• Homepage
  • PORTOFOLIO (BOOKS)
  • About Me
Was ist los, Une?
Tentunya sebelum pergi berlibur ke suatu tempat harus mengetahui dan punya proyeksi dimana tempat untuk singgah dan bernanung, Iya kan? Untuk kali ini, perjalanan ke Ijen - Emakku - punya referensi penginapan yang tak terlalu jauh dari Paltuding (Pos awal pendakian kawah Ijen), yaitu di Arabica Homestay yang berdampingan dengan industri pengolahan kopi dan dikelola oleh perkebunan nusantara PTPN XII.
Sempat mencari-cari info di internet, sayang info masih minim. Ada situs untuk reservasi online kamarnya, cek saja disini untuk referensi harganya.

Bagaimana untuk menuju ke penginapan di Jampit?
Dari Baluran, menuju ke arah Bondowoso. Tak terlalu sulit sih karena sudah banyak papan penunjuk arah ke kawah Ijen/Kawah Wurung (menuju desa Sempol). Dari kota Bondowoso sendiri ditempuh dengan waktu sekitar 1,5 jam dengan kendaraan bermotor. Saat itu kami menuju kesana saat senja menjelang, jadi jalanan pun gelap, tak dapat melihat kondisi kanan kiri. Yang jelas, perjalanan menuju dataran tinggi berkelok-kelok dan ada beberapa ruas jalan yang rusak, jadi harus berhati-hati ya. 

Kalisat, Jampit.
Betapa leganya kami ketika melihat tulisan "Selamat Datang di Kalisat, Jampit." dengan kerlip lampu di kejahuan dan pos satpam yang petugasnya sibuk menghangatkan diri di perapian. Kami mengisi buku tamu dan dipersilakan masuk. Ternyata masih 5 km lagi !
"Kalau Arabica Homestay 5 km lagi, kalau yang Guest House Jampit masih 17 km lagi," kata penjaga pos.
"Guest House Jampit?" Emak bertanya.
"Iya ibu, semacam sewa rumah yang biasanya dibuat rombongan sih, coba lebih jelasnya tanya di Mbak Resepsionis."
Perjalanan pun dilanjutkan diselimuti dengan Hawa sejuk yang mengukung dan bintang yang berkelip lembut membuatku jatuh cinta dengan suasana ini.

Setelah 30 menit melaju melalui kebun kopi, kami menemukan perumahan khas milik PTPN, tanda Arabica Homestay sudah dekat. Benar saja. Arabica Homestay bergaya Eropa sudah tampat di depan kami. Mobil sejenis ELF berjajar di parkiran homestay. Ketar-ketir juga kami kalau tiba-tiba full.
Seranjang berdua, dijamin lebih hangat *eh *ups
Ruang tengah di Homestay itu sangat menyenangkan, turis-turis berlogat Belanda-Jerman memenuhi ruangan itu sambil menyesap hangatnya kopi dan teh. Aku dan emak reservasi di resepsionis. Ternyata syukurlah kamar masih banyak yang kosong karena bukan peak season. Satu kamar reguler berisi tiga bed dengan fasilitas air panas. Semalam Rp. 250,000,-. Kamarnya nyaman, recommended dilengkapi dengan selimut tetangga yang menghangatkan.
Suasana di Sekitar Arabica Homestay
Fasilitas lain di Penginapan ini adalah Mushalla, Makan Pagi, dan kantin yang menjual produk perkebunan, seperti : Kopi Robusta, Arabika, Teh Rolaas, dan Kacang Macadammia. Ditambah pemandangan pagi super indah yang dapat dinikmati secara gratis saat kita makan pagi. Sungguh menyejukkan lukisan alam ini, tak  bisa kutemukan di kota tempatku mencari nafkah.
Sarapan dengan Pemandangan Waw


Perjalanan Menuju Kawah Ijen Bagaimana?
Rumah dan Kebun Sayur :D
Dari penginapan menuju Paltuding dapat ditempuh sekitar 45 menit, lalu dari Paltuding menuju Bibir Kawah Ijen ditempuh dengan berjalan kaki sekitar 2 jam. Melalui perbukitan Kawah Wurung dan perkebunan yang indah. Kalau ingin menikmati Blue Fire, berangkatlah pukul 01.00 WIB. Hati-hati ada beberapa ruas jalan yang cukup berbahaya.

Semoga membantu bagi teman-teman yang mau berlibur di Kawah Ijen dan sekitarnya, jangan lupa reservasi jauh-jauh hari untuk memastikan ketersediaan kamar. Have a nice holiday :) 

3
Share
Menggadaikan waktu cuti yang sangat berharga ditengah pekerjaan yang ruwet adalah hal yang bodoh, menurutku. Selepas dari Baluran, walaupun badan masih kerasa pegel-pegel tapi aku tetap melanjutkan perjalanan bersama Emak dan grandmak ke Kawah Ijen. Emak tetep semangatnya nggak pudar, begitu pula dengan grandmak.
Kusangkanya perjalanan ke Ijen tak lama, hanya 2 jam. Tapi siapa sangka, dari Baluran ke Ijen hampir 3,5-4 jam ! Prediksi waktu sampai di penginapan milik PTPN XII Perkebunan Kopi yang memproduksi Robusta dan Arabika di Kalisat, Jampit meleset. Awalnya prediksi jam 6 sampai di Sempol (desa terdekat dari Ijen) tapi meleset satu jam setengah. Badan capek semua, rencana nongkrong malam malam sambil ngopi dan nge'long exposure' bintang nggak jadi. Padahal bintang-bintang di dataran tinggi ini sungguh menawan dan membuat diri ini tertawan. Hawa yang sejuk, dingin, membuat menyesal juga, kenapa dengan gobloknya tas yang berisi jaket andalan naik gunung bisa tertinggal. Badan gemelutuk kedinginan, tapi beruntunglah emak bawa jaket cadangan. 
Suasana  di Jampit ini sungguh menyenangkan dan menenangkan. Segar, bebas polusi, diapit pegunungan, dan jauh dari Mall yang menggoda iman cewek umur 22 tahunan. Tak masalah walaupun sinyal internet hanya EDGE, kebahagiaan di dataran tinggi menurutku bukan internet yang cepat, tapi hawa yang sejuk, bangun tidur menghirup udara bersih dan melihat kebun sayuran di sekitar rumah serta bunga-bunga khas yang hidup di dataran tinggi.
Penginapan di Kalisat (Arabica Homestay) nyaman, terdapat air panas di setiap kamarnya. Pemandangan di belakang kamar gunung-gunung dan perbukitan. Untuk lebih jelasnya aku paparkan di post selanjutnya ya! 

Resepsionis memberitahuku kalau ingin melihat blue fire (fenomena api biru yang hanya ada dua di dunia, katanya) harus berangkat pukul satu dini hari bareng dengan wisatawan yang lain. Dari penginapan ke Paltuding (pos awal pendakian ke Ijen) sekitar 45 menit dengan kendaraan bermotor. Hawanya dingin sekali. Aku merapatkan jaketku sambil meringkuk di kursi mobil sepanjang perjalanan.
Paltuding
Sesampainya di Paltuding, kami diberitahu bahwa untuk pendakian ke kawah ijen harus disertai dengan guide, per-orang lima puluh ribu. Berhubung semobil ada 3 orang (aku, emak, dan driver) maka kami membayar seratus limapuluh ribu ke satu orang guide. Okelah, kita sepakati dan segera menanjak ke Kawah. Jarak dari Paltuding ke Kawah sekitar 3-3,5 kman, full tanjakan, start dari pukul 02.00. Tak kusangka Emak juga ikut nanjak, tapi baru lima menit jalan emak udah kedinginan dan mengeluh tak bisa bernafas, jadi emak turun lagi. Aku sama driver lanjut. Dengkulku sakit bener gara-gara sudah lama nggak nanjak. 


Sepanjang jalan, kami sering menemui para penambang belerang yang sedang naik. Jalan mereka cepat banget. Pak Anto (guide kami) menceritakan bahwa para penambang sekali angkut belerang bisa mencapai 50-90 kg dan seharian bisa bolak-balik sebanyak 3 kali. Sekilo belerang dihargai seribu rupiah. Salut melihat mereka, semangat mereka tak pernah pudar untuk menghidupi keluarganya walau bertaruh nyawa dengan menghirup asap belerang berbahaya tiap hari dan pundak mereka memerah.
"Tapi penambang Belerang dari tahun ketahun kian berkurang mbak," jelasnya. "Saya ini juga penambang belerang, tapi lebih sering jadi guide. Kita bertahan di impitan ekonomi sekarang. Kalau tak ada job ya angkut belerang. Jadi guide wisatawan saya belajar banyak hal baru, mulai dari berbagai macam bahasa dan fotografi."
Aku menimpali dengan nafas tersengal. Salut nih, Pak Anto berbicara tanpa ada nada yang tersengal-sengal.
"Masih lama ya?" Tanyaku sebal karena nggak sampai-sampai.
"Seratus meter lagi kantin penambang."
Pemandangan sepanjang perjalanan
Bah, jalan seratus meter serasa sekilo. Tapi akhirnya sampai juga di Kantin penambang. Disini merupakan tempat untuk menimbang belerang yang mereka bawa. Ada juga kantin untuk beristirahat. Banyak pendaki yang mengatur nafas untu mempersiapkan rute selanjutnya.
"Habis kantin, mayoritas jalannya landai. Santai saja." Kata Pak Anto.
Makin semangat aku. Hanya sebentar mendaki, kemudian jalan landai.
"Ayo mbak lebih dipercepat, sudah jam segini ! Blue Fire keburu hilang. "
"Loh emang sampai jam berapa Blue Fire?" tanyaku.
"Maksimal jam lima, kemudian setelah itu berubah menjadi kepulan asap tebal."
Aku sedikit mempercepat langkah. Senter yang kubawa kian meredup. Dan akhirnya sampai juga di bibir Kawah Ijen. Suasana masih gelap dengan bintang dan bulan yang masih menggantung.
"Mana api birunya?" 
"Lihat dari sini," Pak Anto membimbingku ke sebuah tempat, lalu menunjukkan api yang berkobar dari kejauhan. "Itu,"
"Kecil pak?"
"Tingginya bisa sampai empat meter, kalau pengen lihat lebih jelas ayo turun kebawah, tempat penambang. Sekitar 800 m lagi"
Tanpa pikir panjang aku mengiyakan sambil deg-degan. Jalan turun ke kawah sangat curam, berbatu cadas. Kalau meleng dikit bisa jatuh bebas menghantam bebatuan. Berkali-kali aku hampir terpeleset namun aku masih berhasil mengendalikan tubuhku. Pak Anto jalannya santai banget sambil bawa tripodku.
Sekitar 30 menit akhirnya sampai juga di kawah Sulphuric Area. Api biru berkobar, pengunjung sibuk mengabadikan fenomena langka tersebut dengan dirinya. Aktivitas penambang pun mulai terasa. Beruntunglah arah angin baik, sehingga asap belerang tak menerpa kami.
Kompor Gas Raksasa
Aku segera mengeluarkan tripod. Di saat-saat seperti ini tripod sangat berguna untuk long exposure blue fire. Aku berhasil menangkapnya walau agak blur sedikit. Gila pokoknya, keren !
Satu jam kemudian matahari mulai tampak guratannya. Blue Fire mengecil dan akhirnya tertutup kepulan asap abu-abu tebal. Pengunjung banyak yang naik ke bibir kawah, sedangkan aku masih sibuk mengeksplor kawah itu. Menyentuh air kawah dan berfoto sana-sini. Tak disangka arah angin berubah dan asap menyelimuti ke arah pengunjung. Aku panik, nafasku sesak dan sakit, mataku perih, serasa tercekik. Aku terbatuk, Pak Anto yang menyadari akan hal ini langsung memasangkan masker khusus kepadaku. Aku berjalan terhuyung menjauh dari kepulan asap itu. Perih tak terkira.
"Tenang, jangan panik. Minum air biar tak sesak," saran Pak Anto. Aku menurutinya.
Belerang Cair by : Pak Anto
"Mau kuambilkan gambar belerang disana?" Tawarnya. Aku sempat ragu kalau bukan aku yang ambil gambar, nanti hasilnya tak sesuai dengan selera. Sedangkan kalau aku yang mengambilnya sendiri, takut mengihirup asap yang menyesakkan tersebut. Tapi aku mengiyakannya aja.
Aku mengawasi dari jauh, Pak Anto tampak sibuk mengambil gambar tanpa mengenakan masker. Wow, kuat banget paru-parunya! 
Beliau bercerita, dari blue fire terdapat pipa besi yang mengalirkan belerang cair kebawah. Belerang yang cair tersebut akan cepat membeku setelah terkena angin selama hitungan detik, sesuai dengan sifat belerang yang memiliki nomor atom 16
Setelah beliau mengambilkan beberapa gambar, aku segera memeriksa hasilnya. Tak kusangka, bagus juga Pak Anto mengambil gambar walau sedikit miring. Yang bikin aku takjub adalah data exif setiap gambar berbeda-beda ! Hebat, ini baru guide. Bisa fotografi! Tripod pun tak seberapa berfungsi kalau bukan buat long exposure api biru saja.
Trek Cadas Bikin Mules
Puas mengambil gambar, kami kembali keatas. Lihat medan yang dipenuhi dengan bebatuan saja sudah bikin mules. Tapi kupaksakan aja akhirnya sampai ke bibir kawah. Sangat menyenangkan! Aku melihat beberapa gunung yang mengapit Ijen. Gunung Merapi, Raung dengan ujung bersabit yang angkuh, Gunung Putri, Kawah Wurung dan lukisan Allah yang Maha Agung. Pak Anto menjelaskan bahwa di Gunung Merapi terdapat kawasan terlarang yang disebut Kawah Bulan. Aku pernah mengetahui dari foto-foto temanku, dan sekarang beliau menjelaskan bahwa kawasan itu adalah kawasan terlarang, berbahaya dan tak bisa sembarangan orang memasukinya.



Hasil karya Pak Anto
Sekitar pukul setengah delapan pagi kami turun, pengunjung hari itu termasuk sepi. Langit biru sempurna. Aku rajin mengabadikan setiap sudut-sudut indahnya. Lalu menemukan semacam patokan pembatas dua kabupaten, yaitu Bondowoso dan Banyuwangi. Baru sadar bahwa aku sedang berdiri diantara dua Kabupaten! Waw!
Sesampai di kantin pendaki, aku mendengar suara yang sangat akrab memanggilku. Terhenyak aku, ternyata Emakku sudah sampai pos kantin! Tapi emak bilang kalau nggak kuat untuk melanjukan perjalanan keatas. Emakku emang kuat! Mantan Pendekar Tapak Suci ! hahaha....
Cara membuat Souvenir dari Sulfur. Kaya buat ager-ager
Di pos kantin sendiri banyak yang menjual souvenir dari belerang. Berbentu macam-macam dan dibuat dengan cetakan agar-agar. Harganya muras, sekitar 5-10ribu. Aku beli yang kura-kura empat ekor. Lumayan bisa buat sabun jerawat, kata penjualnya. Aku ketawa.
Souvenir unyu dari Sulfur
"Buat tambah-tambah mbak, lumayan sehari bisa tambah 50-100ribu," cerita salah seorang penjual souvenir. Keren, kreatif banget ! Aku suka gaya mereka!
Sekitar jam 9 pagi kami sampai di Paltuding. Kaki pegal, kami segera kembali ke Jampit. Belum siap sih, untuk meninggalkan Ijen...yang berarti tak selalu sendiri !

Tips saat berkunjung ke Kawah Ijen :
1. Gunakan jaket yang nyaman, alas kaki yang cocok untuk trekking
2. Bawa senter, apalagi bagi yang berangkat dini hari untuk melihat blue fire
3. Usahakan bawa guide bagi yang belum pernah menuju kesini.
4. Waspada terhadap arah angin, patuhilah semua peraturan yang ditetapkan oleh pengelola Kawah Ijen.
5. Bawa air minum saat trekking.
0
Share
Cuti telah tiba ! Cuti telah tiba !
Betapa bahagianya apabila cuti tahunan yang dinanti dari dulu tiba. Hati pun serasa bebas dari penjara. Rencana-rencana liburan yang disusun dari awal masuk PLN pun harus direalisasikan kali ini. Emak udah bolak-balik telepon aku, tanya jadwal cuti agar emakku bisa ambil cuti juga dan mengantarkan putri kecilnya yang masih betah jomblo berjalan menjelajah seputar eks Karesidenan Besuki. Karena saking seringnya telepon, jadi nggak enak sendiri kalau tiba-tiba boss menolak usulan cutiku. Maka aku memohon ke bos supaya permohonanku dikabulkan dan janji tidak nakal lagi. Karena si bos masih muda, gaul, dan mengerti perasaan anak muda, maka permohonan cutiku dikabulkan. HORE !
Untuk cuti pertamaku aku ambil 4 hari, tapi dapatnya sepuluh hari karena aku kebetulan ada dinas di Balikpapan dan bonus sehari terhitung perjalanan dinas, jadi mau nggak mau harus rescheduling tiket pesawat biar jadwal kepulanganku maju sehari. Waktu dirumah itu berharga meeen!
Jadilah cutiku tinggal delapan hari dari duabelas hari jatah cuti tahunan. Setiap jadwal cuti harus disusun itinerarynya agar tak terbuang sia-sia. Hihi....deg-degan menanti cuti dan acara liburanku ini ! POKOKNYA HARUS SUKSES !
Untuk Hari pertamaku aku merengek ke emak untuk habiskan hari di TN Baluran, Situbondo. Emak dengan semangat menyetujuinya. Tanggal 11 Mei kami berangkat menuju Baluran dari Lumajang. Tak disangka Nenekku ikutan backpackeran juga,pengen merasakan backpackeran dengan cucunya yang paling bandel ini, hehe.
Lama perjalanan ke Baluran sekitar 4-4,5 jam dengan kendaraan pribadi via jalan Anyer-Panarukan. Probolinggo dan Situbondo. Ternyata tak semuanya perjalanan travellingku mulus. Mendadak ketika berhenti sarapan soto di Kraksaan, aku hendak mengambil sesuatu dari tas, dan kusadari bahwa tasku tak terdapat di bagasi mobil. Terkejut bukan main, karena tadi pagi sudah aku keluarkan dan ayahku membawanya. Kecewa berat, sudah packing semalaman ! Isi tas tersebut adalah baju ganti dan peralatan pribadi lainnya. Sempat panik tapi  emak segera menenangkanku.Yang terpenting adalah kamera dan tripodku tak tertinggal. Kalau semisalnya tertinggal, rasanya perjalanan ini tanpa nyawa saja.
Awalnya kukira perjalanan ini tak lama, ternyata cukup membosankan sepanjang jalan. Lurus, tak bercabang, hingga aku menemukan hutan yang dipenuhi oleh kera liar ekor panjang (Maccaca fascicularis) berkeliaran di sepanjang jalan. Berarak arak mengikuti kendaraan yang lewat. Tak sedikit pula bangkai kera tergeletak terpelindas kendaraan yang lewat. Lalu aku mendapati tulisan TN Baluran. Senang tak terkira ! Kukira sudah dekat, ternyata 25 km lagi kata sang sopir.
Jarak 25 km tak lama ternyata. Hati senang tak terkira ketika sampai di gerbang Baluran. Setelah beli tiket, kita langsung menuju Savana Bekol yang berjarak sekitar 13 km dari pos awal Baluran, Batangan.
Jalan menuju Savana Bekol rusak, tapi masih bisa dilewati oleh mobil. Kanan kiri hutan yang mulai meranggas, lalu burung dan ayam hutan yang cantik berkeliaran sambil diikuti anak-anaknya yang menggemaskan. Mau diambil gambarnya, sayang mereka keburu kabur.
Savana Bekol merupakan prairie yang sangat luas, hanya ditumbuhi oleh beberapa pohon dengan latar belakang gunung Baluran, saat itu kondisi rumput Bekol hijau dan basah. Kebetulan hari sangat cerah, jadi filter circular polarizer dapat berfungsi dengan maksimal. Hasil Foto pun menjadi cantik.
Hasil Foto cantik dengan Filter CPL. Judul Foto Ini adalah Bunga di Savana :))
 Di savana ini pun dihuni oleh beberapa fauna seperti kera berekor panjang dan banteng baluran (Bubalus bubalis). Seperti biasa, segerombol banteng kabur duluan sebelum difoto. Menyedihkan :( Jadi aku sarankan untuk menuju ke tempat ini saat hewan-hewan itu feeding time sehingga kita bisa mengambil gambar dengan momen yang menarik. Carilah info sebanyak-banyaknya kepada petugas, kapan sih mereka waktunya keluar cari makan.

Berikut ini aku pamerkan hasil-hasil jepretanku yang mungkin bisa membawamu tertarik mengunjungi tempat ini :D
Ekspresi Une Yang bebeas dari kerjaan kantor
Gunung Baluran dan Savana
Di Bekol ini juga terdapat penginapan dengan tarif terjangkau dengan menggunakan nama-nama satwa khas penghuni Baluran. Siapa tahu anda ingin menikmati suasana malam di Baluran. Denger-denger milkyway saat musim kering cantik lho !
Spot yang tak pernah ketinggalan dibuat foto di Bekol adalah Kumpulan tengkorak banteng yang disusun dan diberi atap rumbia.
Kera Lapar di Savana
Karena Panas yang cukup menyengat, maka kami melanjutkan perjalanan ke pantai Bama, sekitar 3 km dari Bekol. Sepanjang jalan aku melihat semak, pepohonan yang menghijau, rusa jawa (Cervus Timorensis) sedang mengunyah, dan merak hijau (Pavo muticus) yang berjalan malu-malu. Langit Baluran supercerah, tanpa awan sedikitpun.
Pantai Bama, disini kita dapat melihat atraksi kera. Mulai dari menggendong anak, menyusui dan berinteraksi dengan alam serta manusia. Hati-hati barangmu dirampas oleh kera-kera berekor panjang tersebut. Mereka tak sungkan menaiki mobil pengunjung dan kuku tajam mereka menggores body mobil !
Atraksi Kera Tertangkap Kamera
Selain itu kita bisa mengamati hutan mangrove melewati jembatan beton dan mangrove terbesar di Indonesia di sekitar Pantai Bama. Di hutan Bakau ini kaya akan vegetasi hewan-hewan penghuni air payau, tak jarang kita mendengar kecipak hewan seperti yuyu atau ikan. Perairan Bama yang dangkal hingga 300 m kearah laut cocok untuk menyapa ikan hidup dalam naungan mangrove.
Hutan Bakau di TN Baluran
Enjoy your day ! Tujuan selanjutnya adalah ke Kawah Ijen :) 

Tips Menuju TN Baluran :
1. Musim kering saat jati meranggas bagus dikunjungi, karena anda akan mendapatkan suasana yang beda. Yang jelas jangan musim hujan ya :))
2. Iklim di Baluran Sangat Kering, jangan lupa sediakan logistik berupa air minum dan makanan yang cukup.
3. Bawa sunblock dan pelembab
4. Jangan mengotori tempat ya :D


0
Share
Newer Posts Older Posts Home

AUTHOR

AUTHOR
Seorang wanita yang seperti kera sakti : Tak pernah berhenti, bertindak sesuka hati dan hanya hukuman yang dapat menghentikannya.

Labels

Berkeluarga INFLIGHT ITALY JAWA TENGAH Jambi KALIMANTAN TIMUR KUTAI TIMUR Lumajang NETHERLAND NUSA TENGGARA BARAT NUSA TENGGARA TIMUR Perancis SULAWESI SELATAN SUMATERA BARAT Sulawesi Utara Yogyakarta deutschland jakarta jawa barat jawa timur kalimantan selatan rusia

Popular Posts

  • ABOUT ME | ÜBER MICH
    "Allah menciptakanku saat sedang tersenyum, begitu pula ibu melahirkanku dengan senyum pula." Terlahir di Surabaya, 20 Juni ...
  • Berbagi Pengalaman Ketika Aku Joinan Tes D3 ITS-PLN
    Oy...sebelumya si Une minta maaf dulu, fotonya dibuat kayak hantu biar gak ada pemalsuan identitas, penghubungan alamat, walaupun aku pun...
  • Merindukan Otot Lelah dan Bau Hutan : Puncak Batu Putih, Kaliorang
    Alasan yang paling kuat untuk menjelajah Kutai Timur sebenarnya sederhana : Pandemi COVID-19. Yang awalnya memiliki rencana untuk terbang ke...
  • Deutschland für Anfänger (Pameran Jerman Untuk Pemula)
    Guten tag Leute :) Sebenarnya jujur, kejadian ini udah berlangsung sekitar sebulan yang lalu, tetapi nggak sempat ceritanya karena bentro...
  • #1 Babak Kedua Gunung Gergaji : Mengulang Pengembaraan di Barisan Karst Sangkulirang-Mangkalihat
     "Maaf ya, jika pesanmu baru bisa aku balas kira-kira hari Jumat."  Sejenak aku mengetik pesan terakhir padamu sebelum melanjutkan...
  • Sebuah Opini : Musik Klasik Untuk Semua
    Belajar musik klasik? Ogah ah, sulit, musiknya orang tua-tua. Mendingan belajar musik pop, cepet dikenal dan mudah. Mungkin banyak ...

INSTAGRAM : @FRAUNESIA

Copyright © 2015 Was ist los, Une?

Created By ThemeXpose