Menapaki Situs Warisan Abad ke 20 di Surabaya, Hotel Majapahit

Alhamdulillah, saya masih diberi kesempatan untuk menjelajahi tempat-tempat baru untuk bahan pembaharuan postingan di blog. Semenjak saya mendapat surat mutasi tugas ke kota sebelah, Sangatta, rutinitas saya terasa makin padat dan selain sibuk pindahan plus adaptasi dengan suasana baru,  waktu untuk eksplorasi makin berkurang. Yah, semoga saja di Sangatta saya mendapat banyak teman baru yang lebih seru untuk diajak eksplorasi ya !
Pintu Masuk Hotel

Noni Belanda cari jodoh
Waktu Idul Fitri 1438 H menjadi momen yang tepat untuk sekedar pulang kampung, ketemu orang tua dan saudara. Hm, tentunya kalau aku tak cukup itu saja, kalau silaturahmi sudah biasa saat lebaran, maka saat untuk mengunjungi tempat keren pun menjadi agenda yang luar biasa di lebaran kali ini. Surabaya, kota pahlawan, banyak situs -situs kuno peninggalan jaman penjajahan Belanda, salah satunya adalah Hotel Majapahit (dahulu bernama hotel Yamato/Oranje, dan kabarnya telah beberapa kali ganti nama). Dari dulu saya penasaran akan arsitektur unik di hotel yang terletak di Jalan Tujungan dan dekat dari rumah nenek tersebut, sebelumnya saya memang pernah memasuki hotel tersebut karena ada acara konser musik klasik, akan tetapi belum sempat menjelajahi setiap sudut hotelnya.
Emak gua
"Ibu pernah nginap disana. Kamarnya luas, perabotannya antik, kuno. Terkesan horor." Jelas ibuku yang berkesempatan menginap disana sekali. Ya, aura seram dan lawas memang kental terasa saat berjalan di lorong-lorong tuanya. berbagai perabotan jaman baheula terpajang di semacam ruang tamu didepan Balai Adhika, seperti gramophone, setrika arang, piano, meja marmer, serta lukisan mevrouw dan meneer versi grayscale. Uh seram, rasanya setiap langkahku dilirik mereka berdua. *ngacir*
Gramophone dan lorong tua

Nah...ini dia Meneer dan Mevrouw yang Bikin Bergidik. Wajahnya bisa dibuka tutup untuk berfoto ria

Terlepas dari kisah antiknya, hotel ini merupakan hotel paling historis bagi warga Surabaya, bahkan Indonesia. Bagaimana tidak, perang di Surabaya yang dipicu oleh tertembaknya Jendral AWS Mallaby dan kisah heroik arek-arek Suroboyo yang merobek warna biru di bendera Belanda yang berkibar di puncak hotel Yamato tanggal 19 September 1945. Ya, mereka ingin sang Dwi Warna yang berkibar disana, bukan bendera Belanda! Mungkin hampir seluruh buku IPS menampilkan gambar heroik tersebut.
Classic Garden

Sebelumnya saya cukup ragu, bolehkah iseng tiba-tiba masuk ke hotel buat foto-foto. Hm, tapi hotel Majapahit kan heritage site of Surabaya, mengapa tidak diijinkan masuk? Dan benar saja, saya bisa masuk begitu saja bersama sang ibu yang fotogenik dan bapak, lalu sibuk mencari spot foto di hotel berbintang lima tersebut. Bagi yang mau menginap, rata-rata kamar memiliki room rates senilai diatas satu juta rupiah. Untuk president suites bisa mencapai empat juta rupiah !
President Suite

Suasana disaat Senja


Halaman Berumput yang membuatku ingin berguling ria


Dan ternyata, saya sangat betah berada disana. Jauh sekali dari kesan angker. Taman berumput yang luas dikelilingi oleh bangunan tua berkaca mozaik, air mancur dan pepohonan tua yang rindang. Uh, rasanya saya ingin bergulung dan berlari di rerumputan bak permadani tersebut. Sungguh indah dan menyejukkan berada di hotel yang menjadi impianku untuk mengunjunginya tersebut. Hotel ini benar-benar bagaikan time machine bagi pengunjungnya, seakan-akan membawaku kembali ke satu abad yang lalu.
Spot jam Kuno yang siap membawamu ke masa lampau
Naik ke lantai dua, saya menemui spot keren banget dengan jam analog besar yang masih berfungsi dengan baik. Dan kelanjutannya sudah bisa ditebak, saya dan ibu rebutan foto dengan gaya terbaiknya. *norak ya?*
Yang paling lucu, ketika saya mencoba toiletnya, baru masuk sudah disambut dengan bau wangi khas, lalu sempat kebingungan mencari tuas untuk penyiram, daaan ternyata...tuas tersebut tergantung diatas! Bukan tertempel di bak penampungan air seperti biasanya. Benar-benar toilet yang unik, kloset yang dipakai pun modelnya kuno, merk SANITAN, nah...apa itu? Bahkan tempat pantatnya pun terbuat dari kayu !

Wastafel Antik

Toiletnya, hehe
Kami berkeliling di Hotel Majapahit hingga Maghrib datang menjelang. Lampu-lampu lorong pun dinyalakan. Suasana makin terasa mewah dan unik. Sesaat saya merasa seperti menjadi noni Belanda di Eropa abad ke 20 masehi.
Pengunjung pun bisa berfoto diluar hotel...dengan suasana seperti di Paris *plakk*
Yah, hotel ini...bagiku tak hanya menyimpan kisah heroik, tapi juga historis dan romantis!

Foto diambil dengan kamera Sony A6000 dan Sony Xperia Z5 Compact



Unesia Drajadispa

No comments: