• Homepage
  • PORTOFOLIO (BOOKS)
  • About Me
Was ist los, Une?
Sebenarnya sih, aku merengek setengah mati gara-gara ingin ikut inventarisasi ke unit-unit kerja Area Bontang. Menjelajah ke pelosok Kutai Timur yang penuh dengan kejutan. Perjalanan panjang, berliku, memusingkan, dan penuh tantangan itu membuat tim inventarisasi yang terpilih sebenarnya cowok semua. Aku ikut aja sebagai stuntman gara-gara temenku berhalangan ikut.
Kaget aja kalau ada cewek yang merengek-rengek minta ikut kayak aku. Yah, aku emang berjiwa petualang sih. Kita memulai semuanya dari tanggal 23 Nopember 2014.
Tujuan  kami adalah :

 1. Karangan Dalam
Karst, hutan tropis, dan hutan sawit membentang sepanjang perjalanan menuju Karangan Dalam dan Pengadan. Yang paling memukau ya karst. Apalagi aku pernah baca-baca kalau di kawasan Kutai Timur, Bengalon itu banyak terdapat bentangan karst keren dan gua-gua prehistoris dibawahnya, mirip kayak karst di film Kera Sakti. Anggap saja jalan-jalan biar nggak stress. Hehe. 
Karst ala Kera Sakti :D
PLTD di Karangan Dalam
Jujur sih, perjalanan menuju Karangan Dalam banyak mengeluh juga. Jauh, berbatu, dan tergoncang kesana-sini. Heran juga di 'dalem' gitu masih ada penduduk, gimana dulu mereka mencapai tempat itu?

2. Pengadan
Keseruan terjadi disini. Tim inventarisasi sempat bermalam disini. Hawanya sejuk, dan diapit kebun-kebun sawit. Kalau pagi kabut sutra ungu turun menyelimuti desa.

Manjat Storage Tank : sounding BBM
Dan disini juga kami mengalami insiden selip di tanah liat yang dikelilingi kebun sawit selama dua jam. Bertemu mobil double gardan abal-abal, hingga insiden kabel listrik yang putus digunakan untuk menarik mobil yang selip. Seru dan cukup tegang saja, hahaha.
Kesalahan besar menuju ke tempat seperti itu dengan mobil Avanza. Nggak mempan bung !
Cukup seram insiden ini :D
 
3. Sangkulirang
Sangkulirang adalah kecamatan tertua di Kutai Timur. Terpisah dari pulau Borneo, tapi udah dihubungkan dengan jembatan. Aku sempat dua kali mimpi ke tempat ini gara-gara mimpi Karst...karst...karst...yang tersebut di Sangkulirang. Haha. Sekali search Sangkulirang di Google eh yang keluar malah karst. Tapi sampai sana aku tak menemukan semuanya -_-
Kantor Pelayanan Sangkulirang
Jembatan Sangkulirang
4. Muara Wahau dan Sepaso, tak sempat terdokumentasikan -_-
 Tampaknya sudah mulai jenuh dan lelah, hahaha~

Sampai jumpa di jelajah alam Borneo berikutnya !
0
Share
Kakiku tampaknya sudah kumat gatalnya lagi. Sudah lama tak jelajah alam bersama kawan. Hari Sabtu, 22 Nopember 2014 aku merencanakan untuk trekking ke Sangkima, vegetasi hutan hujan tropis di kawasan Taman Nasional Kutai, jalan poros Bontang Sangatta.
Seperti biasa, aku jadi yang terkecil dan terganteng :D
Tapi sial memang, Sabtu itu hujan deras memaksa kami untuk membatalkan rencana petualangan kami daripada memaksakan jalan dalam kondisi licin, dan terpeleset masuk jurang, hahaha.
Syukurlah, Allah berbaik hati pada keesokan harinya. Cuaca Minggu pagi cerah sekali, dan makin memantapkan langkah menuju kesana. 
Dengan mengendarai sepeda motor start pukul 08.00 pagi, kami berenam menuju Sangkima. Perjalanan menuju Sangkima dari Bontang sekitar satu jam, lumayan bikin pantat memanas juga, hehe.
Untuk hari libur, pengunjung domestik diwajibkan untuk membayar tiket masuk sebesar 7500 rupiah. Dalam wisata petualangan Sangkima ini, aku sudah melumuri diri dengan losion anti nyamuk untuk menghindari serangan nyamuk hutan yang tanpa kita sadari bisa membawa parasit. Buat jaga-jaga saja, untuk keamanan.
Liana dan kanopi hutan
Dan trekking pun dimulai. Trek pertama pengunjung melalui boardwalk yang dinaungi dengan pohon-pohon berkayu khas vegetasi hutan hujan tropis. Liana-liana banyak kami temui sepanjang jalan yang merambat keatas membentuk tajuk atau kanopi. Siulan burung, suara jangkrik, bau tanah humus yang basah, gemericik air, wow, menyenangkan sekali bagi gadis pecinta alam seperti aku. Paru-paru terasa segar sekali daripada harus menjadi perokok pasif ketika berkumpul dengan beberapa rekan yang perokok.

Tipikal trekking di Sangkima
Sepanjang jalan kami menemukan beberapa trek yang cukup menguji adrenalin dan keren banget buat foto-foto, seperti jembatan gantung, boardwalk licin, kayu ulin yang roboh yang paling seru buat fotografi, dan tak lama setelah itu kami bertemu dengan ulin raksasa yang berdiameter dua meter lebih, setelah itu kami menjejak trek tanah, bukan boardwalk lagi.
Salah satu jembatan yang dilalui

 
Jadi foto model Tarzan cantik hehe :D
Ulin raksasa dan tertua,  usianya bahkan mencapai ribuan tahun
 Sepanjang jalan aku sempat mengusili temanku cowok yang paling penakut, aku lemparin hewan aneh yang bisa menggulung diri, dia sibuk merekam perjalanan kami sampai sandalnya putus dan kita ketawain habis-habisan. Pokoknya aku dan dia saling ejek dan meleletkan lidah tanpa henti, persis seperti anak TK.
Pertarungan abadi, di hutan atau kantor
Ternyata trek tak hanya datar-datar saja, ada yang menanjak dan cukup menguras energi. Si Wahyu (yang paling sering kai kerjain) terseok-seok menyeret sandalnya yang putus sambil memasang wajah muram, dan menceracau sepanjang jalan, "Hei, kapok ikut main bareng kalian lagi ! Kalau ngajak jalan kasih tahu dong medannya kayak apa ! biar aku bisa persiapan sandal..." Dan yang lainnya hanya ketawa setengah mengejek, termasuk aku. Ketika medannya menurun atau melipir jurang, Wahyu berpegangan pohon sambil memasang wajah super waspada, haha. Tak hanya itu, kami berlima juga selalu mengerjai dia ketika melewati jembatan gantung, kami goyangin sesuka hati hingga dia bergidik ketakutan. Seneng sekali ngerjain temen sampai ketakutan, rasanya ada kepuasan tersendiri gitu haha.
Ada trek yang mewajibkan kita pegang tali seperti ini, jadi bawa sandal trekking ya

Setelah itu kita menemukan pemandian tujuh puteri, yah mirip kolam berundak dan setelah itu rumah pohon setinggi kurang lebih sepuluh meter. Disana banyak juga anak-anak yang lagi camping. Karena aku emang pemberani, jadi aku panjat rumah pohon itu dengan kaki cukup gemetaran, haha. Tinggi juga ternyata ! Challenge accepted ! aku menjadi peserta pertama dari rombongan itu yang berhasil mencapai rumah pohon disusul dengan dua cowok setelahnya, haha. Bangga betul !
Rumah pohon

Cukup puas gemetaran ria di rumah pohon, kami segera melanjutkan perjalanan karena kondisi kami saat itu cukup lelah gara-gara belum sarapan. Gila nggak sih! Trekking sepanjang empat kilo tanpa asupan kalori sebelumnya (nggak sarapan). Mati aja, jangan ditiru yah !
Vegetasi unik hutan hujan tropis

Hewan yang bisa bertransformasi

Dan...dari beberapa jembatan gantung yang dilalui, jembatan sling yang ini adalah jembatan yang paling aku tunggu-tunggu.  Hanya satu sling aja yang bisa dipijak dengan kaki. Wow, ini baru tantangan, kecil aja sih menurutku, tapi tampaknya cukup mengerikan bagi Wahyu. Seperti biasa kami beraksi menggoyang-goyangkan jembatan sling itu sampai Wahyu teriak ketakutan di tengah jembatan. Aku hanya terkikik dengan suaraku yang khas.
Jembatan sling yang dibawanya itu sungai

Trek sepanjang 4 km berhasil kami lalui selama tiga jam. Itu memang terlalu lama, gara-gara kami terlalu sering berhenti untuk berfoto dan ngusilin teman.
Yeah, setelah melalui jembatan sling yang seru, kita melewati arboretum tanaman obat, setapak ulin kecil, dan akhirnya, sampailah kita pada shelter terakhir yang membahagiakan. Capek sih, tapi seperti biasa, seru nggak ketulungan menjelajah rimba Borneo !

Saranku untuk pengunjung tropical rainforest trekking di Sangkima :
1. Pake losion anti nyamuk, banyak nyamuk hutan cukup ganas dan serangga yang kadang bisa menggigitmu tanpa izin
2. Jangan sakiti fauna dan flora yang ada disana
3. Pake sunblock
4. Bawa air pas trekking, haha. Paling wajib ini.
5. Untuk fotografi, aku bawa lensa wide 40.5 mm, atau kalau pengen tampil beda bisa bawa tele agar hasil lebih unik. Untuk filter, bisa pakai Circular Polarizer. Untuk ND nggak diperlukan sama sekali haha. Karena rimbunnya hutan membuat cukup gelap. Kalo tripod sih...bawa gorillapod aja kalo nggak mau ribet
6. Awas kalo sampai ada buang sampah sembarangan. Xixixi


0
Share
Tugu Khatulistiwa di Indonesia ternyata tak hanya terletak di Pontianak saja. Di Kalimantan Timur, tepatnya Kabupaten Kutai Kartanegara, Santan Ulu juga terdapat Tugu Khatulistiwa tepat di koordinat 00(derajat)00'00"LU  117"21'47" BT. Terletak diatas bukit dan diapit oleh vegetasi hutan berkayu. cuma lebih sederhana. Katanya sih, baru direnovasi sama perusahaan Kaltim Methanol Industri (KMI). Tiket masuk? Gratis.
Kurang lebih kayak ginilah penampakannya :D
Baru kali ini kesampaian kesana, padahal sering juga lewat karena lokasinya memang terletak di pinggir jalan utama menuju Samarinda dan Balikpapan. Untuk hari ini kebetulan bisa mampir, gara-gara habis ada pekerjaan di perbatasan Samarinda, dan pulangnya bisa sekalian mampir.
Kondisi Tugu Khatulistiwa sendiri sepi, tak terawat, kotor dan ada beberapa botol bekas bir. Tak lama setelah kami datang, sekelompok cowok naik motor dengan suara knalpot mirip seng dipukul mendatangi lokasi itu. Busyet dah, kita khawatir banget, takut dipalak. Bayangin aja, saat itu kita membawa satu kamera DSLR canon, satu kamera mirrorles Sony, GPS 64s Garmin, Smartphone,  dan motor Honda beat item dekil (gara-gara habis offroad di lumpur). Kalau dirampas semua nilainya lumayan juga, bikin nangis.
Sepi dan kurang terawat
Sempat aku dan temenku memutuskan untuk balik aja setelah 'gangster' itu membawa botol ukuran 1,5 L diisi cairan kuning muda, lalu mereka minum rame-rame, mabuk di khatulistiwa. Wadow, makin horor aja. Tapi aku nekatin mendekat ke bangunan tugu tempat mereka mabuk-mabukan. Kapan lagi , pura-pura nggak liat aja.
Good JOB !
Karena kebetulan bawa GPS, aku segera cek koordinat tempat aku berdiri, eh ternyata beneran aku berdiri di atas garis khayal, hahaha. Merasa hebat dan keren aja karena bisa berdiri di tengah-tengah bumi, karena sebelumnya aku dan temenku sibuk cari koordinat di GPS hingga tepat bener-bener 0, dan itu susah betul, harus maju mundur ngepasin.
Maju mundur dapetnya segini
Setelah berjalan mengelilingi dan ngintip dalamnya (ternyata ada tangga menuju puncak untuk melihat keindahan zamrud Kalimantan dan foto-foto tugu khatulistiwa di seluruh dunia) tapi sayang dikunci, aku memutuskan untuk pulang, tak kusangka disapa oleh salah satu gangster itu.
"Hei mbak, kalo mau masuk bisa pinjem kunci di bawah," tawar si gangster yang ada hansaplast di keningnya.
"Eh, bisa ya?"
"Kalau besok Minggu emang dibuka,"
"Emang ada apa diatas?"
"Ya liat pemandangan biasa aja," jawabnya datar sambil pegang sloki, dan menenggaknya.
Karena bergidik ngeri, mending kabur saja. Miris lihat pemuda harapan bangsa mabuk di khatulistiwa. Setelah puas berfoto-foto, kami segera pulang dan pengen kembali lagi suatu saat untuk memecahkan misteri telur berdiri vertikal saat kulminasi matahari :)


0
Share
Minggu, 12 Oktober. Rasanya aku tak perlu susah-susah menyusun itinerary untuk menghabiskan waktu. Kebetulan saja Bontang sedang merayakan hari jadinya yang ke 15, jadi ada serangkaian acara yang seru untuk memperingatinya dan aku berinisiatif untuk berburu foto disana. Mulainya emang jam sembilan pagi, tapi aku berangkat jam setengah sepuluh, jadinya aku terjebak kemacetan parah di sepanjang jalan.
Biasanya sih kalau di Lumajang aku ogah-ogahan nonton acara pawai seperti ini. Panas, sesak, dan rawan copet, hehe. Tapi karena nggak ada kerjaan lain, maka aku nekatin aja kesana, melawan cuaca terik demi mengasah kemampuan fotografiku. Hehe. Berhubung aku bawa mirrorless kesayangan, jadinya nggak repot berat-berat bawa kesana kesini. Simpel :D Aku huntingnya bareng sama temen-temen PLN.
Untuk konsep BCC (Bontang City Carnival) ini mirip seperti karnaval JFC di Jember, cuma ini mengusung budaya-budaya yang telah berkembang di Bontang karena dibawa oleh pendatang yang menetap di Bontang, seperti budaya Bugis, Minang, Bali, Banyuwangi, Jawa, Ponorogo, Dayak, dan Toraja. Mungkin sekedar pengingat saja bagi masyarakan Bontang, kesatuan dalam keberagaman itu indah :)












Beberapa gambar diatas adalah suasana BCC. Banyak kreativitas tercipta disini !
0
Share
Newer Posts Older Posts Home

AUTHOR

AUTHOR
Seorang wanita yang seperti kera sakti : Tak pernah berhenti, bertindak sesuka hati dan hanya hukuman yang dapat menghentikannya.

Labels

Berkeluarga INFLIGHT ITALY JAWA TENGAH Jambi KALIMANTAN TIMUR KUTAI TIMUR Lumajang NETHERLAND NUSA TENGGARA BARAT NUSA TENGGARA TIMUR Perancis SULAWESI SELATAN SUMATERA BARAT Sulawesi Utara Yogyakarta deutschland jakarta jawa barat jawa timur kalimantan selatan rusia

Popular Posts

  • ABOUT ME | ÜBER MICH
    "Allah menciptakanku saat sedang tersenyum, begitu pula ibu melahirkanku dengan senyum pula." Terlahir di Surabaya, 20 Juni ...
  • Berbagi Pengalaman Ketika Aku Joinan Tes D3 ITS-PLN
    Oy...sebelumya si Une minta maaf dulu, fotonya dibuat kayak hantu biar gak ada pemalsuan identitas, penghubungan alamat, walaupun aku pun...
  • Merindukan Otot Lelah dan Bau Hutan : Puncak Batu Putih, Kaliorang
    Alasan yang paling kuat untuk menjelajah Kutai Timur sebenarnya sederhana : Pandemi COVID-19. Yang awalnya memiliki rencana untuk terbang ke...
  • Deutschland für Anfänger (Pameran Jerman Untuk Pemula)
    Guten tag Leute :) Sebenarnya jujur, kejadian ini udah berlangsung sekitar sebulan yang lalu, tetapi nggak sempat ceritanya karena bentro...
  • #1 Babak Kedua Gunung Gergaji : Mengulang Pengembaraan di Barisan Karst Sangkulirang-Mangkalihat
     "Maaf ya, jika pesanmu baru bisa aku balas kira-kira hari Jumat."  Sejenak aku mengetik pesan terakhir padamu sebelum melanjutkan...
  • Sebuah Opini : Musik Klasik Untuk Semua
    Belajar musik klasik? Ogah ah, sulit, musiknya orang tua-tua. Mendingan belajar musik pop, cepet dikenal dan mudah. Mungkin banyak ...

INSTAGRAM : @FRAUNESIA

Copyright © 2015 Was ist los, Une?

Created By ThemeXpose