• Homepage
  • PORTOFOLIO (BOOKS)
  • About Me
Was ist los, Une?
Aku mengunjungi Ijen kembali setelah empat tahun silam semenjak cuti perdanaku di tahun 2015. Kesempatan kali ini aku pergunakan untuk race. Kalau sebelumnya aku memilih hiking, tapi untuk saat ini orientasiku adalah sepeda dan race. Ijen Enduro ini merupakan salah satu Asian Enduro Warm Up Series, dari namanya saja sudah sangat menggoda untuk dicoba. ASIAN ENDURO ini mameennn...

Karena memang aku kenal sama ketua penyelenggaranya (teman saat Induro 3rd Series di KTH Bike Park) jadinya sering aku tanya-tanyain. Treknya 5 SS semuanya full di Kawah Wurung. Sempat juga aku melakukan wawancara singkat dengan mantan peserta di tahun 2018, Mas Jaka, temen gowes di Lumajang.
"Curam mbak, batu-batuan seperti lava membeku." Urainya.
"Debu nggak mas?" 
"Nggak debu kok mbak, cuma puanasss..."
"Kira-kira dengan skill-ku yang apa adanya ini aman aja nggak mas?"
"Sampeyan iki wes wani, skill banget. Aman lah mbaaaakkk...hahaha..." jawab mas Jaka sambil terkekeh.

Rabu, 2 Oktober 2019
Bandara Banyuwangi
Hari keberangkatanku pun tiba. Karena venue di Ijen, Bondowoso, maka aku memilih penerbangan  siang dari Balikpapan ke Banyuwangi dengan pesawat Citilink. Kebetulan sekali kan, Citilink  dan akupun member Citisport. Sempat sedikit mengalami tunda hanya sekitar 10 menit (ya, setelah kami masuk pesawat dan dipersilakan keluar sebentar) tetapi penerbangan berjalan dengan lancar sampai akhirnya mendarat di Bandara Blimbingsari, Banyuwangi. Bandaranya sangat sangat sepi. Hanya penerbangan dari Balikpapan yang landing saat itu.
Dan lanjut perjalanan kearah Sempol selama kurang lebih 2 jam, saat itu aku menginap di Arabica Homestay, karena menurut info disitulah penginapan terdekat menuju venue.  Untuk official seksi transportasi adalah ibu, jadi aku dijemput ibu di Blimbingsari untuk dianterin ke Sempol. Yeaaayyy...!

Jumat, 4 Oktober 2019
Panorama selama race seperti ini, nggak bisa berhenti berfoto
Sudah dua hari aku berlatih di trek Kawah Wurung. Berhubung musim kemarau, jadi angin cukup kencang dan agak berdebu. Udara dingin dan kering dengan ketinggian sekitar 1660 meter diatas permukaan air laut. Dari sini, tampak kawah Ijen yang senantiasa mengepulkan asap belerangnya. Sangat indah.

Trek SS2

Kelihatan Kawah Ijen
Oh ya, penasaran kan dengan treknya? Ada 5 SS, setiap SS kurang lebih 1-2 km dengan elevasi yang cukup curam dan seram, ada bebatuan yang cukup melelahkan lengan, dan turunan pasir yang sempat membuatku jatuh bebas karena overspeed. Full menuruni bukit semua dan membuat gemetar. Untuk LS nya bagaimana? Ya jelas menaiki puncak Kawah Wurung dong, naik 5 kali dan turun 5 kali. Lumayan mengencangkan betis. Sekitar 2000 kkal sukses terbakar hari itu.

Sabtu, 5 Oktober 2019
Registrasi dan aktivasi transponder

Prologue, seeding run. Total peserta sekitar 100 orang yang mendaftar dari seluruh Indonesia, dan yang ikut prologue 80 orang. Prologue dimulai pukul dua siang dan seperti biasa sebelumnya bisa registrasi dengan mengaktifkan transponder dan mengambil race plate masing-masing.
 Ceweknya berapa? Hanya 5 yang mendaftar. Yang ikut prologue hanya 3 cewek, salah satunya mbak Kusmawati Yazid, atlit XC nasional. Lumayan ya, sedikit banyak dapat ilmu dari beliau, hehe.
Untuk prologue di SS 3, SS yang paling panjaaang sekitar 2 km. Aku menempuhnya dengan waktu 2 menit. Masuk di wave 4 dong, alias peserta yang ikut prologue dengan waktu paling lambat. Ada 2 peserta yang crash dan dilarikan ke puskemas terdekat.

Minggu, 6 Oktober 2019
Race day. Pagi harinya perutku sempat mules. Ternyata diare, mungkin gara-gara terlalu tegang atau kedinginan. Kuabaikan aja setelah setoran pertama. Selama race 5 SS dan 5 LS itu nggak ada masalah sama sekali. LS2 agak terseok-seok dan setengah mati sengsara dorong sepedanya bersama para peserta yang lain. Jatuh nggak, semuanya lancar. Sempat jatuh sekali tapi sudah diluar SS 2 gara-gara overspeed dan didepannya ternyata ada semacam jurang. Cukup sakit dan membuat bengkak sehingga aku tak bisa shalat berdiri seminggu. Alhamdulillah setelah istirahat sebentar masih bisa lanjut race walaupun meringis-ringis menahan sakit di tungkai kaki.
Om Une banyak gaya, padahal juga pas diare
Foto bersama Teh Kusma. Ini atlit sungguhan
Start LS 1 sekitar pukul 09.30 WIB, selesai SS 5 sekitar pukul 13.00 WIB. Tapi entah mengapa dalam race kali ini rasanya aku menjadi sedikit percaya diri karena belajar dari kekurangan race sebelumnya. Alhamdulillah, aku mendapatkan juara ke 2 dan fresh money 3 juta rupiah dari 4 peserta wanita kelas women open. Salah satu peserta berhalangan hadir, jadi hanya ada 4 peserta wanita.
Alhamdulillah
Print Out Race Result

Malamnya aku langsung kembali ke Surabaya, sekitar 6 jam dengan tubuh luar biasa lelah. Aku dijemput bapak sama ibu lagi, my dearest official deh pokoknya di race yang luar biasa ini karena bisa ditemenin sama kedua orang tua. Kamu tahu? Ternyata aku benar-benar diare, bukan gara-gara gugup sebelum lomba. Alhasil selama penerbangan Senin paginya perutku bergejolak terus-terusan minta 'dikeluarkan'.

Sampai jumpa di race musim yang akan datang !

*) Terima kasih banyak MTB Indonesia Squad yang telah banyak membantu akomodasi selama race

0
Share
Dua tahun lebih aku bermukim di Sangatta, baru kali ini pula aku mengunjungi salah satu obyek wisata minat khusus yang masuk di salah satu Taman Nasional Kutai ini, Prevab. Padahal keinginan itu sudah ada sejak tahun tahun aku masih bermukim di Bontang.
Alasannya adalah ; aku butuh sharing cost. Ya, berdasarkan informasi yang dihimpun, sewa ketinting pulang pergi 350 ribu, dan guide 150 ribu. 
Guide? wajib pakai guide ya? Kalau di Sangkima kan enggak?
"Iya wajib banget. Ini wisata minat khusus, sering dipakai penelitian dan tidak ada trek yang jelas seperti di Sangkima." Jelas Om Ariyadi, rekan Goweser Sangatta yang banyak memberiku informasi seputar akomodasi ke Prevab ini.
"Nanti bisa nyasar atau disakiti hewan liar,"
Dermaga Prevab
Keberangkatan kami bertiga (awalnya berempat, tetapi seorang berhalangan hadir) menuju Prevab sekitar pukul 08.30 WITA. Menuju ke Prevab harus menyebrangi Sungai Sangatta selama kurang lebih 15 menit dengan ketinting yang dikelola oleh masyarakat setempat. Untuk menyebrang dengan ketinting, kita dapat menuju pelabuhan ketinting Kabo Jaya, dekat Kantor Desa Swarga Bara di Sangatta, ya, dari Kantor PLN Sangatta hanya membutuhkan waktu sekitar 10 menit dengan kendaraan bermotor. (lebih jelasnya dapat dilihat di maps)
Penyebrangan Ketinting
Posisi Pelabuhan Ketinting (Pin Merah)
 Satu lagi fakta terpenting tentang Sungai Sangatta adalah SARANG BUAYA. Kalau beruntung kita bisa melihat para buaya berjemur di tepi sungai, tapi sayang sekali sungai sedang surut, jadi tak kita dapati buaya satupun disana.
Pak Hariadi, guide kami sekaligus fotografer dan Polisi Hutan TNK mewanti-wanti agar tidak mencelupkan anggota badan kedalam air saat berada diatas ketinting.
"Bisa jadi camilan buaya Sangatta," ujarnya.
Camp Kakap
Awalnya kami berminat untuk menginap semalam di Prevab, karena disana ada camp yang disiapkan bagi para pengunjung maupun peneliti. Tapi sayang sekali camp-camp disana penuh  oleh wisatawan asing, padahal kami juga ingin mengikuti wisata malam untuk melihat tarantula yang merayap keluar dari lubang-lubang di hutan.
Peneliti Berkebangsaan Kanada
Tiket masuk untuk wisatawan lokal sekitar tujuh ribu rupiah, sesampai disana kami bertemu dengan seorang wanita berkebangsaan Kanada yang sudah satu dasawarsa meneliti perilaku primata raksasa tersebut. Tak ayal dia sangat lancar berbahasa Indonesia ketika berbincang sekilas dengan kami.
Aku menghirup dalam-dalam aroma dedaunan membusuk ketika mulai menapaki hutan Prevab. Terlebih lagi kemarin sempat hujan sehingga petrikor-petrikor menimbulkan aroma yang sangat menenangkan pikiran.
Pohon Sengkuang
Vegetasi yang menghuni Prevab tak jauh berbeda dari Sangkima, hanya saja disana kami menemukan sebuah pohon Sengkuang yang berukuran sangat besar, lalu pohon Ara Gendang yang mana buahnya menjadi konsumsi makhluk-makhluk hutan tak terkecuali Orang Utan.
Aku merasakan, ternyata memang WAJIB hukumnya menggunakan jasa guide agar tidak tersesat dan ia dapat membantu pengunjung untuk menemukan dan melihat orang utan (kalau beruntung). 
Dan, ternyata aku memang sedang beruntung. Ditengah perjalanan kami bertemu orang utan yang sedang bermalas-malasan di alam liar.
Langit, Difoto Oleh pak Hariadi
"Lagi istirahat, habis makan. Itu namanya si Langit," Jelas Pak Hariadi sembari mengeluarkan lensa tele-nya.
Aduh! Lensa teleku ternyata ketinggalan di tas perbekalan. Aku menjitak kepalaku atas kebodohanku hari ini. Jadi hanya bisa mengambil gambar seadanya dengan lensa wide, dan hasil tentu apa adanya saat mengabadikan makhluk legendaris di uang lima ratus tersebut. Selebihnya aku minta gambar dari pak Hariadi, dan hasilnya memang keren parah!
Hanya sekitar dua jam kami berkeliling di hutan, dan kami beristirahat di Camp Kakap untuk makan siang dan sholat. Aku menggelar hammock untuk bermalas-malasan.
"Ada Labu menggendong anak!" Seru Pak Hariadi dan bergegas mengambil kameranya.
"Labu?" gumamku.
"Iya, Orang utan namanya Labu, lagi gendong anaknya namanya si Bulan." 
Namanya Si Labu
Secepat kilat aku lompat dari hammock, memakai sepatu dan menyambar kamera lalu mengikuti  Pak Hariadi dengan langkah tergesa. Benar saja. aku melihat ada Induk Orang utan sedang menggendong anaknya dan bergelayutan diatas pohon. Unch unch, asli menggemaskan anaknya !
Tiba-tiba ada sekelompok turis asing sibuk mendongak keatas sambil membidikkan kameranya. Mereka begitu antusias melihat pergerakan si Labu.
"Mereka turis dari Perancis, sudah keliling Kalimantan hingga Mahakam Ulu. Ya, lebih banyak turis mancanegara yang tertarik dengan orang utan. Di Prevab ini sisa sekitar dua puluh ekor orang utan, dan mereka semua memiliki nama dan perilaku yang berbeda-beda." Jelas Pak Hariadi.
Sekilas aku berpikir, betapa bodohnya manusia yang membunuh makhluk-makhluk lucu ini demi uang semata.
Para Pencari Makhluk di Uang Lima Ratusan
Primata yang sedang menggendong anak tersebut merangkak dan naik ke pohon Ara Gendang sampai titik teratas untuk makan. Lalu tiba-tiba hujan turun dengan derasnya, aku memutuskan untuk kembali ke Camp, menunggu reda dan mengakhiri petualangan hari ini.


Tips untuk mengunjungi Prevab :
1. Pakailah sepatu agar lebih aman dan nyaman
2. Pakai pakaian lengan panjang agar terhindar dari ulat-ulat nakal atau gigitan agas, pakailah lotion anti nyamuk bila dirasa perlu  
3. Jagalah kelestarian hutan, jangan melakukan vandalisme, menyakiti hewan atau buang sampah sembarangan
4. Wajib menggunakan guide/ranger demi keselamatan
5. Untuk menuju Prevab, wisatawan harus menuju Sangatta terlebih dahulu, lalu dapat menyewa mobil/ojek menuju ke Pelabuhan Ketinting Kabo Jaya
Ketinting, menjadi daya tarik tersendiri
Untuk informasi guide dan akomodasi, bisa dihubungi :
Pak Hariadi : +6282158088945
0
Share
Di Tenda ! Iya kemarin saat mengikuti Indonesia Enduro Championship di KTH Bike Park, aku menginap di tenda. Kebetulan Venue di  Wonderful Citamiang, karena titik berakhirnya KTH Bike Park di sekitar situ. Oke, saya kontak Pak RT (Bapak Dedi) untuk meminta tolong referensi penginapan yang terdekat di sekitar Venue. Sebagai info, KTH merupakan singkatan dari Kebun Tani Hutan.
"Yang jelas jangan Villa pak, saya perempuan dan sendirian, jelas nggak sanggup bayar sewa villa semalaman. Yang kamaran saja, kalau bisa paling dekat dengan Venue biar mudah informasinya. Saya sendirian nih dari Kalimantan Timur." Pintaku.
Suasana Camping Ground
"Oh iya mbak, nanti saya carikan...tapi sebentar, kalau menginap di tenda seperti ini mau nggak?" Pak Dedi menunjukkan beberapa gambar tenda besar beserta fasilitasnya.
"Sudah ada kasur, selimut, handuk, sepeda dan kardusnya bisa masuk mbak, InshaAllah aman."
"Siap pak, saya pesan satu, yang penting ada stop kontak. Oh iya kamar mandinya bagaimana pak?" Jawabku tanpa pikir panjang. Lokasi yang dimaksud adalah Area perkemahan Citamiang, Cisarua. Disana ada beberapa cottage instagrammable dan kedai kopi Cibulao di areal pintu masuknya.
"Kamar mandi cuma sepuluh meter dari tenda."

Asyiik...asyiiik.....aku nginap di tenda, haha. Sekali-sekali merasakan nuansa alam saat gowes keluar kota seperti ini. Ya, lokasi tendanya terletak di dekat sungai, dan malam-malam terdengar gemericik air dan derikan jangkrik dibawah naungan pepohonan pinus. Menenangkan sekali. Ditambah suhu udara yang dingin saat malam, membuatku bergulung-gulung karena kedinginan walau outfitku saat itu adalah sweater, kaos lengan panjang, celana training, dan kaos kaki. Sejata terakhir ditambah mukena biar makin hangat, hehe.
Tendanya memang sangat luas, sepeda dan semua tetek bengeknya masuk kedalam tenda masih terasa sangat lapang. Saat itu kasurnya hanya satu karena saya seorang diri, untuk reguler biasanya disediakan dua kasur. Bike Camp ini ceritanya.
Lokasinya pas 10 meter dari tendaku adalah venue, jadi mudah sekali memperoleh informasi seputar acara.
Didalam tenda, masih terlihat sangat lapang
Terlebih lagi Pak Dedi dan Kang Riki ini baik banget, selalu membantu beberapa kebutuhanku selama disana. Alhamdulillah. Aku rekomendasikan untuk liburan banget nih :)

Tanya-tanya seputar informasi sewa tenda/cottage di Citamiang bisa kontak by WA Pak Dedi : 08568848667
0
Share
Sejak insiden handlebar miring, aku jadi kenal sama temen-temen Bagong Racing, karena kebetulan mereka yang membantuku on track. Dan syukurlah aku jadi bisa numpang mereka menuju LS1 saat final run.
"Salut kita sama mbak, sendirian, jauh-jauh dari Sangatta ikut balapan kayak gini."
"Ya, pengalaman pertama. Jadi ya semangat berapi-api. Kalo udah kedua, dan ketiga mungkin pikir-pikir lagii...berat di ongkos om, nggak bisa sharing cost."
Sebelum Berangkat Race, Bersama Teman-Teman Bagong Racing
Berangkat menuju ke titik mulai LS1 pukul 06.30 WIB untuk mengantisipasi kepadatan lalu lintas di puncak. Setelah itu registrasi race dengan menukar kartu identitas dengan sensor transponder yang digunakan untuk mengkalkulasi waktu yang kita tempuh selama special stage (SS).
Untuk Induro seri ke 4 ini terdapat 3 SS dan 3 LS. Sedikit sih, tapi ya itu, sangat teknikal. Om-om yang memiliki jam terbang tinggi di dunia per-enduroan terkejut begitu mengetahui aku yang baru pertama ikut race nekat melibas trek yang  seperti ini.

Pre Race
"Ya masak aku mau mundur Om, maju terus dong. Kan sudah diniati dari hati."
Kebetulan aku dapat wave 5, alias start kloter ke 5. Bareng sama teman-teman Bagong Racing. Ya, aku nggak pernah anggap ini adalah sebuah balapan, tapi sekedar gowes bareng saja.

Liaison Stage 1 (1,3 km) - Special Stage 1 (2 km)
Untuk menempuh LS 1 seluruh peserta diberi waktu minimal 45 menit. Ya bagiku masih tergolong pedal-able, ada beberapa ruas jalan yang harus dituntun. Kulihat waktu masih panjang, sisa 30 menit lagi, masih bisa santai-santai sambil ngobrol dengan peserta lain. Masih tergolong ringan LS nya, hanya saja dari warung menuju start harus dorong sepeda nanjak terjal sejauh 35 meter. Megap-megap.
Root Section. Alhamdulillah selalu lolos
Istirahat sebentar, dan aku langsung start aja dengan yakin. Pokoknya section yang memungkinkan jatuh ya aku tuntun saja. Daripada wasting time. Hahaha. Alhamdulillah selama SS1 aku tidak crash sama sekali, asal berani ngepot aja.

Liaison Stage 2 (3,3 km) - Special Stage 2 (1,4 km)
"Ayo-ayo makan yang banyak, besok disiksa di LS 2, hahahha..." Ejek panitia terhadap kami. "Kalo mau cepet lewat LS2 ya dibalik aja, biar dapet turunan terus, ahhahaha...." Lanjutnya dengan tawa  sangat puas.

Teler di LS2, ahahha
Kebetulan aku start LS2 pukul 9 pagi. Gila emang awal-awal tanjakannya, setengah mati aku dorong sepeda dengan beberapa om-om dari kelas men master.
"Aduh, teler kita teh. Ini mah trek KTH Kondang yang biasanya diturunin malah dibalik, suruh nanjak." ucap seorang peserta yang tampak sudah sepuh.
"Hahha, pelan aja om. Bentar lagi juga nyampe." Hiburku sambil ketawa-ketawa getir, lalu lanjut ngobrol ngalor-ngidul biar nggak terasa lelah.
"Ya gini, kita bayar mahal malah disiksa di trek," gerutu om-om lain sambil ngemil coklat dengan gaya tengilnya. Diam-diam aku merasa terhibur sepanjang LS dengan ulah mereka.
Di tengah kebun teh, aku mendapati salah seorang peserta cowok duduk dengan posisi ban belakang sepeda dilepas. Wajahnya tampak bingung, wah, bocor ini bannya si om.
"Om...om....ada yang punya spare ban dalam ukuran 27.5 nggak?" tanyanya kepada om-om yang melalui LS2. Akan tetapi semua saling berpandangan, kayaknya nggak ada yang punya.
Iba dengan nasib om didepanku yang tampaknya nggak bisa lanjut race kalau nggak dapat ban dalam, akhirnya aku coba menawarkan ban dalam milikku.
"Nngg.....ukuran 27.5 x 25 bisa gak om?"
"Ohh...ada mbak? Bisa, bisa banget! Saya beli ya?" Pintanya sambil menyodorkan selembar uang seratus ribuan.
"Boleh Om, tapi Om nggak ada kembaliannya nih,"
"Udaah bawa aja,"
Dan akhirnya terjadi transaksi jual beli ban dalam di tengah kebun teh. Aku yakin, di 2 SS selanjutnya ini ban sepedaku bakalan aman.
Sesampainya di Warung OG, aku makan pisang dulu sebelum start. Waktu yang aku tempuh di LS2 hanya 75 menit dari jatah 120 menit. Trek SS2 ini banyak pedaling, tapi bisa aku lalui semua dengan lancar.

Liaison Stage 3 (1,3 km) - Special Stage 3 (2,5 km)
Anak Ini Sudah Lemas 
Akhirnya sampai juga di laga pamungkas, tapi tenagaku mulai terkuras. LS 3 ini treknya paling mudah, roller coaster dan bisa pedaling. Rimbun juga, nggak panas. Untuk SS3 merupakan SS yang paling panjang, banyak tikungan curam yang susah untuk aku lewati. Ada beberapa section nanjak, dan aku banyak berhenti sebelum melahap turunan yang sedikit teknikal. Berhenti, mengumpulkan nyali dan kuda-kuda. Sudah lelah dan kurang konsentrasi, sepedaku melaju dengan perlahan agar tidak oleng ke jurang.
Tapi akhirnya aku bisa melewati SS3 dengan selamat walaupun sudah terseok-seok. Bodo amat lah dengan podium, yang penting aku selamat....
Di venue, aku menukarkan transponder dengan print out hasil race. Aku dapat peringkat 4 kelas women open dan ke 162 dari 164 peserta, haha. Alhamdulillah, setidaknya aku berhasil mendapatkan hadiah ulang tahunku yang sempat tertunda di bulan Juni. Terima kasih Allah telah memberiku keselamatan dan podium :)
 Sampai jumpa di seri-seri berikutnya dengan skill yang makin membaik, semoga !
1
Share
Newer Posts Older Posts Home

AUTHOR

AUTHOR
Seorang wanita yang seperti kera sakti : Tak pernah berhenti, bertindak sesuka hati dan hanya hukuman yang dapat menghentikannya.

Labels

Berkeluarga INFLIGHT ITALY JAWA TENGAH Jambi KALIMANTAN TIMUR KUTAI TIMUR Lumajang NETHERLAND NUSA TENGGARA BARAT NUSA TENGGARA TIMUR Perancis SULAWESI SELATAN SUMATERA BARAT Sulawesi Utara Yogyakarta deutschland jakarta jawa barat jawa timur kalimantan selatan rusia

Popular Posts

  • ABOUT ME | ÜBER MICH
    "Allah menciptakanku saat sedang tersenyum, begitu pula ibu melahirkanku dengan senyum pula." Terlahir di Surabaya, 20 Juni ...
  • Berbagi Pengalaman Ketika Aku Joinan Tes D3 ITS-PLN
    Oy...sebelumya si Une minta maaf dulu, fotonya dibuat kayak hantu biar gak ada pemalsuan identitas, penghubungan alamat, walaupun aku pun...
  • Merindukan Otot Lelah dan Bau Hutan : Puncak Batu Putih, Kaliorang
    Alasan yang paling kuat untuk menjelajah Kutai Timur sebenarnya sederhana : Pandemi COVID-19. Yang awalnya memiliki rencana untuk terbang ke...
  • Deutschland für Anfänger (Pameran Jerman Untuk Pemula)
    Guten tag Leute :) Sebenarnya jujur, kejadian ini udah berlangsung sekitar sebulan yang lalu, tetapi nggak sempat ceritanya karena bentro...
  • #1 Babak Kedua Gunung Gergaji : Mengulang Pengembaraan di Barisan Karst Sangkulirang-Mangkalihat
     "Maaf ya, jika pesanmu baru bisa aku balas kira-kira hari Jumat."  Sejenak aku mengetik pesan terakhir padamu sebelum melanjutkan...
  • Sebuah Opini : Musik Klasik Untuk Semua
    Belajar musik klasik? Ogah ah, sulit, musiknya orang tua-tua. Mendingan belajar musik pop, cepet dikenal dan mudah. Mungkin banyak ...

INSTAGRAM : @FRAUNESIA

Copyright © 2015 Was ist los, Une?

Created By ThemeXpose