Emak traveler, iya emakku asli traveler. Cuti kali ini disponsori oleh emak traveler. Dari situ aku berfikir kalau nikah muda itu enak, dimana usia ibu dan anak tidak terpaut terlalu jauh jadi emaknya masih punya jiwa muda dan masih punya jiwa dan kekuatan buat traveling. *eaa yang mau nikah*
Cuti di bulan April, Emak tiba-tiba ngajakin jalan ke Bangkalan, Madura dengan alasan untuk mengasah bakat fotografiku dan gara-gara penasaran lihat foto-foto di instagram yang hits di bukit kapur. Ya aku iyakan saja karena gen traveler yang diturunkan dari emak. :D
Jadinya emak yang menyusun itinerary dan budgetnya. Peserta tour emak adalah aku, emak sendiri dan nenekku pahlawanku. Tak ketinggalan emak dan nenekku pakai kacamata hitam biar nggak kepanasan *nggak sekalian sunblocknya toh mbah*
Tujuan yang telah dibikin emakku semuanya di Kabupaten Bangkalan, kabupaten yang terdekat dari Surabaya (ditempuh sekitar 1 jam saja). Adapun tujuan yang dituju adalah Bukit Kapur Jaddih, Bukit Kapur Arosbaya, Mercusuar Sembilangan, dan Bebek Goreng Sinjay. Hebat juga emakku bisa tahu destinasi-destinasi wisata di Madura dan sekitarnya.
Berangkat dari rumah nenek sekitar jam 7 pagi, antisipasi biar nggak kepanasan di Madura. Kebetulan rumah nenekku di daerah Demak, nggak terlalu jauh dari Suramadu. Jalanan pagi lancar, lewat Tanjung Perak, JMP, Kembang Jepun, lalu kearah Kenjeran dan masuk Suramadu.
Terakhir aku melewati Suramadu saat kelulusan SMA, kondisi Suramadu tak berbeda jauh dengan dulu, cuma banyak coret-coretan di badan jembatannya.
|
Bukit Kapur Jaddih |
|
Kondisi Jaddih |
|
Papan petunjuk |
Dari Suramadu ke Jaddih sekitar 30 menit, kondisi jalan sudah bagus. Kami tak mengandalkan GPS, tapi mengandalkan orang-orang di sekitar jalan. Bukit Kapur Jaddih berwarna putih, banyak penambang kapur disana. Walaupun masih pukul setengah sembilan, tapi panas sudah terasa. Debu akibat aktivitas penambangan kapur beterbangan. Eskavator dan truk lewat bergantian. Bukit Kapur Jaddih sendiri telah berlubang dan membentuk pola-pola garis akibat aktivitas penambangan. Disana juga terdapat kolam renang yang dikelilingi bukit kapur. Tiket masuk ke Bukit Kapur Jaddih? Sekitar lima belas ribu perorang. Bagiku cukup mahal karena pemandangan juga tergolong biasa saja.
|
Sisi Lain |
Tak lama berada di Bukit Kapur Jaddih, kami bertolak ke bukit kapur Arosbaya. Menurut gambar-gambar yang beredar di dunia maya, Arosbaya lebih menarik perhatianku. Tapi entahlah, apa arti sebuah gambar ~
|
Aku dan Emak traveler, Anaknya kalah Gaul |
|
Saat itu suasana lagi mendung. Jadi langit tampak putih |
|
Relief unik membuatku seakan terdampar di planet |
Perjalanan menuju Arosbaya cukup jauh juga, sempat beberapa kali kita bertanya pada penduduk setempat. Mereka mengarahkan kami ke pesarean (makan) Aer Mata Ebu, di Desa Buduran Bangkalan. Disana kita menemukan Gapura bertuliskan Aer Mata dan tangga menuju pesarean. Untuk menuju bukit kapur Arosbaya, kita masuk ke gang kecil yang penuh dengan rumah-rumah warga. Celakanya, kita bawa mobil jadi agak susah masuk kedalamnya.
|
Kalau retouch dikit pasti tonal warna lebih bagus ! |
Sesampainya di lokasi, kami langsung ditarik tarif parkir mobil tigapuluh ribu. Benar-benar ugal-ugalan, tarif motor hanya dua ribu dan untuk mobil limabelas kali lipat? Luar biasa!
Itu baru parkir, masuk kedalam masih ada tarifnya dua puluh ribu per rombongan, haha. Aku sih ikhlas dan niat untuk membantu warga sekitar aja :D
|
Exotic ! |
|
Tips : gunakan lensa fish eye untuk hasil yang memukau |
|
Spot Goa yang Paling Kusuka |
|
Tangga yang berasal dari kreasi tangan manusia |
Untuk bukit kapur Arosbaya kapur berwarna coklat, berbeda dengan Jaddih yang Berwarna putih, uniknya hasil penambangan warga membentuk ukiran dan relief lubang-lubang unik dan menarik untuk diabadikan. Lorong-lorong penuh misteri pun menarik untuk dijelajahi disana.
|
Seperti di Petra bukan? hihi.. |
Sekilas aku melihatnya mirip dengan Petra di Yordania, hihi.
|
Para pemahat 'Petra' Arosbaya |
Puas menjelajah spot-spot unit di Arosbaya, saatnya menuju ke Mercusuar Sembilangan. Jujur perut memang sudah kelaparan, tapi emak masih semangat menjelajah, jadinya akupun ikutan semangat buat tahan lapar. Menuju mercusuar Sembilangan dari Arosbaya memakan waktu sekitar 1 jam plus kebingungan mencari jalannya. Harapan bisa selfie pakai fish eye diatas, eh malah mercusuar ditutup gara-gara ada orang foto prewedding saat RI 1 melakukan kunjungan. Mercusuar itu ditutup sampai jangka waktu yang tak ditentukan, menurut cerita penjaga mercusuar yang dibangun oleh ZM Willem tahun 1888 tersebut.
|
Sayangnya ditutup :( |
Jadinya kita hanya puas berfoto-foto di bawah mercusuar kayak orang hilang, haha :D
|
Pose jomblo lagi nunggu jodoh >_< |
Saat yang ditunggu-tunggu tiba, makan di Bebek Sinjay. Bebek Sinjay adalah bebek goreng khas Madura. Awalnya aku memang nggak suka makan segala jenis olahan bebek, akan tetapi begitu merasakan gurihnya si bebek goreng dan sambel pencitnya,
Alhamdulillah, fabi ayyi alaa irabbikuma tukadzibaan :D
No comments:
Post a Comment