• Homepage
  • PORTOFOLIO (BOOKS)
  • About Me
Was ist los, Une?
Siapa bilang ketika pergi ke wilayah kecamatan-kecamatan tersebar di Kutai Timur hanya didedikasikan untuk perjalanan dinas? Oh, tentunya tidak dong, tengok saja post sebelumnya tentang bersepeda di Sangkulirang bersama teman-teman baru disana, dan ternyata Kutai Timur itu menyimpan ribuan ragam keanekaragaman hayati yang seru jika dijelajahi. Ya sebut saja seperti pesisir dan kepulauan di Miang, Hutan Lindung Wehea dan Taman Nasional Kutai, Puluhan Desa Budaya Kutai dan Dayak, Gua Prasejarah yang terdapat tapak tangan, Karst sebagai lumbung air bersih, dan masih banyak lainnya. Nah pada kesempatan kali ini saya berkesempatan untuk mengunjungi kawasan Mata Air Tangga Bidadari di desa Selangkau, Kecamatan Kaliorang.
Kesempatan untuk mengunjungi obyek wisata tersebut aku dapatkan ketika melakukan Sosialisasi Kelistrikan kepada beberapa desa di Kaliorang, dan kebetulan lokasinya tak terlalu jauh dari mata air tersebut, hanya sekitar 5 km saja.
Lokasi Mata Air Tangga Bidadari (Pin Merah) 
Jadi, untuk menuju kesana dari Sangatta tinggal menuju ke arah Sangkulirang, setelah menemukan pertigaan simpang Kaliorang, tinggal belok kekanan dan lurus saja ikuti jalan poros. Kalau kurang yakin bisa bertanya ke penduduk sekitar. Untuk kondisi jalan ada memang beraneka rupanya, ada yang jalan aspal mulus, aspal rusak. Lanjut jalan makadam, tanah yang keras dan berdebu, yang sedikit becek dan licin, hingga menyebrang jalan hauling tambang batubara milik PT Indexim Coalindo.
Pintu Masuk

Letak Mata Air Tangga Bidadari sendiri terletak di desa Selangkau, Kecamatan Kaliorang. Selangkau sendiri merupakan salah satu desa yang berbatasan dengan pesisir selat Makassar. Pas dibawah kaki salah satu gugusan Karst Sangkulirang Mangkalihat, gunung Sekerat. Airnya sungguh menyegarkan, jernih, dan suasananya adem karena banyak pepohonan. Kenapa disebut Tangga Bidadari? Ya, dengan kondisi air terjun yang berundak-undak tinggi mirip seperti tangga dengan lantai yang terbentuk dari bagian karst, maka layak disebut Tangga Bidadari karena memang sangat indah.
Asli dari Pegunungan Karst
Ketika bertemu dengan kondisi yang sangat menyenangkan dan merelaksasi pikiran ini, maka otomatis tanpa diperintah semua pengunjung bertingkah seperti anak kecil yang sedang bermain-main. Berteriak, tertawa lepas melihat temannya bertingkah konyol, menciprati temannya dengan air, dorong-dorongan, hingga bergelayutan di dahan-dahan pohon. Padahal usianya sudah tua semua, termasuk saya.
Kukang
Akhirnya saya yakin bahwa adanya karst menjadi kunci untuk mengetahui hidrologi suatu kawasan. Iya, semacam tandon raksasa ciptaan Allah yang menyimpan air yang melimpah ruah di bawahnya. Teringat dengan firman Allah dalam Al Quran surat Fushshilat ayat 39:

"Dan di antara tanda-tanda-Nya (Ialah) bahwa kau lihat bumi kering dan gersang, maka apabila Kami turunkan air di atasnya, niscaya ia bergerak dan subur. Sesungguhnya Tuhan Yang menghidupkannya, Pastilah dapat menghidupkan yang mati. Sesungguhnya Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu."

Allahuakbar. Semoga kita semua bisa melestarikan kawasan Karst ini agar sumber daya air dan keindahannya dapat dinikmati oleh seluruh makhluk hidup di muka bumi dan generasi penerus kita.
Jagalah kebersihan tempat ini ketika mengunjungi ya. Jangan karena tidak dipungut biaya maka kalian dengan senang merusak dan membuang sampah sembarangan.
Tim Sosialisasi Senang-Senang
0
Share
Tawaran gowes bareng Goweser Sangkulirang (nama klubnya GSS, Goweser Sehat Sangkulirang) oleh Om Nasri di Whats App Group Goweser Sangatta langsung kutanggapi cepat, dan akupun menjadi pendaftar nomor tiga kalau nggak salah. Ini saatnya aku tunjukkan bahwa di Sangkulirang tidak hanya menjadi tempat untuk mengais rejeki saja, tapi juga bisa menjadi tempat untuk seru-seruan dan hahaihi bareng.

Keberangkatan rombongan kami dari Sangatta (10 orang) pada hari Sabtu, 23 Februari 2019 pukul 2 siang, dan menuju Sangkulirang kurang lebih 3-3,5 jam melalui jalanan yang beraneka rupa. Ada yang makadam, lalu mulus, berlobang besar hingga kepala sempat terjedot jendela saat perjalanan. Padahal jujur aku masih merasa sedikit capek karena habis dinas ke beberapa kecamatan di Kutai Timur untuk mengais rejeki...tapi tak apalah, kan ini judulnya gowes hahahihi, jadi aku tak akan memforsir tenagaku agar tetap fit hari Senin nya.
Dan sekitar pukul 5 sore rombongan kami sampai di Sangkulirang dan disambut oleh Om Amir, ketua GSS. Sorenya itu baru touchdown di markas GSS kami langsung ada gowes selamat datang dan foto-foto ke Jembatan Ronggang yang termahsyur di Sangkulirang.
Malamnya, kami benar-benar dimanjakan oleh sajian yang sangat memanjakan lidah. Mulai dari Appetizer, main course dan dessert yang menggoda selera dan membuat makan ingin nambah terus. Luar biasa ! Ikan bakar yang tidak pernah habis, hingga dessert puding yang tidak kunjung habis pula! Selanjutnya Pak ketua memberikan arahan berupa kisi-kisi trek yang akan dihadapi besok.
"Tanjakannya lumayan banyak ya. Banyak melalui kebun sawit dan rawat tersesat karena cabang jalan lumayan banyak. Besok kita saling menunggu saja."
"Gowesnya kemana Pak Ketua?" celetuk salah satu calon peserta gobar besok.
"Nyebrang dulu, naik kapal ke Peridan."
"Woeh, Sandaran kah?" celetukku.
"Nggak mbak, teler kita kalau ke Sandaran. Estimasi besok sekitar 25 km dan 4 jam santai-santai."
"Ya benar kita pasti teler, apalagi dijamu oleh makanan yang super enak dan melimpah ruah ini." Salah satu suara memecah tawa lagi malam itu.

Minggu, 24 Februari 2019
Kami bangun pagi-pagi, sarapan mihun dulu, lalu menyeberang ke Peridan dengan Feri. Untuk penyeberangan kurang lebih 15-20 menit, lalu dilanjut gowes melalui perkampungan di Peridan dan mulai masuk ke semak-semak dan hutan sawit dengan tanjakannya yang mengerikan. Ini menjadi trek terbaik Sangkulirang yang disajikan kepada kami.
Nyebrang Pake Feri
Muka hepi ada turunan
"Lumayan banget tanjakannya, roller coaster," Batinku dengan nafas bengek. Iya, seperti roller coaster, begitu turunan menukik tajam, selanjutnya dihajar tanjakan tajam juga. Jadi aku benar-benar memposisikan posisi gear di paling ringan sehingga langsung bisa dikayuh ketika mencapai titik tengah tanjakan. Satu lagi, saya menggunakan sepeda hardtail dengan ukuran 27.5 dan speed 2x10 36 T, hehe. Lumayan ringan walau cukup bengek juga.
Muka santai ada tanjakan
Habis makan semangka
Para pejuang tanjakan
Setelah dihajar tanjakan sawit bertubi-tubi, akhirnya sampailah kita di pabrik pengolahan sawit. nah disinilah nafas kita agak tenang, karena jalan datar cukup panjang walau berkerikil. Kami sempatkan membelah beberapa buah semangka untuk mengganti cairan tubuh kami yang sempat hilang
Pejuang tanjakan
Pejuang tanjakan juga :D
"Kurang 12 km lagi kalau benar-benar 25 km," Gumamku.
"Tapi sudah banyak datar kok mba," Hibur salah satu peserta asli Sangkulirang (lupa nama Om Siapa). 
Ternyata memang sudah banyak yang datar. Sempat ada accident salah satu peserta dari GSS di salah satu turunan berpasir dan itu pas dibelakangku.....dan lukanya cukup parah :(
Ekowisata Mangrove
Dan ternyata estimasi waktunya tepat. Pukul 12 siang kami tiba di pelabuhan penyebrangan kembali dengan disambut es kelapa yang sangat segar. Di dekat pelabuhan situ juga terdapat kawasan mangrove yang mulai dibangun jalannya untuk dikembangkan menjadi tempat wisata.
Yang jelas, teman-teman puas sekali trek dan makanannya, tim evakuasi tanggap dan dokumentasinya keren banget! Ternyata makanan yang melimpah ruah untuk persiapan tanjakan yang melimpah ruah juga !
0
Share
Newer Posts Older Posts Home

AUTHOR

AUTHOR
Seorang wanita yang seperti kera sakti : Tak pernah berhenti, bertindak sesuka hati dan hanya hukuman yang dapat menghentikannya.

Labels

Berkeluarga INFLIGHT ITALY JAWA TENGAH Jambi KALIMANTAN TIMUR KUTAI TIMUR Lumajang NETHERLAND NUSA TENGGARA BARAT NUSA TENGGARA TIMUR Perancis SULAWESI SELATAN SUMATERA BARAT Sulawesi Utara Yogyakarta deutschland jakarta jawa barat jawa timur kalimantan selatan rusia

Popular Posts

  • ABOUT ME | ÜBER MICH
    "Allah menciptakanku saat sedang tersenyum, begitu pula ibu melahirkanku dengan senyum pula." Terlahir di Surabaya, 20 Juni ...
  • Berbagi Pengalaman Ketika Aku Joinan Tes D3 ITS-PLN
    Oy...sebelumya si Une minta maaf dulu, fotonya dibuat kayak hantu biar gak ada pemalsuan identitas, penghubungan alamat, walaupun aku pun...
  • Merindukan Otot Lelah dan Bau Hutan : Puncak Batu Putih, Kaliorang
    Alasan yang paling kuat untuk menjelajah Kutai Timur sebenarnya sederhana : Pandemi COVID-19. Yang awalnya memiliki rencana untuk terbang ke...
  • Deutschland für Anfänger (Pameran Jerman Untuk Pemula)
    Guten tag Leute :) Sebenarnya jujur, kejadian ini udah berlangsung sekitar sebulan yang lalu, tetapi nggak sempat ceritanya karena bentro...
  • #1 Babak Kedua Gunung Gergaji : Mengulang Pengembaraan di Barisan Karst Sangkulirang-Mangkalihat
     "Maaf ya, jika pesanmu baru bisa aku balas kira-kira hari Jumat."  Sejenak aku mengetik pesan terakhir padamu sebelum melanjutkan...
  • Asyiknya Bebas Beraktivitas Seharian Tanpa Kacamata dan Lensa Kontak ! (Pengalaman Lepas Kacamata Tanpa Bedah Refraktif)
    Apakah si Une ikut-ikutan bedah refraktif seperti lasik atau relex smile? Hm, sebenarnya itu masuk ke dalam daftar keinginanku karena memang...

INSTAGRAM : @FRAUNESIA

Copyright © 2015 Was ist los, Une?

Created By ThemeXpose