Tiga Puluh Menit Menuju dan Berada di Rembitan, Sade.

Tujuan utamaku saat berkeliling dari satu propinsi ke propinsi lainnya selain mengunjungi dan mengabadikan keindahan alamnya adalah mengenal lebih dekat budaya dan kearifan lokal suku aslinya. Dalam acara Rinjani kali ini, aku sudah mengagendakan  untuk mengunjungi desa Sade, desa tradisional suku asli Lombok, Sasak yang masih memegang nilai-nilai tradisionalnya. Sekaligus berfoto pakai baju tradisional dan beli kain tenunnya, :D
Selepas dari Gili Trawangan aku menginap di Praya, kos temennya temenku seangkatan di PLN, *kebetulan sekali dia penempatan di Rayon Praya. Sempat sih tanya-tanya Sade jauh nggak, ternyata cuma tiga puluh menit menuju kesana,* dan baiknya mereka bersedia mengantarkanku cuma-cuma *pakai mobil dinas.* Sayangnya aku sampai Praya sudah terlalu sore, jadi besok pagi-pagi aku diantar kesana. Malamnya aku check in online *untuk mengantisipasi keterlambatan di bandara walaupun jaraknya deket aja* sambil nongkrong makan malam di tempat favorit mereka, alun-alun Praya.
Pagi-pagi sekitar jam 6.15 WITA aku menuju ke Sade. Penerbanganku ke Surabaya pukul 09.00 WITA, jadi kira-kira ada waktu 30 menit di Sade. Pagi di Praya sejuk, tak ada industri seperti di Bontang membuat udaranya lebih segar, menurutku. Geliat pagi mulai terasa. Hampir seluruh bangunan pemerintahan dan fasilitas umum selalu dilengkapi dengan ornamen khas rumah suku Sasak (kalau nggak salah namanya Bale).

Masih sendiri sepi
Tapi seperti yang sudah kuduga, sesampainya disana masih sepi, hanya kami pengunjungnya. Rumah-rumah Bale dengan atap rumbia yang rendah dan berdinding anyaman bambu (bedek) berjajar disana. Langit masih biru pucat, sehingga foto yang dihasilkan kurang menarik dan perlu filter atau editing lagi sebelum diunggah, haha.


Kegiatan pagi di Sade belum terlalu kelihatan, hanya ada beberapa ibu yang memandikan anaknya di depan rumah, dan ibu-ibu menyapu halamannya. Gerai yang menjual kain tenun dan aktivitas warga yang menenun seperti yang aku lihat gambarnya di Internet belum ada. Lalu tarian khas Sasak dan katanya mengepel lantai rumah dengan tai kebo juga aku belum lihat.
Gang di Sade penuh Kain Tenun



Beratap Rendah

Masjid di Sade

Jadilah aku berkeliling desa Sade yang masih cukup sepi itu sambil melihat-lihat dan mengabadikan gambar seadanya. Rencana untuk foto dengan alat tenun dan kain tradisionalnya gagal deh :D Yah mau bagaimana lagi gara-gara ngejar jadwal penerbangan ke Surabaya biar bisa ketemu Emak kesayangan yang sudah jarang ketemu, rencananya sih mau nganter ngemall dan window shopping.
Jadinya, setelah dari Sade aku mampir beli makanan khas Praya, nasi Puyung dan sampai Bandara waktunya ngepas, salah tempat check in *gara-gara bawa keril yang harus masuk bagasi* dan ada ibu-ibu rusuh saat check in. Jadi pas last call aku lari-lari biar nggak ketinggalan pesawat.
By the way, apresiasiku setinggi-tingginya untuk teman-teman di PLN Rayon Praya. Terima kasih banyak ! Coba waktu disana lebih panjang ya :)
Terima Kasih Bumi Mandalika, Atas Segala Kenangannya !

Credits to : Julian, Mei Pro, Agus, Mbak Sena

Unesia Drajadispa

2 comments: