• Homepage
  • PORTOFOLIO (BOOKS)
  • About Me
Was ist los, Une?
Di Tenda ! Iya kemarin saat mengikuti Indonesia Enduro Championship di KTH Bike Park, aku menginap di tenda. Kebetulan Venue di  Wonderful Citamiang, karena titik berakhirnya KTH Bike Park di sekitar situ. Oke, saya kontak Pak RT (Bapak Dedi) untuk meminta tolong referensi penginapan yang terdekat di sekitar Venue. Sebagai info, KTH merupakan singkatan dari Kebun Tani Hutan.
"Yang jelas jangan Villa pak, saya perempuan dan sendirian, jelas nggak sanggup bayar sewa villa semalaman. Yang kamaran saja, kalau bisa paling dekat dengan Venue biar mudah informasinya. Saya sendirian nih dari Kalimantan Timur." Pintaku.
Suasana Camping Ground
"Oh iya mbak, nanti saya carikan...tapi sebentar, kalau menginap di tenda seperti ini mau nggak?" Pak Dedi menunjukkan beberapa gambar tenda besar beserta fasilitasnya.
"Sudah ada kasur, selimut, handuk, sepeda dan kardusnya bisa masuk mbak, InshaAllah aman."
"Siap pak, saya pesan satu, yang penting ada stop kontak. Oh iya kamar mandinya bagaimana pak?" Jawabku tanpa pikir panjang. Lokasi yang dimaksud adalah Area perkemahan Citamiang, Cisarua. Disana ada beberapa cottage instagrammable dan kedai kopi Cibulao di areal pintu masuknya.
"Kamar mandi cuma sepuluh meter dari tenda."

Asyiik...asyiiik.....aku nginap di tenda, haha. Sekali-sekali merasakan nuansa alam saat gowes keluar kota seperti ini. Ya, lokasi tendanya terletak di dekat sungai, dan malam-malam terdengar gemericik air dan derikan jangkrik dibawah naungan pepohonan pinus. Menenangkan sekali. Ditambah suhu udara yang dingin saat malam, membuatku bergulung-gulung karena kedinginan walau outfitku saat itu adalah sweater, kaos lengan panjang, celana training, dan kaos kaki. Sejata terakhir ditambah mukena biar makin hangat, hehe.
Tendanya memang sangat luas, sepeda dan semua tetek bengeknya masuk kedalam tenda masih terasa sangat lapang. Saat itu kasurnya hanya satu karena saya seorang diri, untuk reguler biasanya disediakan dua kasur. Bike Camp ini ceritanya.
Lokasinya pas 10 meter dari tendaku adalah venue, jadi mudah sekali memperoleh informasi seputar acara.
Didalam tenda, masih terlihat sangat lapang
Terlebih lagi Pak Dedi dan Kang Riki ini baik banget, selalu membantu beberapa kebutuhanku selama disana. Alhamdulillah. Aku rekomendasikan untuk liburan banget nih :)

Tanya-tanya seputar informasi sewa tenda/cottage di Citamiang bisa kontak by WA Pak Dedi : 08568848667
0
Share
Sejak insiden handlebar miring, aku jadi kenal sama temen-temen Bagong Racing, karena kebetulan mereka yang membantuku on track. Dan syukurlah aku jadi bisa numpang mereka menuju LS1 saat final run.
"Salut kita sama mbak, sendirian, jauh-jauh dari Sangatta ikut balapan kayak gini."
"Ya, pengalaman pertama. Jadi ya semangat berapi-api. Kalo udah kedua, dan ketiga mungkin pikir-pikir lagii...berat di ongkos om, nggak bisa sharing cost."
Sebelum Berangkat Race, Bersama Teman-Teman Bagong Racing
Berangkat menuju ke titik mulai LS1 pukul 06.30 WIB untuk mengantisipasi kepadatan lalu lintas di puncak. Setelah itu registrasi race dengan menukar kartu identitas dengan sensor transponder yang digunakan untuk mengkalkulasi waktu yang kita tempuh selama special stage (SS).
Untuk Induro seri ke 4 ini terdapat 3 SS dan 3 LS. Sedikit sih, tapi ya itu, sangat teknikal. Om-om yang memiliki jam terbang tinggi di dunia per-enduroan terkejut begitu mengetahui aku yang baru pertama ikut race nekat melibas trek yang  seperti ini.

Pre Race
"Ya masak aku mau mundur Om, maju terus dong. Kan sudah diniati dari hati."
Kebetulan aku dapat wave 5, alias start kloter ke 5. Bareng sama teman-teman Bagong Racing. Ya, aku nggak pernah anggap ini adalah sebuah balapan, tapi sekedar gowes bareng saja.

Liaison Stage 1 (1,3 km) - Special Stage 1 (2 km)
Untuk menempuh LS 1 seluruh peserta diberi waktu minimal 45 menit. Ya bagiku masih tergolong pedal-able, ada beberapa ruas jalan yang harus dituntun. Kulihat waktu masih panjang, sisa 30 menit lagi, masih bisa santai-santai sambil ngobrol dengan peserta lain. Masih tergolong ringan LS nya, hanya saja dari warung menuju start harus dorong sepeda nanjak terjal sejauh 35 meter. Megap-megap.
Root Section. Alhamdulillah selalu lolos
Istirahat sebentar, dan aku langsung start aja dengan yakin. Pokoknya section yang memungkinkan jatuh ya aku tuntun saja. Daripada wasting time. Hahaha. Alhamdulillah selama SS1 aku tidak crash sama sekali, asal berani ngepot aja.

Liaison Stage 2 (3,3 km) - Special Stage 2 (1,4 km)
"Ayo-ayo makan yang banyak, besok disiksa di LS 2, hahahha..." Ejek panitia terhadap kami. "Kalo mau cepet lewat LS2 ya dibalik aja, biar dapet turunan terus, ahhahaha...." Lanjutnya dengan tawa  sangat puas.

Teler di LS2, ahahha
Kebetulan aku start LS2 pukul 9 pagi. Gila emang awal-awal tanjakannya, setengah mati aku dorong sepeda dengan beberapa om-om dari kelas men master.
"Aduh, teler kita teh. Ini mah trek KTH Kondang yang biasanya diturunin malah dibalik, suruh nanjak." ucap seorang peserta yang tampak sudah sepuh.
"Hahha, pelan aja om. Bentar lagi juga nyampe." Hiburku sambil ketawa-ketawa getir, lalu lanjut ngobrol ngalor-ngidul biar nggak terasa lelah.
"Ya gini, kita bayar mahal malah disiksa di trek," gerutu om-om lain sambil ngemil coklat dengan gaya tengilnya. Diam-diam aku merasa terhibur sepanjang LS dengan ulah mereka.
Di tengah kebun teh, aku mendapati salah seorang peserta cowok duduk dengan posisi ban belakang sepeda dilepas. Wajahnya tampak bingung, wah, bocor ini bannya si om.
"Om...om....ada yang punya spare ban dalam ukuran 27.5 nggak?" tanyanya kepada om-om yang melalui LS2. Akan tetapi semua saling berpandangan, kayaknya nggak ada yang punya.
Iba dengan nasib om didepanku yang tampaknya nggak bisa lanjut race kalau nggak dapat ban dalam, akhirnya aku coba menawarkan ban dalam milikku.
"Nngg.....ukuran 27.5 x 25 bisa gak om?"
"Ohh...ada mbak? Bisa, bisa banget! Saya beli ya?" Pintanya sambil menyodorkan selembar uang seratus ribuan.
"Boleh Om, tapi Om nggak ada kembaliannya nih,"
"Udaah bawa aja,"
Dan akhirnya terjadi transaksi jual beli ban dalam di tengah kebun teh. Aku yakin, di 2 SS selanjutnya ini ban sepedaku bakalan aman.
Sesampainya di Warung OG, aku makan pisang dulu sebelum start. Waktu yang aku tempuh di LS2 hanya 75 menit dari jatah 120 menit. Trek SS2 ini banyak pedaling, tapi bisa aku lalui semua dengan lancar.

Liaison Stage 3 (1,3 km) - Special Stage 3 (2,5 km)
Anak Ini Sudah Lemas 
Akhirnya sampai juga di laga pamungkas, tapi tenagaku mulai terkuras. LS 3 ini treknya paling mudah, roller coaster dan bisa pedaling. Rimbun juga, nggak panas. Untuk SS3 merupakan SS yang paling panjang, banyak tikungan curam yang susah untuk aku lewati. Ada beberapa section nanjak, dan aku banyak berhenti sebelum melahap turunan yang sedikit teknikal. Berhenti, mengumpulkan nyali dan kuda-kuda. Sudah lelah dan kurang konsentrasi, sepedaku melaju dengan perlahan agar tidak oleng ke jurang.
Tapi akhirnya aku bisa melewati SS3 dengan selamat walaupun sudah terseok-seok. Bodo amat lah dengan podium, yang penting aku selamat....
Di venue, aku menukarkan transponder dengan print out hasil race. Aku dapat peringkat 4 kelas women open dan ke 162 dari 164 peserta, haha. Alhamdulillah, setidaknya aku berhasil mendapatkan hadiah ulang tahunku yang sempat tertunda di bulan Juni. Terima kasih Allah telah memberiku keselamatan dan podium :)
 Sampai jumpa di seri-seri berikutnya dengan skill yang makin membaik, semoga !
1
Share

 "Aku mengikuti gelaran acara ini dengan berbagai tujuan, tentu saja yang utama adalah keselamatan, podium hanyalah bonus bagi peserta yang berhak."


Tujuan lain yang ingin aku peroleh :
1. Pengalaman dan serba-serbi race yang berharga;
2. Teman-teman baru dari berbagai kota dan latar belakang;
3. Mengukur kemampuan diri, sejauh apa aku bisa melalui kompetisi enduro ini yang infonya sangat menguras fisik;
4. Mampu berpikir cepat ketika di trek aku menemukan masalah pada sepeda maupun rider, apa yang harus aku lakukan selanjutnya;
5. Membiasakan diri agar tidak mengeluh

"Pagi mbak, sudah siap latihannya?" Pagi-pagi pukul 06.30 WIB Kang Akong, marshall sekaligus mekanik yang aku kenal mengirim pesan kepadaku. Iya, hari Jumat ini akan menjadi hari latihan pertamaku di trek KTH.
"Siaap Kang, hehe." Balasku sambil menyiapkan sepeda dan segala apparel-nya. Kami menuju titik start KTH dengan cara 'ngompreng' alias numpang kendaraan bak terbuka yang melintas di sepanjang jalan raya Puncak. Pertama kita ngompreng dapat truk sayur, yang kedua truk pasir, per orang bayar lima belas ribu rupiah sekali ngompreng. Selebihnya kita naik ke titik start KTH LB (Warung Kudil) dengan cara pedaling alias mancal nanjak sejauh kurang lebih 1,4 km melalui jalanan perkebunan teh yang berbatu ditambah dorong sepeda dengan medan super terjal yang sangat menguras tenaga.
Latihan pertama aku lalui dengan lancar karena hari masih pagi dan tenaga masih bagus. Trek masih terhitung enak karena masih belum banyak dilalui sepeda. Aku melaluinya tanpa jatuh karena masih pelan dan menghafal trek, jadi sering berhenti. Untuk finish KTH LB di venue Citamiang, tipikal treknya sangat teknikal dan menakutkan, harus ekstra hati-hati. Banyak root section dan rock garden yang cukup bikin pegel tangan. Ada juga jembatan puspa yang legendaris, aku sempat sekali hard crash di jembatan puspa saat latihan yang kedua kali, rasanya tubuh kayak diparut, dan sempat tidak bisa bangun karena rasa sakit yang teramat sangat. Aku pikir tidak akan bisa melanjutkan race dihari selanjutnya, tetapi Allah masih memberiku kesempatan selamat. Alhamdulillah.
Merenung di Jembatan Puspa, almost killing me

Untuk speed di KTH LB, hanya beberapa lokasi saja yang dapat speed nya, selebihnya memasuki trek yang teknikal aku benar-benar pelan, ya sebenarnya bisa cepat, asal kuda-kudanya harus kuat, sedangkan pundakku udah mulai lemas dihajar obstacle yang beraneka rupanya... *efek pegang handelbar Sabtu Minggu aja dan nggak pernah latihan upper body
Jembatan Puspa awal coba lolos, ya aku pikir lebih menyeramkan di Pacet dan Gunung RCTI Samarinda steep slope nya, dan ternyata run kedua aku lepas kendali, hingga akhirnya steep slope jembatan Puspa ini benar-benar tidak berhasil aku lalui lagi saat seeding run/prologue maupun final run. Pikirku lebih baik dituntun saja sepeda, daripada jatuh dan menghabiskan lebih banyak waktu, mental sudah hilang.
Jadi untuk trek KTH LB ada dua pe er yang belum terselesaikan, rock garden dengan batu yang super besar dimana aku selalu hilang keseimbangan lalu terguling dan steep slope Puspa yang sempat hard crash bagai terparut disana.
KTH OG, Pintu Masuk SS2
Setelah itu lanjut ke KTH OG dan OLAG untuk menghafal trek. Ya sama naiknya harus pedaling terlebih dahulu menghadapi tanjakan berbatu. OG dan OLAG tidak terlalu teknikal, cukup banyak pedaling dan jalannya sempit. Mudah untuk dilalui, tapi untuk SS3 (KTH OG) banyak switchback yang sulit dilalui bagiku.

Finish SS2, Sungai Tengah
Itu baru hari pertama, hari kedua Sabtu, 13 Juli adalah waktunya prologue saat siang hari. Pagi hari hampir semua peserta berlatih di KTH LB (SS1) yang digunakan untuk prologue. Sedangkan aku lebih memilih ngeluyur ke New Ra Bike Park dengan dalih menenangkan diri.
"Aih, senang-senang dulu kang, biar gak tegang pas prologue ntar." Kataku sambil senyum-senyum.
Menuju New Ra (sebelumnya aku memilih untuk mengunjungi puncak pemancar telkom) pun harus melalui LS (Liaison Stage) alias nanjak ampun-ampunan di jalan aspal, ya maklum karena kami tidak ada kendaraan loading. Trek New Ra pun tergolong menyenangkan dan tidak mengerikan seperti KTH LB, hahaha.
Sesi Melarikan Diri
Siang harinya pun prologue. Aku pun ngompreng lagi bersama om-om yang baru aku kenal bahkan satu omprengan sama atlit nasional (karena Kang Akong yang non peserta tidak boleh masuk trek) jadinya dapat beberapa kenalan baru hasil dari sok akrabku.
Saat prologue, aku melalui rock garden yang sempat menjadi momok menakutkan bagiku dengan percaya diri sambil mengingat teknik yang diberikan Kang Akong. Ya nyali boleh dapat, tapi keraguan itu masih ada, alhasil akupun jatuh dengan sedikit teriak, lalu mencoba berdiri dengan susah payah dan menahan sakit, eh ternyata handlebar sepedaku terputar hampir 180 derajat :(
Panik, aku mencari tempat yang sedikit luas untuk mencari cara membenarkan handlebar walaupun sebelumnya belum pernah. Huuuftt...tarik nafas dalam, lalu mencari mana yang harus dikendorin buat meluruskan handlebar.
Untung saja aku bawa kunci L set, dengan gemetar aku mengendorkan baut stem, lalu mencoba meluruskan handlebar. Alhamdulillah bisa, dan aku kencangkan dengan senyum-senyum bahagia, akhirnya bisa juga kulakukan sendiri.
Hanya sekitar 20 meter berjalan, aku terpelating dan jatuh lagi sebab handlebar kurang kecang, jatuh kekiri, hampir masuk jurang tapi syukurlah masih tertahan batang-batang salak kering yang berduri. Paha kanan tertancap duri, susah payah aku berdiri dan ada beberapa peserta dibelakang membantu.
"Mbak...mbak gak apa-apa?" 
"Engg...aman," Jawabku sambil melirik handlebar. Aduh, miring lagi :(
"Handlebarku miring..barusan kubenerin dan miring lagi," Seruku lirih. Dan akhirnya mereka membantuku mengencangkan dan meluruskan handlebar.
"Aman mbak...gak apa-apa. Tenaga cewek beda emang sama cowok, wajar kalo sudah dikira kencang nih."
Warung Para Komunitas Goweser Kalau Ke Puncak. Wajib Mampir
Aku melanjutkan prologue kembali dengan tangan yang terlanjur makin gemetar. Beberapa obstacle yang harusnya bisa dilalui terasa sangat menakutkan, dan akhirnya aku tuntun saja dengan sangat perlahan sambil menahan rasa sakit di paha akibat tusukan duri batang tanaman salak.

bersambung...........
0
Share
P R O L O G U E

"Kalau boleh tahu, kamu suka sepedaan mulai kapan sih, Ne?" tanya salah seorang peserta InduroCS kepadaku.
"Kalau sepedaan sih sukanya mulai SD, pas awal bisa naik sepeda aku langsung suka banget. Karena menurutku bisa naik sepeda itu kejaiban. Bagaimana bisa benda yang hanya memiliki dua roda bisa berdiri dan berjalan. Iya, itu hanya pikiran masa kanak-kanakku yang belum paham tentang teori-teori fisika, jadi menganggap hal itu adalah luar biasa. Dan pula aku belajar naik sepeda itu cukup lama, sekitar satu tahun dan penuh perjuangan," Jelasku mengenang masa lalu.
"Maka dari itu aku suka sepeda benar-benar dari hati, jadi setengah mati."
"Setengah mati gimana?" tanyanya dengan dahi mengerenyit.
"Walaupun acara sepeda jauh dari tempat domisili dan memerlukan biaya yang besar, aku tetap memberanikan diri untuk datang kendati hanya seorang diri. Ini impian sejak tahun lalu, dan di tahun ini aku baru mendapatkan nyali itu..."
"Woah, salut bagimu, Mbak Une."
Citamiang, venue Induro ke 4
Itulah sedikit kisah yang melatarbelakangi diriku untuk mengikuti acara balapan sepeda gunung tahun ini. Tahun lalu mungkin hanya sebatas angan-angan kosong saja, tapi tahun ini, TIDAK, benar-benar tidak.
Sebenarnya rencanaku untuk mengikuti gelaran Indonesia Enduro ini sejak bulan lalu, seri ke tiga di Bambooland, Yogyakarta (Juni 2019) tapi berhubung saya pekerja dan waktu cuti juga diatur atasan, ya akhirnya saya terima mundur dan mengikhlaskan sejumlah uang melayang. Diambil sisi positifnya saja, mungkin lebih butuh banyak istirahat mengingat sebulan yang lalu sempat rawat inap hampir satu minggu gara-gara demam tifoid.
Saat melakukan pendaftaran, saya melakukan tanpa tedeng aling-aling. Isi form daring dan transfer pendaftaran senilai Rp 450,000,- (yang harusnya Rp 350,000 ,- karena lewat masa early bird). Setelah itu pikiran-pikiran seram mulai menghantui saya, bagaimana kalau seperti ini atau seperti itu, tapi semuanya akhirnya berhasil kuselesaikan sendiri.
Seorang Gadis Ditemukan Membawa Kardus Raksasa Kesana Kemari Tanpa Porter
Hari keberangkatan pun tiba, tools sepeda yang kubawa cuma kunci L, stanchion lube, ban dalam, minyak rantai nggak aku bawa karena pengalaman tumpah, ya maklum cewek bawa tools seadanya. Penerbangan tanggal 11 Juli dari Balikpapan menuju Jakarta dengan membawa kardus sepeda raksasa. Orang-orang di bandara pun terheran-heran dan mengarahkan seluruh pandangannya terhadapku, mungkin pikirnya, "Ini cewek kecil bawaannya segede lemari sendirian pula? apa kuat bawanya?"
Dan tentu saja aku sudah biasa dengan hal itu. Beberapa cowok turut membantuku yang kepayahan menaikkan kardus raksasa tersebut kedalam x-ray maupun untuk ditimbang bagasi.

"Seseorang pun bisa dibilang kuat tak hanya bisa menaklukkan trek dengan sempurna, tetapi juga dapat mempersiapkan segala sesuatunya dan menyelesaikan masalah yang sekiranya terjadi sendirian."

Iya, sebelum keberangkatan pun aku mencari informasi semuanya tentang akses ke Puncak kepada semua teman, termasuk masalah fasilitas kesehatan terdekat yang bekerja sama dengan perusahaan apabila terjadi kecelakaan yang tidak diharapkan terhadapku, walaupun selama dua hari itu seluruh peserta dilindungi oleh asuransi. Mekanik, marshall, informasi tentang trek KTH benar-benar aku cari informasinya dari rekan-rekan. Aku usahakan untuk well prepared, karena memang sendirian.

Sesampainya di bandara Soekarno Hatta, aku langsung mencari bus Damri jurusan Bogor, alhamdulillah kardus raksasaku masuk kedalam bagasi bus. Bus tersebut turun di Botani Square, lalu lanjut ke Puncak dengan minta pertolongan pak RT di daerah Venue Citamiang (sebelumnya saya memang mencari informasi melalui panitia terkait transportasi dan akomodasi selama disana).
Bike Camp, bobo Sama Sepeda
Perjalanan menuju Puncak, cukup diwarnai kemacetan yang melelahkan karena memang masih saat liburan sekolah, sehingga menghabiskan waktu sekitar 2,5 jam. Dan sesampainya di Citamiang saya disambut dengan Pak Dedi, dibantu mengangkat barang bawaan, termasuk kardus raksasaku. Untuk menginap, aku memilih untuk di tenda saja biar kesannya lebih seru. (uraian venue dan penginapan bisa dibaca di link )
"Nanti kalau butuh apa-apa, hubungin kang Riki aja yah teh," Katanya.
Dan, suasana di Puncak sangat dingin bagiku. Air terasa dingin seperti air es, dan aku memutuskan untuk mandi sehari cukup satu kali saja saat sore. Nggak kuat dengan dinginnya.

Malam hari, waktunya assembling dan resetting sepedaku, serta memastikan seluruh sepedaku dalam kondisi yang prima. Tak hanya itu juga, aku sedikit belajar tentang mekanik dan reparasi sepeda ringan, siapa tahu di tengah trek sepedaku mengalami sesuatu, siapa lagi yang bisa menolongku disaat semua peserta sedang fokus balapan?

bersambung......
0
Share
Newer Posts Older Posts Home

AUTHOR

AUTHOR
Seorang wanita yang seperti kera sakti : Tak pernah berhenti, bertindak sesuka hati dan hanya hukuman yang dapat menghentikannya.

Labels

Berkeluarga INFLIGHT ITALY JAWA TENGAH Jambi KALIMANTAN TIMUR KUTAI TIMUR Lumajang NETHERLAND NUSA TENGGARA BARAT NUSA TENGGARA TIMUR Perancis SULAWESI SELATAN SUMATERA BARAT Sulawesi Utara Yogyakarta deutschland jakarta jawa barat jawa timur kalimantan selatan rusia

Popular Posts

  • ABOUT ME | ÜBER MICH
    "Allah menciptakanku saat sedang tersenyum, begitu pula ibu melahirkanku dengan senyum pula." Terlahir di Surabaya, 20 Juni ...
  • Berbagi Pengalaman Ketika Aku Joinan Tes D3 ITS-PLN
    Oy...sebelumya si Une minta maaf dulu, fotonya dibuat kayak hantu biar gak ada pemalsuan identitas, penghubungan alamat, walaupun aku pun...
  • Merindukan Otot Lelah dan Bau Hutan : Puncak Batu Putih, Kaliorang
    Alasan yang paling kuat untuk menjelajah Kutai Timur sebenarnya sederhana : Pandemi COVID-19. Yang awalnya memiliki rencana untuk terbang ke...
  • Deutschland für Anfänger (Pameran Jerman Untuk Pemula)
    Guten tag Leute :) Sebenarnya jujur, kejadian ini udah berlangsung sekitar sebulan yang lalu, tetapi nggak sempat ceritanya karena bentro...
  • #1 Babak Kedua Gunung Gergaji : Mengulang Pengembaraan di Barisan Karst Sangkulirang-Mangkalihat
     "Maaf ya, jika pesanmu baru bisa aku balas kira-kira hari Jumat."  Sejenak aku mengetik pesan terakhir padamu sebelum melanjutkan...
  • Asyiknya Bebas Beraktivitas Seharian Tanpa Kacamata dan Lensa Kontak ! (Pengalaman Lepas Kacamata Tanpa Bedah Refraktif)
    Apakah si Une ikut-ikutan bedah refraktif seperti lasik atau relex smile? Hm, sebenarnya itu masuk ke dalam daftar keinginanku karena memang...

INSTAGRAM : @FRAUNESIA

Copyright © 2015 Was ist los, Une?

Created By ThemeXpose