Everlasting the Sasando Rote :D

".....karena tidak ada Harpa, maka Sasando Rote pun jadi...."

Kupang, 27 Maret 2014
Itu berarti 2 hari lagi aku berada di Kupang, sebelum kepulanganku ke Surabaya 29 Maret 2014. Sebenarnya ada satu target lagi yang harus diselesaikan di Kota Karang ini : "Belajar (sedikit) Sasando Rote"
Keahlian merajukku mulai keluar. Merajuk ke teman OJT yang paling baik hati sedunia : Ittaq Qullaha Sabhara. Kebetulan dia OJT di PLN Rayon Kupang, sehingga aku bisa minta antarkan ke Oebelo, tempat pengerajin Sasando itu berada.
Tigapuluh menit sudah, roda itu menggelinding konstan dari kantor Wilayah PLN NTT, sekitar 50 km/jam. Aku yang mengenakan rok dan terpaksa bonceng miring, merasa pegal di sekitar pinggang dan tanganku yang pegal juga gara-gara mati-matian memegangi rok agar tidak tergiling kedalam roda sehingga mengulang tragedi dua bulan lalu di Labuan Bajo.
 Akhirnya aku mencapai desa Oebelo. Kami segera masuk kedalamnya dan berkenalan dengan Bapak Jeremias Pah, yang merupakan Bapak dari Berto Pah, peserta Indonesia Mencari Bakat 1. Wih, beruntung sekali aku bisa berkenalan dengan beliau. :3
Guru Besar Sasando :D
Begitu aku masuk, tanganku langsung gatal ingin segera belajar alat musik yang berbentuk seperti kerang tersebut. Tanpa basa-basi aku memelas minta ajarin sama Pak Jeremias. "Pak tolong ajarin..."
Mejeng dulu walaupun kucel
Tanpa jawaban, Beliau yang awalnya berpakaian biasa, langsung mengambil sarung tenun khas Rote Ndao, syal dan topi Ti'i Langga. Beliau juga asli Rote Ndao. Wew, aku ditawarin pakai topi ti'i langga juga, lucu nih kepalaku tampak mirip keong, haha.
Mukanya tegang, kepalanya jadi mirip keong
Dengan senang hati beliau mengajariku dengan sasando elektrik, katanya bangga ada generasi muda, terutama yang berasal dari luar NTT mempelajari alat musik ini. Awal aku belajar, diajari pola jari dan memetiknya. Ternyata senarnya keras dan kaku banget, lumayan menusuk daging. Saat aku memetik dua senar, selip terus, suaranya fals.  Padahal aku sudah sesumbar kalau aku sudah bisa main biola, eh ternyata suara yang dihasilkan dari petikan sasandoku seperti itu, jadi maluuuu....
Sekitar 15 menit aku belajar memetik, lumayan juga jariku kram. Tidak heran jari Pak Jeremias tergores dimana-mana. Oh ya, untuk belajar sasando di Pak Jeremias, 2 jam 250 ribu. Katanya besok sudah bisa langsung tampil, apalagi yang punya dasar musik, bakal cepet bisa.
Aku bergumam sedih dalam hati "Pak, aku mau pulang ke Jawa, nggak mungkin bisa belajar Sasando lagiii.."
Tapi aku puas sempat belajar sasando...walau cuma fingering saja. Asyik suaranya, mirip-mirip harpa tapi asli dari Indonesia. Salut dengan beliau, dapat melestarikan budaya Indonesia dan anak-anaknya dapat melantunkan petikan sasando hingga mendunia...
Thank's for this masterclass, Mr. Jeremias Pah !

Di kediaman Pak Jeremias juga dijual topi ti'i langga, tenun ikat, dan miniatur sasando berbagai ukuran. Aku beli yang kecil, seharga IDR 80000. Buat kangen-kangenan sama sasando kalau sudah tidak bersua lagi nantinya... :')

Unesia Drajadispa

No comments: