Lagi-lagi sambil menyelam minum air, sambil bekerja foto-foto juga. Kebetulan, lokasi pekerjaan berada di kampung Dayak Kayan di Miau Baru, Kecamatan Kongbeng, Kutai Timur. Setelah memeriksa progess pekerjaan selesai, saya dan Lutfi mencari spot unik nan menarik di desa Miau Baru, tak lain adalah sebuah Lamin adat di dekat Lapangan Desa Miau. Di lapangan tersebut terdapat dua patung yang terbuat dari kayu dan semacam totem, saya juga kurang mengetahui apa sebutannya. Lalu pondasi rumah itu disangga oleh batang-batang kayu yang telah diukir dengan motif raut muka manusia.
|
Di Lengannya tertulis Halui Wang, mungkin itu namanya?? |
|
Pintu masuk Lamin |
Menurut info, setiap Minggu sore pukul lima diadakan tari-tarian di Lamin tersebut.
Ugh, sayang pula aku sudah hendak kembali ke Bontang.
|
Motif rumit, favoritku karena it's so colorfull... |
Lamin adat Dayak Kayan dipenuhi dengan ukiran unik yang didominasi warna kuning, hitam, merah dan putih. Menurut Rustam, rekan kerja di Muara Wahau yang merupakan warga Miau asli itu merupakan motif sulur-sulur tumbuhan.
Kami sempat bertandang ke rumah Rustam, di rumahnya banyak hasil karya khas Dayak Kayan, seperti Seraung (topi lebar), Mandau, Topi, Penggendong Bayi khas suku Dayak, dan beberapa karya lainnya. Pria Dayak Kayan itu juga menunjukkan motif ukiran yang masih berupa kertas kepadaku, ia sangat antusias melihatku terkagum-kagum akan karyanya.
|
Manik-manik. Full covered |
"Apa penggendong bayi ini digunakan saat ada pesta saja?" tanyaku pada Rustam.
"Nggak, hari-hari biasa pun bayi digendong dengan itu,"
Aku terkagum-kagum. Mewah sekali penggendong bayi ini. Aku menekuri motif sulur-sulur rumit yang terdiri dari manik-manik berukuran mini tersebut.
"Lama itu mamak buat. Berbulan-bulan," Sambungnya.
"Kalau dijual juga bisa sampai hampir sejuta."
|
Rustam, Pemuda Asli Dayak Kayan |
|
Contoh pemakaian, cuma kurang bayinya aja itu :)) |
Tentu saja, kesempatan ini tak disia-siakan oleh saya dan Lutfi. Kami berfoto dengan atribut-atribut suku Dayak secara bergantian hingga lupa waktu, dan akhirnya rencana untuk mengunjungi kuburan suku Dayak yang unik terlewatkan karena saya harus segera kembali ke Bontang.
Semoga suatu saat saya masih bisa kembali ke Miau dan menonton pertunjukan tari-tarian
(dalam bahasa Dayak disebut Kancet) Dayak Kayan.
No comments:
Post a Comment