Musikus Wajib Datang ke Museum Musik Dunia di Batu, Malang

Sepi. Itulah kesan awal yang kudapat saat memasuki Museum Musik Dunia yang terletak di Batu, Malang. Saat itu mungkin timing nya saat mendekati waktu maghrib dan bulan Maret yang bukan merupakan waktu liburan, jadi sepi, terlebih lagi pengunjung mungkin sudah cukup letih mengelilingi dua lokasi wahana yang masih terletak dalam satu kompleks mall tersebut, yaitu Dino Park dan Galeri Artis. Padahal awal masuk kompleks Jatim Park 3 langsung dihadapkan ke Museum Musik Dunia loh!

 Pengunjungnya hanya dua orang, aku dan adikku serta pegawai museum yang seakan-akan menjadi tour guide pribadi kami karena mengikuti kita berdua terus, hehehe, berkesan tamu ekslusif !
Berawal dari petugas yang membagikan brosur museum kearahku, lalu kubaca sekilas dan cukup tergoda karena aku memang hobi bermusik, lalu kuputuskan masuk dengan HTM sebesar 45 ribu rupiah dan tanpa antrean yang mengular.
Museum musik tersebut terdiri dari tiga lantai, lantai pertama adalah display asli beserta sejarah dan penjelasannya seluruh alat musik dari berbagai dunia dan penjuru nusantara. Ada biola, harpa, bermacam-macam keluarga gitar, strings, woodwind, dan lain-lain. Disetiap kelompok alat musik terdapat display di layar cara bermainnya, dan pengunjung dapat mendengarkan suara-suara yang dihasilkan dari alat-alat musik tersebut dengan berdiri di bawah semacam mangkuk kaca besar yang menghadap kebawah yang berfungsi sebagai speaker (sebelumnya saya kira lampu). Unik! Oh ya, museum ini juga diklaim sebagai galeri musik terbesar se Asia Tenggara! Wah bangga...
Dari dulu pengen coba main harpa
Yang paling menarik perhatianku adalah semacam sangkakala yang panjaaaang...sekali dan itu terbuat dari gading hewan, kalau nggak salah berasal dari suku Aborigin. Yeyy...berkunjung kemari benar-benar menambah banyak pengetahuan tentang alat musik...dan nggak hanya lihat dari balik layar kaca atau smartphone saja. Sempat bingung bagaimana caranya mereka mengumpulkan seluruh alat musik yang asli ini ya?

Alat musik dari dataran Tiongkok kuno, terbuat dari perunggu.



Bagpipe, dari Skotlandia
Lantai pertama dan kedua dihubungkan dengan eskalator, dan dilantai kedua merupakan tempat 'para bintang' legendaris dunia berada, eh tentunya berupa patung lilin saja. Mulai Michael Jackson, The Beatles, hingga artis-artis Korea, serta kumpulan album-album diva Indonesia dari jaman Gesang, Eyang Titiek Poespa hingga Krisdayanti. Serunya lagi pengunjung dapat berpose bebas dengan para bintang tersebut. Disetiap bilik artis-artis tersebut berdiri juga didesain dengan latar belakang yang 'mereka banget' serta diiringi dengan musik-musik karya mereka. Saat itu juga ada beberapa stan artis yang belum rampung pengerjaannya. Disana juga ada beberapa bilik yang menjelaskan tiap-tiap genre musik.


Tentunya adikku lebih pintar bergaya
Lanjut ke lantai ketiga. Tak terlalu banyak juga spot untuk berfotonya. Hanya ada beberapa alat pemutar musik kuno yang bernilai sejarah tinggi seperti gramofon, piringan hitam atau kotak musik (yang masih bisa difungsikan dan kita dengarkan suaranya, tentunya petugas museum yang mengoperasikan) sehingga para pendengar seakan dibawa ke jaman Eropa lampau. Sempat kami bertanya kepada petugas darimana dapat alat seperti ini..dan ternyata mereka mendatangkan langsung dari Eropa.
Selain itu kita juga dapat belajar alat musik tradisonal Indonesia, seperti kulintang. Di lantai 3 juga terdapat semacam hall berkapasitas sekitar seratus orang untuk menyelenggarakan konser atau pertunjukan.
 Yang jelas, saya suka...suka...suka! Sebuah museum yang tidak bisa didapatkan di kota-kota lain dan ingin berkunjung kembali. Hanya sebentar kami berkunjung karena memang sudah keburu untuk kembali pulang.

Jangan lupa ya, pecinta musik wajib kesini karena memang asyik dan pengetahuannya bisa makin luas!

Unesia Drajadispa

No comments: