Asyiknya Bebas Beraktivitas Seharian Tanpa Kacamata dan Lensa Kontak ! (Pengalaman Lepas Kacamata Tanpa Bedah Refraktif)

Apakah si Une ikut-ikutan bedah refraktif seperti lasik atau relex smile? Hm, sebenarnya itu masuk ke dalam daftar keinginanku karena memang dalam menentukan suatu impian pasti sudah kupersiapkan secara mental, finansial dan dampaknya. Namun karena mimpi itu baru muncul saat hendak menikah, jadinya aku ijinnya ke calon suamiku, dikira mengijinkan, eh ternyata enggak !

"Aku khawatir matamu kenapa-napa sayang," jawabnya saat itu.

"Uuuh...kan itu aman sayang, lagipula ada metode terbaru yang waktu operasi dan penyembuhannya lebih cepat !" rengekku membuatnya terdiam.

"Iya, tapi pasca itu juga ada obat-obatan yang digunakan, aku takut efek sampingnya..."

"Tapi...tapi aku kan suka gowes, kalau gowes pake kacamata sering melorot. Kalo kehujanan ngembun dan buram. Apalagi kalau pas masuk hutan..."

"Pakai kacamata aja biar lebih aman ya,"

Betapa sayangnya dia padaku, #eaaa ya walaupun sejauh ini presentase kepuasan terhadap bedah refraktif itu lebih besar dibandingkan kecewanya. Tapi...yasudahlah aku memilih ngalah dan menurunkan egoku, karena nggak asik juga mau nikah malah ributin hal-hal seperti ini.

Tapi kan aku ini tipe-tipe bocah anti menyerah, jadinya setelah melepaskan hadiah free screening pre lasik dari seminar daring yang kuikuti di salah satu pusat lasik di Surabaya, maka selanjutnya aku mencari alternatif lain bebas berkacamata saat beraktifitas tanpa prosedur bedah refraktif. Eh ternyata masih ada secercah harapan dengan menggunakan lensa orthokeratology.

Yah, akupun baru mendengar istilah tersebut. Setelah menelaah beberapa tulisan lokal maupun jurnal asing, serta testimoni pasien (yang kebanyakan anak-anak) via kanal Youtube, akhirnya aku memberanikan diri untuk mencoba hal yang baru  ini, ya demi pandangan yang lebih baik kan, makanya bersyukurlah kalian yang masih memiliki mata emetrop alias normal, jagalah baik baik ya :)

Sekilas tentang orthokeratology alias ortho-k menurut pandangan orang awam sepertiku, adalah lensa kontak yang kaku/rigid (Rigid Gas Permeable) yang dipakai sepanjang malam saat tidur kurang lebih 8 jam, si lensa yang kaku tersebut bertugas untuk mendatarkan kornea atau membentuk ulang saat mata kita terpejam, dan paginya setelah dilepas pengguna mendapatkan pandangan yang jernih sepanjang hari selama beraktifitas. Asyik kan? Mungkin banyak yang bingung, kok kontak lens malah dibawa tidur? Justru Ortho-k itu bekerja saat kita tidur, kornea adalah jaringan lunak yang dapat dibentuk ulang untuk memperbaiki refraksi, sehingga dengan terpejamnya mata, maka si lensa akan membentuk ulang si kornea tersebut sesuai target pemeriksaan awal. Kerennya, lensa ini bisa diresepkan bagi penderita astigmatisme dan hipermetropi lho!

Untunglah setelah acara nikah, suamiku mengijinkanku untuk pesan dan screening ortho-k ini. Aku jelaskan bahwa ini kurang lebih kayak softlens yang biasanya kupakai, lepas pasang dan tanpa obat-obatan serta tindakan bedah. Cuma dipakainya semalaman pas tidur, siangnya dilepas. Suami iya-iya aja dan akhirnya mengantarkanku ke Bekasi untuk screening awal si ortho-k ini.

Kini, tidur malam menjadi aktifitas yang paling ditunggu

Screening awal ini, aku diperiksa tekanan bola mata, pengambilan topografi kornea, fundus, retina, dan kelainan refraktif. Alhamdulillah semuanya masih kondisi normal dan cukup kaget sih kalau mataku ternyata sudah naik 0,25 dan 0,5 yang nggak kusadari mulai kapan, hahaha. Jadi cocoklah aku mengambil tindakan ini biar si minus gak cepet nambah lagi. Sebenarnya sih, metode terapi ini biasanya digunakan oleh anak-anak dengan mata miopia progresif (mata minus yang cepat mengalami kenaikan) dan masih memiliki segudang aktifitas saat masa produktifnya, sehingga kalau pakai kacamata pasti terganggu...begitu. Lah ini sudah mau jadi emak-emak masih aktif bertingkah dong, hehe...yang pasti metode ini aman dipakai buat ibu hamil dan ibu menyusui, karena kalau bedah refraktif kan tidak dapat dilakukan kepada ibu ibu tersebut. *antisipasi karena bentar lagi bau-bau hamil.

Nah, giliranku di ruangan dokter optometri. Mataku mengintip di suatu alat yang ada ring menyala kuning  dan merah untuk pengambilan topografi kornea. Pak dokter sedikit berbincang padaku, 

"Oh..ini bagus semua sih.." katanya sambil melihat hasil topografi kornea di layar depan wajahnya. Membuatku makin yakin.

Kurang lebih seperti ini topografi kornea itu..hehe. Tapi ini matanya orang lain

"Kalau minusnya masih segini sih...insyaallah bisa nol, dipakai aja rutin semingguan udah bisa nol. Tapi nanti bertahap ya, sabar dan butuh proses."

Aku mengangguk bahagia.

"Ibu umur berapa?"

"Emm..dua sembilan dok," jawabku merasa tua. "Tapi karena sering olahraga dan masuk-masuk hutan jadi saya putuskan untuk ikut terapi ini dok, pakai softlens malah bahaya."

"Masih bisa sih pakai ortho-k ini. Tapi nanti jangan lupa kontrol rutin ya, per enam bulan lah,"

"Ehm...kira-kira jadinya berapa lama lensanya dok?" tanyaku nggak sabar.

"Sekitar sebulan, soalnya dipesan di luar negeri. Nanti kalau lensanya sudah datang bisa datang kembali untuk fitting lensa."

"Dok..eh tapi saya tinggal diluar provinsi, kalau belajar lepas pasang dan perawatannya sekarang bisa?" 

"Bisa kok, nanti silakan sama tim eyecare didepan ya."

Setelah itu aku langsung coba lepas pasang dengan lensa ortho-k trial disana. Bentuk lensanya kecil seukuran bulatan hitam dimata kita, dan kaku. Cara pasang mirip seperti softlens, jadi dengan pedenya aku  langsung menempelkan lensa ajaib tersebut ke mata kananku.

"Kalau nggak nyaman itu normal ya kak, apalagi ini bukan ukurannya kakak."

Mataku berkedip-kedip atas reaksi kemasukan benda asing tersebut. Perih. Air mataku berlinang terus-terusan jika berkedip, jadinya kupaksa untuk membelalakkan mata biar terasa sedikit enak walaupun rasanya tetap aneh. Hidungku beringus dan kuseka berkali-kali dengan tisu, tampaknya mbak-mbak eyecare disebelahku sudah terbiasa melihat pemandangan ini.

Huh, aku harus survive, masa kalah sama anak-anak yang dengan santainya masang lensa ortho-k tersebut sambil nge tik-tok !

"Hehe..sabar ya kak...yuk sekarang belajar lepasnya."

Aku menarik ingusku agar tak tercecer di hijab. Si mbak memberikan alat kecil semacam pipet, yang akan digunakan untuk melepas lensa tersebut. Duh, walaupun bolak balik lepas pasang softlens, tetap saja ini terasa menakutkan.

Pipet kutempelkan di lensa, sedikit diputar dan ditarik. Lensa pun lepas dengan menempel di alat tersebut, aku bernafas lega. Luar biasa !

"Sudah bisa ya kak?"

"Bisa bisa...hehe.."

Ortho-k, dibedakan menjadi dua warna, biru dan merah. Kalau punyaku yang biru untuk mata kanan dan merah untuk kiri.

Lantas selanjutnya ia mengajariku cara perawatan ortho-k yang tak jauh beda dengan softlens sebenarnya. Hanya saja perbedaan cara memegang agar tidak membuat lensa tersebut berubah bentuk atau tergores. Serta cairan perendamnya berupa hidrogen peroksida yang ampuh untuk membasmi kuman dan membersihkan deposit kotoran.

"Kak, ini inden lensanya kurang lebih satu bulan. Kalau sudah jadi dan siap kirim nanti kami kabari via pesan singkat ya,"

"Baik kak."

Aku segera menyelesaikan pembayaran untuk sepasang ortho-k tersebut. Lalu melihat sang suami yang kelaparan menungguku diluar selama hampir dua jam. Hehe...makasih banyak ya pak suami udah sabar sampai kayak gini !

***

Satu bulan lebih seminggu aku mendapat kabar yang kutunggu-tunggu. Lensa ortho-k ku sudah jadi dan siap kirim ! Horeee !! Sebelum dipakai, lensa tersebut wajib direndam larutan hidrogen peroksida selama minimal enam jam, baru bisa dipakai. Nah, berikut adalah kisah perjuanganku selama memakai lensa tersebut untuk pertama kali.

Cara kerja Ortho-k dalam infografis

Hari Pertama

Lensa berhasil terpasang disertai dengan deraian air mata, namanya juga mata dimasuki benda asing dari kaca, ya pasti rasanya perih dan nggak nyaman banget dong! Seperti kelilipan kaca begitu. Selama tidur aku menggenggam tisu segepok karena air mata dan ingus meleleh terus. Pagi harinya kulepas lensa tersebut, mata yang kanan sudah bisa melihat sedikit lebih jelas, walau agak berbayang, dan sialnya, yang kiri lensanya malah nyasar di bagian sklera (bagian mata yang putih) semalaman. Akhirnya...tetap buram dong yang kiri, hahaha. 

Tapi seneng sih karena aku jadi bisa beli sarapan dan membaca tulisan di daftar menu dengan cukup jelas, walau siangnya sudah buram lagi.


Hari Kedua

Ospek buat si mataku dimulai lagi. Aku mulai terbiasa dengan dua lensa ajaib yang berwarna merah untuk mata kiri, dan biru untuk mata kanan tersebut. Kupasang dengan perlahan agar pas di tengah, setelah itu aku berbaring dan memejamkan mata agar lensa tersebut lebih pas dan enak di mata, tentunya sambil beringus dan berderai air mata. Duh mak...rasanya hampir nyerah saja nggak usah terapi-terapian karena memang rasanya si mata kayak dimasukin kaca dan dipaksa merem gitu. Perih guys :( Kalau melek gitu air mata langsung berlinang.

Besok paginya ke kantor sudah nggak pakai kacamata karena pengelihatanku sudah 75% lebih jelas, ya walau masih ada buram-buramnya sedikit kalau lihat tulisan jauh, tapi kalau lihat wajah orang sudah jelas sih! Yeee! Aku miopia -2,25 dan -2,50 sebelumnya.


Hari Ketiga

Pengelihatan makin jelas dan mata sudah mulai terbiasa dengan kehadiran lensa tersebut. Pagi hari menjadi waktu yang paling aku tunggu-tunggu. Setelah kulepas, aku jadi bisa nggombal ke suami,

"Mas, wajahmu jelas sekali..." 

"Lah emang biasanya nggak jelas gitu?" jawabnya. Aku kagum bisa melihat detail wajahnya dari jarak sekitar 3 meter.

Yah...yang jelas aku udah bisa membaca tulisan di toples, kipas angin dengan lebih jernih. Bahkan ketika aku dan suami nonton film bareng malamnya...ya udah bisa langsung cium-cium pipi tanpa keganjel kacamata lagi. Biasanya kan pasti ribet lepas dulu..atau kalau kelupaan ya bakal merasa sakit karena ketakan bingkai kacamata tersebut...hiks. Atau kalau makan mi ayam bareng, nggak usah drama lepas kacamata dulu deh, bebas! 


Hari Keempat hingga Ketujuh.

 Adaptasi lebih cepat dan nggak pakai drama ingus dan air mata lagi. Tepat hari ketujuh aku merasa minusku benar-benar nol. Aku melonjak kegirangan bisa membaca tulisan-tulisan di jalan maupun plat kendaraan yang lewat dengan SANGAT JELAS tanpa kacamata. Ya Allah, aku benar-benar merasa dapat kesempatan kedua untuk melihat lebih baik lagi setelah empat belas tahun berkacamata...dan selanjutnya tinggal rutin memakai lensa tersebut agar hasil terkoreksi dapat stabil. Sempat menyesal mengapa tidak dari dulu saja saat aku masih aktif beraktifitas sepeda maupun berpetualang pakainya. Kalau sekarang kan masa-masa keaktifan tersebut udah berkurang :'( *terbayang masa-masa kacamata patah kena raket dan pas mountain biking jatuh dan kacamatanya menekan wajah.


Dua minggu setelahnya.

Asyik! Kini aku bisa snorkeling dengan jelas tanpa kacamata !

Seneng banget bisa babymoon sama suami ke Bunaken, snorkeling dan bisa lihat bentuk ikan dan corak terumbu karang dengan sangat jelas ! Biasanya snorkeling selalu merana karena mata buram dan hanya bisa melihat ikan seperti titik-titik yang melayang :( Jadinya dulu aku paling benci kegiatan bawah laut, kalau sekarang ya bahagia!


Ya, saat menulis tulisan ini sudah satu bulan saya menggunakan ortho-k, dan benar-benar sudah nggak pernah pakai kacamata lagi walaupun tetap kubawa kemana-mana. Pengelihatan emang sudah membaik, namun pernah sesekali memakai lensanya nggak pas jadi besoknya minus nggak terkoreksi maksimal. Pernah juga absen tak menggunakan lensa semalaman jadinya pengelihatan pun makin menurun. Namanya juga perawatan...ya harus dipakai terus menerus dong biar hasilnya maksimal seperti skincare begitu.

Oh ya, berikut kurangkum dalam beberapa poin tips dan pengalaman memakai ortho-k.

1. Si pemakai harus tidur minimal 8 jam. Wajib ya, biar si lensa bekerjanya maksimal. Boleh nggak tidur, asalkan merem aja. Pernah kupakai hanya enam jam, ya paginya nggak terkoreksi dengan sempurna. Yah, jadinya tidurku selama ini makin teratur dong.

2. Harus sabar dan konsisten karena ini adalah sebuah proses perawatan. Nggak bisa ya dalam semalam hasilnya langsung normal. Butuh waktu dan ketekukan *serta deraian air mata

3. Pakainya harus memastikan bahwa lensa tersebut terpasang tepat sasaran di buletan hitam di mata. Kalau nggak pas ya hasil terkoreksi nggak maksimal, walau itu tak berbahaya. (Aku sering juga kayak gini huhuhu)

4. Kuku nggak boleh panjang biar tidak menggores lensa. Cara memegang lensa tersebut adalah tidak menjepit bagian pinggirnya, melainkan bagian tengah lensa.

5. Sejauh ini aku memakai ortho-k tidak ada keluhan medis. Mataku (sklera) tetap putih dan sehat, nggak perih, kering, gatal, keluar urat-urat atau ketidaknyamanan lain. Berarti aman ya teman-teman, karena lensa tersebut terbuat dari material dengan transmisi oksigen yang tinggi, jadi aman pas tidur. Kalau softlens ya..mataku kadang kering kalau diruangan AC.

6. Kekurangannya? Hmm...nyesel aja karena nggak dari dulu saja pakainya. Ortho K ini merupakan 'everyday lasik' karena ketika si lensa dilepas, kornea kita menjadi datar untuk sementara seperti orang yang habis menjalani bedah refraktif. Bedanya ini nggak permanen, tapi hasilnya ya udah kayak bedah refraktif gitu. Tapi nih...kalau malam pengalamanku pas lihat titik lampu seperti ada pendaran di sekelilingnya, tapi tetap fokus sih, mirip seperti pengalaman orang-orang post lasik. Kalau lihat neon box nggak berpendar, hanya khusus titik lampu saja. Apa memang begitu ya?

7. Kornea kita saat mengikuti terapi ortho-k tidak terkikis, tetap tebal karena hanya dibentuk ulang oleh lensa kaku tersebut.  Jadi bebas obat-obatan saat mengikuti terapinya. Harganya pun separuh dari prosedur operasi, namun lensanya hanya bertahan sekitar 3 tahun.

8. Lensa ini tidak dijual bebas. Berkonsultasilah kepada dokter yang berkompeten menangani kontak lens, apakah layak mengikuti terapi atau tidak.

Bagaimana teman-teman? Ada yang berminat pakai ortho-k? Yang ingin tahu harga dan lokasi pemesanannya bisa kirim pesan di instagram saya ya :)

Unesia Drajadispa

No comments: