Sesuai kesepakatan semalam, paling telat jam setengah delapan pagi harus sudah menuju pulau Kaniungan Besar. Kata Pak Haji ngejar air di Sigending biar nggak surut. Aku terbingung-bingung dengan maksudnya. Beliau menjelaskan, tarif 500 ribu dengan rute Sigending, Teluk Sumbang dan Kaniungan Besar dengan waktu yang tak ditentukan. Aku ya nurut-nurut saja karena sesuai referensi yang kulihat di internet ya tempat wisatanya itu-itu saja.
Seusai makan siang, kita bertiga diantar Pak Haji dengan Brio nya menuju Dermaga Teluk Sulaiman. Cukup jauh juga Teluk Sulaiman dari penginapan kami, karena terletak di ujung jalan Biduk-Biduk. Teluk Sulaiman merupakan Pelabuhan tempat bersandarnya kapal-kapal yang hendak mengantar wisatawan maupun kapal ikan yang mau menyebrang ke Sulawesi.
Pak Haji berbincang sebentar dengan pemilik kapal, dan kami segera menaiki perahu motor yang sudah ada atapnya. Katanya sih didesain khusus untuk wisatawan, jadi nggak kepanasan. Dan ternyata perahunya buatan Bontang ! Aku melirik perahu yang disewa wisatawan lain, nggak ada atapnya sehingga mereka sibuk menutupi wajahnya dengan sarung.
Awalnya aku agak bingung juga, kenapa sang 'sopir' kapal membelokkan kapalnya menuju hutan bakau? sedangkan yang lainnya menuju laut lepas? Takjub juga ketika kita melewati hutan bakau dengan air hijau pekat. Tak ada kapal pengunjung lain selain kita.
Awalnya Ragu Lewat Sini -_- |
"Penyu! Penyu! Penyu bayi! " Arlan tiba-tiba teriak dan mengalihkan perhatian kami ke arah yang ditunjuknya.
"Mana? Mana?" Seruku.
"Yaah...udah kabur kesana deh. Laju (kencang) renangnya." Katanya. Aku kesal gara-gara tak berhasil menangkap sosok si Penyu Bayi.
Tak lama kemudian kami keluar dari hutan Bakau dan bertemu dengan air yang sangat jernih, dan kelihatan rumput laut bergoyang didasarnya, lalu puluhan penyu dewasa berenang di sekeliling perahu kami.
"Wah penyu !" pekikku selaku penyayang penyu girang.
"Iya itu!" sahut yang lainnya.
"Itu penyu!"
"Penyu ! Penyu! Penyu!"
Di Sini Banyak Penyu Keliaran :D |
Yeah, tak terhitung penyu yang telah kita hitung, mulai penyu bayi, remaja, hingga dewasa. Sayangnya aku tak berhasil memotret si penyu sisik karena renangnya cepat sekali.
"Ini Sigending mas," Kata sopir kapal samar-samar karena harus bergelut dengan suara mesin.
"Kita harus berangkat pagi-pagi karena air belum surut, kalau surut kita harus lewat laut lepas dan tak bisa melihat penyu. Jarang orang yang lewat sini."
Masih Sigending |
Jadi ini yang namanya Sigending. Tahu gitu kan aku minta kapalnya pelan-pelan sambil menikmati ulah si penyu.
"Pulangnya lewat sini lagi pak, " Pinta Arlan.
"Ya nggak bisa mas, nanti siang air sudah surut dan Penyunya sudah kabur ke laut."
Aku sedikit kecewa :(
Lepas dari pulau-pulau kecil di Sigending, kami menemui lautan dan pinggirnya terdapat tebing-tebing yang dihantam riak. Keren betul. Saat itu kita akan menuju air terjun di Teluk Sumbang. Kalau naik kapal gini jadi ingat pas di Balabalagan dulu :D
Pintu Masuk Teluk Sumbang |
Sampai di Teluk Sumbang, kita harus trekking ringan selama 10 menit untuk menuju ke air terjun Teluk Sumbang. Sempat juga memakan korban, Arlan terpeleset jatuh.
Air terjunnya unik juga. Bebatuan tempat mengalirnya air seperti dolomite yang mengeras di Pamukkale, Turki. Airnya segar, dan tawar! Air terjun ini juga langsung bermuara ke lautan.
Kami beruntung masih tak ada pengunjung lain selain kami, jadi kami bisa berekspresi di depan kamera sejadi-jadinya. Tapi itu hanya berlangsung 15 menit karena ada rombongan lain yang datang ke lokasi.
Air Terjun Teluk Sumbang |
Diarahkan fotografer :P |
Setelah dari sana kita menuju ke Kaniungan Besar sekitar 45 menit. Pribadi sih merasa kalau aku balik ke Maluku, iya, Biduk-Biduk itu mirip dengan Tidore, Pulau dimana aku dibesarkan saat masih kecil. Pohon kelapa berjajar dan lautan yang dikelilingi dengan bukit yang masih memiliki hutan lebat.
Pulau Kaniungan ternyata bagus karena hari cerah ! Laut bergradasi dan bersih. Sayang aku tak melihat terumbu karang di dasarnya seperti di Balabalagan. Hanya pasir dan bebatuan saja. Pasir Kaniungan putih dan sangat lembut menapaki kaki. Kami berencana untuk mengelilingi Pulau Kaniungan Besar karena kondisi laut sedang surut, jadi kami tak ada yang berminat snorkeling. Di Kaniungan Besar tak ada listrik, hanya ada SEHEN dengan solar cell saja. Rumah-rumah disana pun tertutup semua.
Batu semua |
Ternyata mengelilingi Pulau Kaniungan Besar cukup melelahkan,seakan tak berujung saja ! ditambah lagi cuaca yang terik, membuat tubuh basah oleh keringat. Tapi ingat sekali lagi : Mending kepanasan daripada hujan deras ketika di pantai.
Sudut Kaniungan Besar |
Puas mengelilingi Kaniungan, tentu saja kami kelaparan karena sudah masuk waktu makan siang juga. Beruntung sekali di Kaniungan terdapat warung makan, kami segera pesan ayam dan ikan bakar plus kelapa muda. Lumayan enak juga, tapi jangan kaget kalau cukup mahal disini...
Pose andalan : Santai seperti di Pantai |
Kalau Cerah Bagus kan dipakai foto :) |
Akhirnya pukul dua kami kembali ke Biduk-Biduk, kondisi badan kami lelah dan nanti malam kita harus menuju Bandara Kalimarau, Berau untuk menuju ke Balikpapan. Ya, kami pulang dengan Pesawat karena waktu yang sudah mepet dan fisik yang sudah lelah, sedangkan Senin harus kerja dan aku ada dinas di Balikpapan. Tak hanya itu alasannya, kita mau main, ngemall dan nonton FF7 dulu di Balikpapan. From nature to city ceritanya...
Sore harinya kami sempat berfoto di sepanjang pantai Biduk-Biduk. Sayang kalau sore laut sudah pasang, sehingga kami tak mendapati gradasi indah di pantainya. Kami duduk-duduk di batang kelapa yang terhempas di pantai, bercerita, foto-foto dan melepas rasa bosan di kantor, lalu dilanjut makan malam nasi goreng di bale-bale penginapan Mayangsari.
Pesisir Biduk-Biduk. Sudah mau pasang |
Senja yang Indah ! |
Aku merasa beruntung bisa menikmati gerhana bulan cincin di langit Biduk-Biduk tanggal 3 April pukul 20.00 WITA. Langit gelap, bersih, bertabur bintang dengan bayang-bayang pohon kelapa. Tenang, menyenangkan dan selalu kurindukan. Aaaah ! Sebentar lagi aku meninggalkan tempat yang penuh dengan kedamaian ini.
Perjalanan tujuh jam dari Biduk-Biduk menuju Berau tak terasa karena sepanang perjalanan aku tidur. Selamat tinggal Biduk-Biduk, semuanya akan selalu kurindukan. Kini saatnya kembali ke dunia kerja, mencari uang untuk melanjutkan perjalanan selanjutnya.
Karena bekerja adalah pekerjaan mengisi waktu luang sambil menunggu waktu libur tiba !
See ya, Biduk-Biduk ! |
Apa yang perlu dibawa?
1. Sunblock hukumnya wajib
2. Pelembap kulit biar nggak kering kulitmu
3. Kacamata hitam : bisa buat gaya dan melindungi mata
4. Topi
Tips menuju kesana :
1. Kalau pengen mudah ya naik pesawat dari Balikpapan menuju Berau, lalu dilanjutkan dengan travel menuju Biduk-Biduk. Kalau dari Sangatta atau Bontang naik travel saja, kalau naik Pesawat harus ke Balikpapan dulu soalnya :D
Bisa juga carter mobil.
2. Rancang perjalanan ini jauh-jauh hari biar nggak kacau
3. Persiapkan fisik
4.Booking penginapan dan moda transportasi sebelumnya
5. Gunakan Sepatu dan baju yang nyaman ya
6. Cari referensi sebanyak-banyaknya dari teman/internet tentang tempat ini
Itinerary kami:
1. Tanggal 2 April (19.30 WITA) berangkat dari Bontang. Pukul 13.00 WITA (3 April sampai di Biduk-Biduk) Lanjut ke Labuan Cermin dan foto-foto di pantai Biduk-Biduk. Malamnya istirahat
2. 4 April : eksplor Sigending, Teluk Sumbang dan Kaniungan Besar. Sorenya bisa digunakan untuk jalan-jalan santai di Biduk-Biduk, berfoto dan nggosip, haha
3. 4 April malam : Kembali ke Berau
4. 5 April : Pukul 05.00 WITA, sampai Bandara, shalat, dan bersiap-siap take off pukul 07.00 WITA. Sampai Balikpapan langsung lihat Fast Furious 7. Aahhh...sempurna sekali liburan kali ini !
Rencana Anggaran Biaya (RAB) dan nomor yang bisa dihubungi :
1. Travel Bontang- Biduk-Biduk : Rp 350.000,00 perorang (tapi kami dapat satu juta tiga orang)
Bisa juga ditempuh dari Samarinda. Hubungi : Harun - 081346459635. Sopirnya ramah dan seru kok :D
2. Pesawat BEJ-BPN : Rp 510.000,00
3. Penginapan : Rp. 200.000,00 permalam
Penginapan Mayangsari : 085247418303
Pemiliknya baik banget !
4. Kapal Ke Labuan Cermin : Rp. 100.000,00 per rombongan
5. Kapal ke Kaniungan, Sigending dan Teluk Sumbang : Rp. 500.000,00
Kapalnya milik penginapan.
6. Konsumsi : Anggap aja sekali makan Rp 30.000,00-Rp 40.000,00 :D
7. Menuju ke Labuan Cermin dan Dermaga Teluk Sulaiman : Rp 150.000 ,00
Have a nice weekend !
2 comments:
Setau sayah berau itu msh msk wilayah kaltim mbak bukan kaltara.. setau saya loh yaa..
Iya mas Agus. Saya udh tanya ke pihak Dinas Pariwisata. Berau mau masuk KAltara asalkan jadi ibukota Kaltara.
Sekarang ibukota Kaltara Tanjung Selor/Bulungan. Saya kira dulu Berau ibukota KAltara. Btw Makasi atas kunjungan dan koreksinya ya
Post a Comment