pede, Pelabuhan, Pantai Wae Cicu, Pulau Seraya, Pulau Bajo, Bidadari dan kota-kota dibawah sana. Aku rekomendasikan kalau ke bukit ini sore, sebelum matahari tenggelam. Pemandanganya luar biasa. #jangan lupa bawa kamera
Kita berempat duduk di puncak bukit, mengambil foto dengan angle terbaik, oh ya, kami kesana sekitar pukul 17.00 WITA, tetapi matahari masih tinggi, sekitar 18.30 WITA matahari mulai menghilang perlahan lahan, dan membagikan lembayung senjanya pada mega yang menggumpal dan menggantung di langit sore itu.
Surya tenggelam

Dengan latar belakang pemandangan super
Menatap pemandangan dari atas bukit cinta dengan semburat jingga, Subhanallah indah :)

Bagi teman-teman yang hendak mengunjungi Bukit ini, jangan lupa membawa jaket, karena angin sore cukup kencang, bagi yang tidak tahan bisa flu :P
Tapi ada satu kesalahan yang kami lakukan : Trekking tanpa membawa air minum setetes pun! Woooohooo...tenggorokan kering bro -_- Jangan ditiru tanpa keahlian yang khusus ya !
0
Share
Anak kos dodol berulah lagi, setelah puas ngerjain bapak kost dengan memasukkan tokek raksasa berbintil pink kedalam kamarnya, aku (Une), Reza dan Mila melarikan diri ke Mediterraneo, meninggalkan bapak kost gaul yang ngambek dan teriak-teriak kesetanan. 
Dari kiri ke kanan : Mila, aku (Une), Reza
Aku dari dulu emang ngidam berat sama Mediterraneo, restoran khas Italia. Kebetulan di kantor aku sudah mencari informasi tentang masakan Italia, karena ngiler dan untuk menuntaskan rasa itu, aku dan Mila sepakat malam itu ke Mediterraneo, walaupun agak mahalan dikit. Menurut promosi, kokinya asli orang Italia, jadi mahal dikit nggak apa-apalah, wajar! #mumpung punya duit nih
Neon box yang tampak dari jalan
Restoran Mediterraneo terletak di jalan Soekarno Hatta, Labuan Bajo sebelah kanan jalan (karena jalan hanya satu arah). Lokasinya mudah ditemukan karena neon box nya gede, dasarnya putih, dengan tulisan Mediterraneo dan lambang bunga yang khas, dimana kelopaknya berupa sendok, pisau dan garpu. Untuk interiornya sip banget, klasik khas negeri Mediterania, asyik buat nongkrong !
 
Atmosfer romantis khas Mediterraneo
 Jam buka Mediterraneo : Untuk pagi pukul 07.30 WITA hingga malam, sekitar 00.00 WITA (tergantung jumlah pengunjung juga sih)
Kami mulai pilih menu, sebenarnya aku ingin Lasagna, sudah lama nggak makan Lasagna, sayang nggak tersedia, jadinya aku pesan Fettucine Bosca with Mushroom dengan Cappucino, dan temanku pesan Beef Pizza dan Carpaccio Polipo (Ini daging gurita mentah diiris tipis, tapi rasanya enak banget). Harga sekitar IDR 50000-IDR 80000.
Fettucine Bosca
Carpaccio Polipo


Cappucino
Menu makan malam ini :)
Pelayanan juga cukup memuaskan. Penyajian cepat, ramah, masakan enak. Sebelum makanan disajikan kami diberi roti bulet-bulet kayak pia rasanya asin dengan saus kecap asin dicampur dengan minyak zaitun untuk ganjal perut sementara. Enak banget :3
Pia pengganjal perut sementara, kalau dipikir mirip Kompiang dari Ruteng -_-

Sekitar sepuluh menit pesanan datang, aku terkejut banget! Porsinya dikit, cuma satu kepal, hahaha! Untuk estetika makanan memang cantik, tapi porsi segini sekali lahap juga habis! Nggak kenyang ! #Padahal sudah kosongin perut tuh -____-
Hmmm.....tapi siapa sangka. Makanannya punya nilai kalori tinggi. Setengah piring fettucini sudah kulahap sudah terasa kenyang sekali, padahal fettucini-nya rasanya enak, nggak bikin eneg, sausnya lumer di mulut. Tapi, kalau enak kenapa malah cepat kenyang ya?
Jadilah, kami makan, sembari ngobrol menikmati suasana pelabuhan, angin sepoi-sepoi, diselingi dengan percakapan bule yang asyik dengan bahasanya sendiri (saat itu hanya kami bertiga pembeli pribumi)
Malam merambat pelan, ternyata sudah pukul 22.00 WITA. Waktunya pulang, besok harus kembali bekerja, bekerja, bekerja !
2
Share
Minggu sore datang lagi, lagi, dan lagi-lagi aku bosan. Seharian tidur konyol, bisa mati bosan secara konyol. Tapi muncul juga ide konyolku sore itu, yaitu beli topi pantai! Woooow !
Jadilah aku beli topi pantai di jalan Soekarno Hatta. Awalnya seharga tujuh puluh ribu, bisa ditawar jadi lima puluh lho !
Pake topi baru :3
Setelah beli topi, muncul ide jalan-jalan ke Pantai Pede, lokasinya nggak jau dari rumah, cuma 5 menit naik motor. Lokasinya di jalan Pede, disekitarnya banyak hotel berbintang, mulai dari La Prima, Bintang Flores, dan Luwansa Beach Resort.
Untuk suasana sekitar pantai, kotor banget. Memang pengunjung ramai, banyak yang bakar ikan di tepi pantai yang berpasir putih itu, tapi sampah mereka buang sembarangan, jadi kondisi pantai yang sempat menjadi tempat acara puncak Sail Komodo itu kumuh, sampah plastik berserakan dimana-mana, air juga keruh, sayang sekali ! Aku merasa malu, ada beberapa wisatawan asing melintas disekitar situ, sambil menatap sendu kondisi Pantai Pede, Aduh !
Cari lokasi foto yang bersih pasirnya...



Tapi, pantai ini tetap menjadi favorit masyarakat sekitar, ada beberapa pohon tumbang ditepi pantai dapat dijadikan spot foto yang menarik !
0
Share
Pulang kantor, sengaja memilih jalan yang berbeda. Melewati Puncak Waringin untuk mendapatkan view sore yang cerah, aku paling suka menatap langit sore di Labuan Bajo, terlebih lagi kalau cuaca cerah seperti sore ini.
Tak terasa, ini sudah memasuki minggu terakhir Februari, ini berarti menandakan bahwa waktuku berada di Labuan Bajo makin sebentar, bayangkan! Pertengahan Maret kami harus menuju ke Kupang untuk evaluasi akhir dan penutupan OJT.
Sore itu, aku mulai menghitung detik terakhirku di Labuan Bajo...
Selesai OJT? Tentu saja gembira, senang, kepulangan ke tanah Jawa makin dekat, akan tetapi perasaan sedih masih tetap ada, meninggalkan Labuan Bajo dan matahari tenggelam supernya, melihat bagaimana laut menelan matahari hidup-hidup.
Rindu sekali dengan suasana seperti ini, kehangatan orangnya, kekeluargaan antar pegawai, dan semuanya membuaku ingin kembali lagi. 
Gambar diambil di sebelah losmen Matahari, Jalan Soekarno Hatta. Pakai Kamera pocket biasa !
#Sebenarnya gambar diatas hanyalah pengaruh pengaturan kamera, kalau dilihat sebenarnya tidak seperti itu, biasa saja. Semburatnya juga tidak wow !

Tapi, boleh kan suatu saat aku kembali lagi? Heheh :3
0
Share
Sepulang dari Kelimutu, kami pada teler kelaparan, tapi Om Aaron menawarkan untuk berkunjung ke situs Bung Karno. Setelah makan siang di warung Abah Turi, kami langsung menuju ke situs pengasingan Bung Karno di Ende. Berjarak sekitar 1 km dari pusat kota, dan bayarnya GRATIS.

Didepan Rumah Bung Karno
Menurut penjaga situs, tempat ini keramat, kalau orang yang memiliki kemampuan sixth sense, maka dia dapat ‘melihat’ Bung Karno. Wah, aku cukup punya fifth sense aja.
Batu yang lucu
Suasana di situs sepi, dan pekarangannya dipenuhi oleh batu bulat  pipih, warna putih dan biru. Lucu banget :3
Disana terdapat barang-barang peninggalan Bung Karno, seperti setrika arang, piring, tempat tidur, akta cerai, ceret minum, dan yang paling menyita perhatianku adalah “Biola peninggalan Bung Karno”. Biolanya udah rapuh termakan waktu, tapi aku bangga juga, aku juga bisa biola lo, seperti orang-orang hebat di Indonesia, Bung Karno, dan WR Soepratman.
Biola Peninggalan Bung Karno
Setelah puas, Om Aaron yang baik hati mengantarkan kami ke taman Bung Karno. Seperti biasalah, kami foto disana dan melihat pohon sukun lima cabang, yang katanya melambangkan Pancasila. Disinilah tempat Bung Karno merenungkan Pancasila.
Pohon Sukun 5 Cabang
Foto didepan patung Bung Karno

Sudah menunjukkan pukul 13.00. Kami bergegas sholat di masjid terbesar di Ende, beli oleh-oleh dan menuju Bandara Aroeboesman. Labuan Bajo, kami kembali !
Aku dan Garuda Explore

Selamat Datang di Dunia Komodo ! Yeah !
Mengunjungi Kota Ende :
1. Naik pesawat menuju ke Kupang (KOE - El Tari)
2. Dari Kupang naik pesawat baling-baling  ke Ende (ENE - Bandara H.H Aroeboesman) 
3. Cari penginapan, dan rental mobil seharian. Harga tawar menawar ya :)

2
Share
12 Februari 2014
Tiket sudah berada ditangan. Tiga tiket untuk perjalanan menuju Kupang-Ende-Labuan Bajo. Dalam acara apa? tentu saja jalan-jalan men, buat apa aku terbang jauh menuju NTT kalau bukan buat jalan-jalan? Buat OJT? Aahhh...itu kan hanya sampingan bro ! Wakakakak.... XD
Sebenarnya, perjalanan menuju ke Kupang adalah acara Evaluasi tahap pertama OJT, dan yang aku pikirkan selama perjalanan adalah Kelimutu, Kelimutu, dan Kelimutu. Mana pernah aku pikir evaluasi, cara persentasi, haha, payah deh. Mumpung ada kesempatan ke Kupang, bisa mampir ke Ende dulu pulangnya, sekalian keliling disana. Selisih tiket pun hanya seratus ribu kalau mampir dulu di Ende dibandingkan langsung ke Labuan, aaah....tancap lah! Masih muda gini!
Wings Air yang membawaku ke Kupang lepas landas, seperti biasa, kepalaku menjulur ke jendela untuk lihat pemandangan (kali ini aku nggak didekat jendela, sediiiih)

13-14 Februari 2014
Kupang, evaluasi. Banyak koreksi yang terjadi disana. Tapi untunglah kelompokku lancar menjawabnya. Selama di Kupang aku sempat beli youghurt dan Mokko donut di Hypermart depan Kantor Wilayah PLN NTT. Yang paling bikin galau adalah hujan. Kupang hujan deras setiap hari. Uh, bagaimana kalau nanti ke Kelimutu hujan deras? Nangislah aku. Duit udah habis banyak gini #walaupun dapat SPPD sih
Sepanjang hari aku berdoa terus-terusan, moga nggak hujan. Ya Allah, aku mohon.

15 Februari 2014
Gemericik air masih terdengar di atap penginapan. Langit yang menangis membuatku hampir nangis juga. Kabar dari temen di Ende, Ende hujan sedang. Pikiranku tentang Kelimutu hampir musnah. Benar juga, kalau aku mau naik gunung selalu aja ada hambatan. Ah, sudahlah, yang penting itu doa, semoga rencanaku berjalan dengan lancar di Ende. Hari ini take off ke Ende pukul 5.30 WITA. Safe flight and happy vacation, i hope.
Bandara Aroeboesman, aku bertemu denganmu kembali, bertemu dengan Gunung Meja, dan langit kelabu yang membuat hatiku kelabu. Kami semua bingung, biasanya ada yang menyambut kami di bandara, sekarang sudah tidak ada lagi. Yeah, ini baru liburan. Kami segera mencari taxi dan penginapan, untuk segera beristirahat, persiapan untuk naik gunung Kelimutu !
Oh ya, untuk transport ke Kelimutu, kami dapat rental mobil Kijang Innova plus sopirnya, Rp 500.000,00. Murah banget. Awalnya enam ratus, tapi berkat rayuan kami dengan muka memelas karena bokek tokek, maka dapetlah seharga limaratus ribu, sumpah, om-nya baik banget walaupun sangar gitu mukanya, haha. Namanya om Aaron. Cara bicaranya halus dan nyopirnya enak banget.
Di Ende  banyak muslimnya. Jadi aku merasa nyaman disini. Terus lebih rame dan lengkap daripada Labuan Bajo, banyak supermarket dan Masjid. 
Untuk penginapan, kami nginap di Syifa, semalam 198 ribu buat tiga orang, udah ada AC-nya. Lumayan banget, walaupun semalam tidurnya kayak pindang.
Bagaimana kabar hujan? Dari sore sampai malam Ende hujan saudara-saudara! Galau sekali rasanya, nggak bisa bayangin, nanjak dalam hujan dan petir. Doa dipanjatkan tiada henti, semoga nggak hujan.

16 Februari 2014
Jam setengah tiga, aku terbangun. Persiapan ke Kelimutu. Harus dilakukan pagi-pagi banget biar danaunya nggak tertutup kabut. Syukurlah, hujan sudah berhenti total. Langit cerah. Aku bersyukur sekali. Terima kasih Allah.
Jam setengah empat, kami berangkat menuju desa Moni, sekitar dua jam (66 km) dari pusat kota Ende, sekalian check out dan langsung menuju ke bandara untuk pulang ke Labuan. Sengaja kami berangkat pagi agar nggak ketinggalan momen sunrise. Sudah jauh berjalan, masa meninggalkan momen sunrise? Ini naik gunung meeeen !
Perjalanan menuju desa Moni, menanjak dan berkelok-kelok dahsyat. Di pinggirnya jurang, tebing, sungai dan air terjun, mirip seperti keadaan kampungku. Untunglah om Aaron nyopirnya halus, jadi kami bisa tenang tidur. Sayangnya temenku yang cowok, 2 orang mabok semua. Muntah-muntah di pinggir jalan.
Murah ?
Sampailah kami di desa Moni. Hawanya adem, sejuk kayak di Bromo suasananya. Temenku segera bayar tiket masuk, per-orang 2500 rupiah. Murah bangeeeeet ! Untuk parkir mobil enam ribu rupiah. Setelah itu, tinggal jalan menuju puncak, sekitar 15 menit dari parkiran, naik tangga, dan jangan khawatir capek kayak naik gunung pada umumnya. Aku kagum sekali dengan Taman Nasional Gunung Kelimutu, tiket masuk murah dan tempat wisatanya bersih, terawat pula. Salut banget deh ! 
Jangan lupa bawa jaket kalo kesini, dingin dan anginnya kenceng. Sepanjang jalan kami bertemu dengan monyet gunung dan vegetasi khas cemara gunung, disertai dengan angin menderu, mirip seperti fenomena angin kereta di Cemoro Kandang, Semeru.
Pendekar dadakan dari kawah Kelimutu
Siswa OJT Labuan Bajo
Tugu Triangulasi
Akhirnya kami sampai puncak, sunrisenya indah ! Menyembul malu dari balik dinding danau. Beberapa pengunjung berebut mengabadikannya, para penjaja makanan tersenyum simpul. Di puncak Kelimutu terdapat tugu triangulasi atau view point. Horeee...akhirnya aku naik gunung lagi !
Naik gunung ! Gaya dengan topi jaman kopassus
KELIMUTU! BAGUS BANGET DEH
Karena dingin dan lapar, aku segera membeli pop mie dan teh jahe anget, mantaplah dengan pemandangan kayak gini. Kami sangat beruntung banget, cuaca cerah, langit biru terang, padahal semalam hujan deras. Alhamdulillah, give thanks to Allah.
Minum teh jahe dengan pemandangan super !
Danau arwah orang tua, warna hitam.
Danaunya saat itu ada 3 warna, hijau, biru, dan hitam. Katanya kalau warna biru itu tempat berkumpulnya arwah muda-mudi, kalau hijau tempat arwah suwanggi atau roh jahat, dan warna hitam tempat berkumpulnya arwah orang tua, itu menurut mitos yang berkembang disana. Katanya bapak-bapak penjual makanan, ada juga yang sempat bunuh diri di danau Kelimutu. GILA !
Turun gunung
Puas berfoto, kami turun gunung. Seneng banget dengan trip kali ini, walaupun sedikit nguras tabungan, tapi perjuangan emang dibutuhkan demi kesempatan langka bung :)
0
Share
Newer Posts Older Posts Home

AUTHOR

AUTHOR
Seorang wanita yang seperti kera sakti : Tak pernah berhenti, bertindak sesuka hati dan hanya hukuman yang dapat menghentikannya.

Labels

Berkeluarga INFLIGHT ITALY JAWA TENGAH Jambi KALIMANTAN TIMUR KUTAI TIMUR Lumajang NETHERLAND NUSA TENGGARA BARAT NUSA TENGGARA TIMUR Perancis SULAWESI SELATAN SUMATERA BARAT Sulawesi Utara Yogyakarta deutschland jakarta jawa barat jawa timur kalimantan selatan rusia

Popular Posts

  • ABOUT ME | ÜBER MICH
    "Allah menciptakanku saat sedang tersenyum, begitu pula ibu melahirkanku dengan senyum pula." Terlahir di Surabaya, 20 Juni ...
  • Berbagi Pengalaman Ketika Aku Joinan Tes D3 ITS-PLN
    Oy...sebelumya si Une minta maaf dulu, fotonya dibuat kayak hantu biar gak ada pemalsuan identitas, penghubungan alamat, walaupun aku pun...
  • Merindukan Otot Lelah dan Bau Hutan : Puncak Batu Putih, Kaliorang
    Alasan yang paling kuat untuk menjelajah Kutai Timur sebenarnya sederhana : Pandemi COVID-19. Yang awalnya memiliki rencana untuk terbang ke...
  • Deutschland für Anfänger (Pameran Jerman Untuk Pemula)
    Guten tag Leute :) Sebenarnya jujur, kejadian ini udah berlangsung sekitar sebulan yang lalu, tetapi nggak sempat ceritanya karena bentro...
  • #1 Babak Kedua Gunung Gergaji : Mengulang Pengembaraan di Barisan Karst Sangkulirang-Mangkalihat
     "Maaf ya, jika pesanmu baru bisa aku balas kira-kira hari Jumat."  Sejenak aku mengetik pesan terakhir padamu sebelum melanjutkan...
  • Asyiknya Bebas Beraktivitas Seharian Tanpa Kacamata dan Lensa Kontak ! (Pengalaman Lepas Kacamata Tanpa Bedah Refraktif)
    Apakah si Une ikut-ikutan bedah refraktif seperti lasik atau relex smile? Hm, sebenarnya itu masuk ke dalam daftar keinginanku karena memang...

INSTAGRAM : @FRAUNESIA

Copyright © 2015 Was ist los, Une?

Created By ThemeXpose