• Homepage
  • PORTOFOLIO (BOOKS)
  • About Me
Was ist los, Une?
Tak banyak wisatawan yang mengetahui kota tersebut. Haarlem? Haarlem itu dimana? Haarlem Shake? Bukan, Haarlem adalah ibukota Nord Holland, di sebelah utaranya Amsterdam. Kota ini kecil, sepi, nggak ada wisatawan (karena memang jarang yang tahu). Jangankan wisatawan, penduduknya saja jarang terlihat karena rumah-rumah kebanyakan dalam kondisi tertutup.


Dari Amsterdam menuju Haarlem sangat mudah, tinggal cari kereta dari Amsterdam Centraal yang menuju Den Haag Centraal via Amsterdam Sloterdijk. Hanya beberapa stop saja akan sampai di stasiun Haarlem . Jarak tempuh hanya sekitar 20 menit saja.
Welkom naar Haarlem

Pilih Kereta dengan jurusan seperti diatas. Saat itu saya dapat di platform 2

Beruntung sekali saya mengikuti trip milik mbak Tita tersebut, bebas eksplor tanpa batasan waktu. Jadi saya eksplor ke kota sebelah sah-sah saja. Tak seperti paket tur biasa yang destinasi utama sudah ditentukan, dan kebanyakan itu-itu saja, sudah terlampau banyak dipadati turis ! Dan menurut saya kecil kemungkinan bisa eksplor ke Haarlem.
Stasiun di Haarlem, konon katanya yang tertua di Belanda



Sangat sepi

Oh ya kota Haarlem merupakan destinasi yang wajib aku datangi di Belanda, karena berdasarkan informasi yang aku dapat di internet, kota ini cantik, ada kincir tua Adriaan de Molen, dekat dari Amsterdam, dan sepi. Pas untuk jiwa-jiwa kesepian sepertiku. #eeaaa . Dan seperti biasa, yang khas dari Belanda adalah kanal. Di Haarlem pun ada kanal-kanal yang dilewati kapal dan canal cruise, dan menurutku kanal nya lebih lebar daripada di Amsterdam.
Jadi tak peduli saya mau kesana sendirian ya okee...
Jangan lupa untuk top up OV Chipkaart, karena naik kereta keluar kota harus memiliki saldo kartu minimal 20 Euro, jaga-jaga kalau misalnya ada pemeriksaan kartu, kalau ketahuan saldo dibawah 20 Euro kan gawat !
Adriaan de Molen
Canal Cruise, Tak Seramai di Amsterdam
Sebenarnya tujuan saya ke Haarlem adalah lihat kincir tua yang kurang terkenal tersebut. Kebanyakan orang tahu kincir hanya di Kinderdijk atau Zaanse Schans, saya tak mengunjungi kedua tempat tersebut karena malas berfoto dan terganggu oleh wisatawan lain.
Kondisi Haarlem saat itu memang benar-benar sepi, mendung, gerimis dan dingin. Warung-warung makan tutup, dan transportasi di kota itu hanya ada bus yang lewat beberapa menit sekali. Sempat senang ada warung makan Indonesia, sayangnya tutup juga :( Alhasil saya kelaparan keliling Haarlem sambil menahan sedikit pusing gara-gara dingin, lapar, dan jet lag perdanaku.
Warung Makan yang membuat kelaparan
Hanya berjalan sekitar satu kilo dari stasiun Haarlem, maka Adriaan de Molen (Molen dalam bahasa Indonesia artinya Kincir) pun kelihatan. Aku mempercepat langkahku agar bisa segera sampai sebelum hujan, tapi sayang hujan pun turun dan saya berteduh di halte bus bersama bapak-bapak dari Chili yang mengajakku mengobrol dalam bahasa Spanyol.

Syukurlah hujan tak lama kemudian reda. Saya berkeliling kota Haarlem yang sunyi tersebut, dan mencoba mendekati kincir angin tersebut dan mengamati dari dekat. Pengunjung dapat menaiki kincir, tapi pengunjungnya pun sepi. Saya memilih duduk di bangku-bangku pinggir kanal didekat kincir tersebut. Suasana masih mendung dan dingin, ditambah sendiri dan kondisi kelaparan karena tidak ada satupun toko yang buka. Menyedihkan? Bukan, bagiku itu syahdu !
Duduk-duduk saja
Sayang, saya tak bisa berlama-lama di Haarlem. Harus segera kembali ke Amsterdam untuk melanjutkan perjalanan ke Paris. Saya sangat merekomendasikan kota Haarlem untuk dikunjungi. Cantik sekali dan cocok bagi penikmat sepi!
0
Share
Baiklah, lanjut dari kisah sebelumnya, kisah tentang pertemuanku dengan pramugara ganteng di maskapai milik Turki tersebut lupakan. Tidak, bukan itu, kali ini tentang kisah pertamaku menapaki benua biru di Belanda.

Pesawat yang membawaku terbang dari Turki mendarat sekitar pukul 9 pagi waktu Amsterdam. Kabarnya sih sedang summer di Eropa. Summer? Begitu saya keluar dari pesawat angin dingin menyapaku !
Konon, Kata Mbak Tita Hanya Turis Indonesia yang Foto Kayak Gini
"Ini summer kayak gini?" Tanyaku pada Mbak Tita, konsultan perjalananku selama di Eropa.
"Disini saat summer itu berarti matahari bersinar cerah, tetapi angin dingin, " Paparnya.
Setelah itu kami memasuki bagian Imigrasi, dimana paspor dan visa kita diperiksa, ditanyain mau kemana dan ngapain saja di Belanda. Aman saja, cuma karena pengalaman pertamaku ya sedikit tegang, ditambah wajah-wajah petugas imigrasi Schiphol itu masih muda, klimis, dan ganteng banget. Wah gawat, perlu perbanyak istighfar kalau seperti ini. Habis ketemu mas ganteng di kabin pesawat, sekarang disambut mas ganteng di imigrasi Schiphol ! 
Di Amsterdam, saya menginap semalam di Ibis Budget, South Amsterdam. Untuk menuju kesana kami harus menuju ke Amsterdam Centraal lalu lanjut dengan Tram no 5 dengan jurusan Amstelveen, berhenti di halte Kronenburg.
Tiket / OV Chipkaart dapat dibeli dari mesin tersebut
Menunggu Kereta di Bandara Schiphol
Untuk tiketnya gimana? Tenang, masalah pembayaran pun mudah. Kita hanya perlu membeli kartu OV Chipkaart yang bisa diisi ulang pakai uang tunai atau atm yang sudah ada logo visa atau master card. Belinya dimana? Belinya di mesin-mesin berwarna kuning biru, di stasiun-stasiun ada. Untuk permulaan saya isi kartu sebesar 20 Euro, harga kartunya 7,5 Euro. Kartu tersebut bisa kita cek saldonya dengan tap kartu di mesin-mesin mirip atm. Lantas sebelum masuk kereta, bus, metro atau tram, kita diwajibkan untuk tap kartu agar bisa masuk. Dari tap kartu tersebut, saldo yang telah diisi kedalam OV Chipkaart tersebut akan berkurang. Begitu cara kerjanya.
Salah Satu platform

Amsterdam Centraal
Awal saya sampai di Amsterdam Centraal, norak banget senangnya. Ruame pula. Mau foto didepan tulisan Amsterdam Centraal, sayang sedang direnovasi. Bangunan tua di tepian kanal Amsterdam yang selama ini hanya mupeng di Instagram benar-benar nyata didepanku! Yeaah!
Setelah istirahat bentar di Hotel untuk meredakan Jet Lag, sorenya saya beranikan melangkah keluar hotel sendirian berbekal pengetahuan transportasi singkat dari Mbak Tita. Gampang aja kan, tinggal tap-tap di tram saja. Naik Tram Nomor 5.
Halte Metro di Amsterdam. M, artinya metro
Tapi ternyata, salah. Niatnya naik tram nomor 5, malah naik M51 alias Metro. Lah jelas saya bingung karena lewat lorong bawah tanah dan dimana harus nge-tap kartu. Oalah, ternyata kalau Metro harus tap di stasiun, haha. Untung saja M51 tersebut berakhir di Amsterdam Centraal.
Kemolekan Amsterdam


Tram yang melewati kota
Keluar dari M51, saya langsung sibuk memotret dengan bangunan tua di Amsterdam yang sangat terawat. Saya berpikir, mungkin kalau bangunan tua di Surabaya terawat dengan baik pasti suasana akan seperti di Amsterdam. Saat itu masih jam 8 sore, hari masih terang, karena kalau summer, waktu siang akan lebih lama, matahari terbenam pukul 21.30. Makanya jalan-jalan puas. Saya pun berkali-kali melihat jam di gawai, takut keenakan jalan di kota, tak tahunya sudah lewat pukul 12 malam. Padahal public transport terakhir pukul 00.00.
Kanal-kanal cantik

Salah satu toko di Bloemenmarkt
Sore itu saya menikmati hiruk-pikuk kota, menyusuri gang-gang cantik, duduk di kursi pojokan kanal yang sebelahnya ada pasangan yang sedang dimabuk asmara, hingga mengunjungi Bloemenmarkt (pasar bunga terapung). Karena bukan musim bunga, maka hanya bibit bunga tulip yang mirip umbi bawang yang dijual disana. Nggak hanya umbi bunga tulip, tapi hal-hal yang berbau ganja pun dijual disana! (cookie, permen, rokok, baju)
Komplek Bloemenmarkt

Bahan cimengan saja jadi biskuit kalau di Amsterdam

Di Amsterdam itu susah, jalan dikit ketemu mas-mas ganteng, jalan dikit, ketemu pasangan maho, keluar trem, bau orang-orang pada nyimeng (hanya bisa istighfar dan pura pura nggak melihat). Wajarlah, marijuana legal di Amsterdam. Pernah suatu malam saya duduk di taman, eh cowok depanku merokok, tapi entahlah rokoknya nggak bau tembakau, tapi baunya aneh. Baunya lebih enak, menurutku. Begitu sadar kalau dia nyimeng, saya buru-buru angkat kaki, daripada malah tertawa nggak jelas gara-gara efek asap nyimeng itu.
Amsterdam saat senja
Pukul 22.30, waktunya balik ke hotel. Tapi sayang, karena lupa dimana nyegat tram 5, maka aku asal saja stop tram 24, berharap ke Centraal dan ngejar tram  5. Tapi sial, karena buta arah saya salah stop trem yang bukan kearah Centraal. Alhasil saya keliling Amsterdam malam itu dengan trem dalam kondisi panik.
Iseng foto saat nyasar
Oke, saya akhirnya berhenti di salah satu halte yang seingatku dilewati tram no 5. Tapi sayang, tram no 5 lama nggak lewat-lewat, jadi aku nekat naik tram seadanya dan berharap balik ke Centraal dalam kondisi udah pengen nangis.
Tapi sayang, kebodohan kedua terulang kembali. Lagi-lagi tram tersebut ternyata nggak kearah Centraal, karena saya salah stop jalur tram. Saya berhenti di halte mana saja dan mengecek posisiku dengan hotel. 4 km lagi, berjalan kaki butuh 1 jam. Uh, saya berpikir nekatkan jalan saja, toh cuma satu jam yang penting selamat. Saat itu pukul sebelas malam dan udara sangat dingin. Suasana juga sepi. Hanya tersisa beberapa pengendara sepeda angin ngebut dan ugal-ugalan.
Tapi saya berpikir ulang, masa konyol di kota orang seperti ini. Maka saya berhenti di salah satu halte yang seingetku juga dilewati tram no 5, dan ternyata tram no 5 yang bagai malaikat tiba-tiba datang! Walaupun sedikit rame tapi akhirnya aku bisa pulang !
Taman luas didepan Rijkmuseum
Keesokan harinya adalah hari terakhir di Amsterdam. Saya mengunjungi Rijksmuseum, tapi hanya diluar saja foto-foto. Lalu lanjut ke Centraal untuk menaiki kereta kearah Haarlem (Haarlem akan dibahas di post selanjutnya, klik disini) dan mencoba naik Canal Tour seharga 11 Euro. Tak ada pilihan lain ketika memilih mengikuti Canal Tour, karena suasana hujan  dan dingin, sedangkan mau berkeliling kota saya lupa tak membawa payung. Jadi pikiriku lebih baik keliling kanal dengan perahu beratap, menikmati cantiknya kota Amsterdam dalam hujan !
Canal tour

Rijksmuseum
Foto disekitaran Rijksmuseum

Berkunjung kembali ke Belanda? tentu saja sangat mau. Tapi mengunungi kota-kota yang lain ya, yang paling ingin aku kunjungi adalah Maastricht dan Den Haag. Suatu hari, semoga saja tidak sendiri lagi.
0
Share
Pengalaman keluar negeri pertamaku sesuai dengan impian. Belanda. Entah mengapa warga Indonesia paling demen berkunjung sama negeri yang satu ini, mungkin eks jajahannya selama 3,5 abad mungkin ya :D

Keberangkatanku ke Amsterdam merupakan impian jauh-jauh hari, hal itu dibuktikan dengan pembaharuan statusku beberapa tahun yang lalu di media sosial menggunakan fake location, yaitu check in di Bandara Schiphol, padahal tersangkanya update status sambil gulung-gulung dan mupeng di kamar kosan.
Boarding Pass Abroad Pertamaku
Sontak fake check in tersebut mengundang pertanyaan banyak teman, loh, beneran yah si Une ke Belanda? Dan at least, ketahuan saya hanya fake check in saja di media sosial. Mau ditiru? Silakan !
Dan untuk tahun 2017 ini saya janji nggak fake-fake check in lagi. Saya bertekad ke Eropa betulan, no hoax.
Untuk perjalanan perdana ke Eropa ini saya menggunakan paket tour perjuangan. Kenapa paket tour? Soalnya jelas, saya tak sanggup mengurus visa schengen secara mandiri, selain diluar kota (yang jauh banget dari Jakarta) dan porsi pekerjaan saya yang padat tiap harinya. Mana mungkin sempat mikirin booking hotel dan transportasi, mengurus dokumen kelengkapan visa saja bikin ngos-ngosan dan sering minta ijin atasan untuk kabur ke bank.
Lantas, kenapa aku sebut perjuangan? Ya jelas perjuangan, karena paket trip satu ini konsepnya cukup unik, yaitu kota destinasi yang sudah ditentukan, lalu disana kita bebas eksplor kemana saja sesuai minat dengan menggunakan kendaraan umum. Memang capek kesana kemari gerek koper tanpa ada bus pariwisata, tapi dari sini saya belajar mengenai transportasi di Eropa.
On Board
Dari pihak tur hanya booking pesawat pulang pergi, transport antar negara dan penginapan. Nah di post kali ini saya akan fokus membahas tentang maskapai yang digunakan sejak berangkat dari tanah air hingga kembali.
Turkish Airlines, itulah maskapai yang dipilih saat itu, alasanya karena sedang promo. Aku okein saja, toh saya juga belum pernah naik maskapai lain keluar negeri. 
Transit di Turki
Perjalanan ke Amsterdam dengan Turkish Airlines dari Jakarta selalu transit di Turki, Attaturk Airport. Sebelum ke Eropa, maskapai TA selalu mampir ke kandangnya dulu di Turki ya. Perjalanan ke Istanbul dari Jakarta selama 10 jam (hampir 10000 km) dan transit terlebih dahulu selama dua jam, lalu perjalanan dari IST-AMS selama 2,5 jam. Untuk kapasitas bagasinya 30 kg.
Penerbangan dari Jakarta sekitar pukul 9 malam, jam-jam ngantuk sudah mulai terasa. Baru beberapa menit take off, pramugara dan pramugarinya membagikan hot towel, aku kurang paham fungsinya sebenarnya buat apa, cuma kupakai lap-lap muka sebentar hot towel tersebut sudah dingin.
Amenities pouch
Aku memutuskan untuk tidur saja karena perjalanan masih 9 jam lagi, tapi mas-mas pramugaranya grudak-gruduk di lorong kabin membagikan amenities pouch dari institut karite yang berisikan lip balm, selop, kaus kaki, sikat gigi dan sleeping mask. Dilanjut mbak-mbak pramugari yang membagikan menu makanan, oke, bentar lagi makan, tidak jadi tidur, pikirku.
Karena pembagian makanan masih lama, maka aku tidur saja, dan suara grubak-grubuk itu terdengar lagi, oh ternyata ada pembagian makan. Karena mata masih buram gegara bangun tidur, dan begitu melek, subhanallah, pramugara ganteng yang wajahnya Turki banget membagikan makan malam. Betewe, wajah-wajah orang Turki menurutku blasteran Eropa dan Arab, unik banget !
Cologne dan Lotion di Toilet
Bunga Asli
Sehabis makan, saya sibuk cengar-cengir membayangkan mas-mas pramugara ganteng tersebut, haha. Penerbangan sepuluh jam, kebanyakan hanya dibuat duduk, tidur, nonton film, denger musik, jalan-jalan di kabin, lalu masuk toilet, walau nggak kebelet sama sekali. Toilet di Turkish Airlines itu tersedia cologne dan handbody, yang baunya khas banget, bau green tea segar! tanpa buang kesempatan aku langsung coba satu-satu, haha.
Kembali ke kursiku, aku tidur lagi. Berharap nanti dibangunin mas pramugara ganteng saat jam makan selanjutnya. Aku rela bang, diganggu tidurnya sama mas ganteng hanya buat makan, kapan lagi seperti ini... #norak, kurang hiburan.
Nonton Angry Birds
Merem melek...merem melek, aku lihat tampilan layar didepan kursiku yang menayangkan info penerbangan. Duh, kurang 3,5 jam lagi, saat itu masih berada diatas Dubai, pantat dan punggung sudah merasa pegal, lalu aku memaksa untuk memejamkan mata, tapi tetap saja terjaga, dan ternyata di layar tersebut tersedia pilihan Al-Quran, yasudahlah, ngaji-ngaji bentar, pikirku. Lumayan juga fasilitas entertaintment-nya, film-film terbaru ada dan pilihan lagu juga cukup banyak.
Menu di Kabin
Selalu ada Roti dan Yoghurt
Assorted Cheese yang Kejunya Puait...Heran sama om Belanda Sebelahku Doyan Banget
Salah satu yang aku sukai di maskapai ini adalah makanan yang dijamin ke-halal-annya, karena ada catatan di menu kalau makanan yang dibuat tidak menyimpang dari ajaran Islam. Cuma ada beberapa yang nggak cocok seperti yoghurt yang terasa agak seret dan assorted cheese yang kejunya pahit banget. Masakannya selalu ada tomat dan buah zaitun, seger banget. Untuk fasilitas wifi on board memang tersedia, tapi kalau nggak salah harus bayar per jamnya.
Tak hanya makanan halal, tapi juga pouch berisi lip-balm, fasilitas Alquran dan waktu shalat. Keren banget deh, yang ingin lihat mas-mas Turki ganteng, makanan yang dijamin halal dan fasilitas keagamaan lengkap (untuk Muslim) bisa dicoba maskapai Turkish Airlines. Sering ada promo juga loh !
0
Share

Mungkin, dengan adanya konsep Pelabuhan modern seperti ini, pikiran berdesak-desakan saat  hendak menaiki kapal laut tidak ada. Bagaimana tidak, setiap penumpang yang akan bepergian dengan kapal laut dihubungkan dengan garbarata dari gate pelabuhan menuju pintu masuk kapal penumpang. Lalu siap untuk mengarungi samudera untuk menuju destinasi selanjutnya.
Masih Lengang

Ya, dengan konsep baru nan modern pelabuhan Tanjung Perak yang gaulnya disebut Gapura Surya Nusantara, penumpang tak perlu khawatir mengalami pengalaman kurang menyenangkan seperti diatas, dan juga desain pelabuhan penumpang yang dibangun oleh PT Pelindo IV yang berkapasitas 4000 penumpang ini sudah setara dengan bandara. Bersih, dilengkapi dengan eskalator, air conditioner dan ornamen-ornamen ala 'bahari' serta warna-warna ocean blue.
Arsitekturnya Ocean Banget ya


Ornamen Bubbles di langit-langit ruang tunggu
Saya berkesempatan mengunjungi Gapura Surya Nusantara bersama adik saya. Kebetulan letaknya juga tak terlalu jauh dengan rumah nenek saya, eh sampai disana pukul 10.30 WIB ternyata akses menuju rooftop Surabaya North Quay Belum dibuka, dan baru dibuka pukul 11.00 WIB, dan itu gratis, tanpa dipungut biaya.
Berpura-pura telepon yang ada di kapal


Suasana Rooftop SNQ

Karena hari Sabtu, ada beberapa pengunjung dari luar kota yang sekedar datang untuk berfoto atau bersantai bersama keluarga. Kebetulan saat itu ada KM Sirimau yang sedang bersandar, jadi saya asyik mengamati bongkar muat penumpang yang mengingatkanku pada 18 tahun silam, ketika saya merapat di Tanjung Perak dengan KM Umsini dari Ternate. Waktu tempuh sekitar 7 hari di lautan, dengan transit Manado, Makassar, Balikpapan, dan Surabaya. Waktu itu pelabuhan Tanjung Perak belum semegah sekarang, turun dari kapal pun rebutan, dan saya ingat betul saat itu sempat terjepit penumpang lain dan ditarik turun paksa sama almarhum kakek saya.
Photo Corner

Foodcourt di lantai paling atas
Di rooftop Surabaya North Quay, terdapat foodcourt, tapi sayangnya masih belum buka karena saat itu kami menjadi pengunjung pertama. Jadi kegiatan saat itu hanya gantian foto-foto sama si adik sambil mengamati kapal peti kemas yang berlalu-lalang.
Pelabuhan Tanjung Perak, menjadi mesin waktuku 18 tahun silam, dimana perang agama di Maluku meletus, lalu sekeluarga memutuskan pindah ke Jawa dengan kapal penumpang yang penumpangnya overload, daan....semua berputar jelas saat itu.

(Gambar diambil dengan Sony Xperia Z5 Compact dan YiCamera 2)
0
Share
Newer Posts Older Posts Home

AUTHOR

AUTHOR
Seorang wanita yang seperti kera sakti : Tak pernah berhenti, bertindak sesuka hati dan hanya hukuman yang dapat menghentikannya.

Labels

Berkeluarga INFLIGHT ITALY JAWA TENGAH Jambi KALIMANTAN TIMUR KUTAI TIMUR Lumajang NETHERLAND NUSA TENGGARA BARAT NUSA TENGGARA TIMUR Perancis SULAWESI SELATAN SUMATERA BARAT Sulawesi Utara Yogyakarta deutschland jakarta jawa barat jawa timur kalimantan selatan rusia

Popular Posts

  • ABOUT ME | ÜBER MICH
    "Allah menciptakanku saat sedang tersenyum, begitu pula ibu melahirkanku dengan senyum pula." Terlahir di Surabaya, 20 Juni ...
  • Berbagi Pengalaman Ketika Aku Joinan Tes D3 ITS-PLN
    Oy...sebelumya si Une minta maaf dulu, fotonya dibuat kayak hantu biar gak ada pemalsuan identitas, penghubungan alamat, walaupun aku pun...
  • Merindukan Otot Lelah dan Bau Hutan : Puncak Batu Putih, Kaliorang
    Alasan yang paling kuat untuk menjelajah Kutai Timur sebenarnya sederhana : Pandemi COVID-19. Yang awalnya memiliki rencana untuk terbang ke...
  • Deutschland für Anfänger (Pameran Jerman Untuk Pemula)
    Guten tag Leute :) Sebenarnya jujur, kejadian ini udah berlangsung sekitar sebulan yang lalu, tetapi nggak sempat ceritanya karena bentro...
  • #1 Babak Kedua Gunung Gergaji : Mengulang Pengembaraan di Barisan Karst Sangkulirang-Mangkalihat
     "Maaf ya, jika pesanmu baru bisa aku balas kira-kira hari Jumat."  Sejenak aku mengetik pesan terakhir padamu sebelum melanjutkan...
  • Sebuah Opini : Musik Klasik Untuk Semua
    Belajar musik klasik? Ogah ah, sulit, musiknya orang tua-tua. Mendingan belajar musik pop, cepet dikenal dan mudah. Mungkin banyak ...

INSTAGRAM : @FRAUNESIA

Copyright © 2015 Was ist los, Une?

Created By ThemeXpose