Semoga tulisan ini bukan di alam mimpi….
28 Maret 2014,
guru gitarku datang. Aku sebenarnya sedikit menggerutu. Tubuh lelah gara-gara
pekerjaan mutasi trafo yang membuatku rela berpanas-panasan, setrikaan banyak
pula. Ditambah supervisorku datang, yang membuatku harus mengobrol hingga larut
malam sambil menyanyi-nyanyi nggak jelas bersama guru gitarku, oh ya, sebut
saja si guru gitar ini namanya Ka’e Yudis (ka’e artinya kakak #Manggarai),
orang asli Ende, hobinya ketawa dan bikin kata-kata nggak jelas.
Waktu mulai
merambat makin larut, teman-temanku yang dari Bajawa dan Ruteng sudah datang
untuk mengikuti megatouring keesokan harinya, yaitu touring ke Pulau Komodo.
Sementara itu, kami masih tetap asyik bernyanyi, hingga pukul satu dini hari,
ditutup dengan tembang mesum, yaitu Surti Tejo. Sial, besok harus bangun pagi
untuk persiapan stamina trekking -_-
1 Maret 2014,
rencana awal memang bangun pukul 05.00 WITA, tapi terbangun pukul 05.30 WITA.
Kami berebut kamar mandi, tapi sial, insiden mewarnai pagi itu, listrik
tiba-tiba black out dan pasokan air dari pompa pun mendadak terhenti. Sialan,
mandi pun gelap-gelapan, dan apesnya aku pakai sabun mandi tapi tertukar dengan
shampoo-ku yang menthol. Alhasil badanku terasa panas dan licin, nggak hanya badan, tapi seluruhnya deh ! Tak peduli aku
habiskan air di bak daripada badanku kepanasan dan menderita sepanjang hari di
lautan.
Setelah itu,
kami mulai melanjutkan ke titik awal perjalanan, yaitu tempat kapal membuang
sauhnya, Pelabuhan Filemon di Labuan Bajo. Rencana awal berangkat pukul 6 pagi, tapi
seperti biasa banyak alasan yang sebenarnya masuk akal, jadi molor sampai jam
setengah delapan pagi. Perjalanan ke Komodo 4 jam, jadi sekitar 11.30 nyampai
sana, padahal jam segitu matahari sedang terik-teriknya.
Sepanjang
perjalanan, raja gitar tak henti-hentinya menggenjereng gitar kesayangannya.
Aku sesekali ikut bernyanyi. Sesekali ikut mengemudi kapal menggantikan Kapten
Ari alias kapten Jack Separo (itu julukan kami pada kapten yang sangat baik
hati tersebut), dan juga nggak lupa foto-foto di anjungan kapal dengan
pemandangan superwow !
Beberapa contoh foto nggak jelas di kapal |
Peserta
megatouring ini 21 orang, peserta dari Rayon Labuan Bajo, Ruteng dan Bajawa,
keluarga besar On Job Travelling (OJT) Area Flores Bagian Barat minus peserta yang
dari Ende. Empat jam perjalanan pas kami lalui dengan menatap pulau kecil hijau
yang tercecer dan lautan dengan alun pelan. Kapten juga memberi tahu kawasan
dengan arus yang paling berbahaya, yaitu Batu Tiga, mirip segitiga Bermuda gitu
deh.
Batu tiga, konon katanya angker banget |
Pulau cantik sayang tak berpenghuni |
Setelah
diombang-ambing lautan, kami akhirnya sampai di Komodo. Sunblock-ku yang spf 50
jadi primadona seluruh penumpang, takut gosong karena matahari garang membakar
pulau tanpa ampun. Masuk pulau Komodo, sebagai bukti otentik adalah foto didepan
nameplate-nya. Setelah itu cari komodo jelek dan gendut keliaran lapar.
Bukti otentik |
Karena
kesiangan, aku kecewa berat. Grup kami mengambil short trekking, Cuma 45 jalan
kaki. Padahal jujur aja, untuk jiwa yang masih membara kaya’ aku, aku pengen
ambil yang adventure trekking yang ada naik gunungnya. Ini berhubung teman-teman
Cuma pengen ketemu kadal gede yang oleh masyarakat sekitar dipanggil Ora, ya
sudahlah, ambil trek pendek aja.
Dengerin ranger jelasin....bahwa kita ada di Loh Liang...bla...blaa.bbrrr |
Ora, begitu biasanya ia dipanggil |
Di sepanjang
jalan, kami ketemu komodo malas-malasan 3 ekor, umurnya mirip dengan om-ku,
yaitu 40 tahun, sudah cukup berumur tapi ileran juga. Aku sempatkan minta
tolong ke ranger untuk mengambil gambar. Sepanjang jalan juga aku cerewet tanya ke ranger tentang Komodo dan kasih nama seenaknya ke komodo yang ada, seperti : Kumer, Sondong -_-
Putri Komodo |
Diambilin ranger |
Empat lima
menit berlalu sudah. Tandanya segera bertolak ke pantai pink. Pantai dengan
pasir yang selalu membuatku jatuh hati.
Pantai Pink.
Kapten Jack
Separo mengemudikan kapalnya dengan santai, sesekali menghisap rokoknya dalam dan
perlahan sambil meladeni pertanyaan iseng teman-teman #pertanyaannya nggak perlu dijelaskan. Jarak tempuh ke pantai pink
hanya 10-15 menit. Rencana sore itu kami snorkeling disana. Hm….snorkelling
pertama bagiku nih !
Di pantai
pink, kapal tidak boleh menepi dan melempar sauh untuk menjaga ekosistem
terumbu karang yang ada, jadi untuk mencapai pantai pink, kami harus numpang
kapal klotok yang berbunyi tokotokotokotokotok...preeet yang ada. Per orang sepuluh ribu
bolak-balik.
Pasir putih dan merah...membuatnya tampak pink |
Sampai di
pantai pink, gilaaa……pasirnya lembut sekali menapaki kaki, karena sudah baca
sebelumnya, aku sengaja menanggalkan sandalku di kapal. Lalu segera snorkeling.
Karena
snorkeling perdana, berkali-kali aku menelan air hingga sesak nafas. Mataku
perih sekali rasanya. Ditengah snorkeling tiba-tiba kakiku kram dan aku harus
menepi. Sakit sekali….tandanya aku harus foto-foto nih ! Tak lupa juga aku mengambil sebotol pasir pink buat oleh-oleh, hahah
Katanya sih LOST MODEL |
Foto-foto
sepuasnya, naik bukit di pantai pink dan mendapatkan gambar yang keren ! Sempat
juga aku kenalan sama bule Jerman namanya Kevin, berfoto bersama dan sedikit
sesumbar bahwa aku belajar bahasa Jerman ! Kevin seneng banget denger ceritaku
dengan bahasa Inggris yang sama-sama cupu.
Kevin von Deutschland |
Matahari tenggelam, jadi obyek andalan mengambil gambar |
#Kata temanku hasil kameraku keren, padahal murni no editing dan bukan kamera Double Single Lens Reflect (DSLR)
"Inilah keuntungan kerja di PLN, dapat pesiar ke seluruh negeri ketika tempat kerja nomaden. Mondar-mandir dibayarin meeen :)"
2 comments:
wiiiiihhhh keren,, pulau komodo kapan bisa kesana yah mupeng banget daaahhh
itu km menetap ndk sana ??
belum tahu, sk penempatan belum kesana. 3 minggu lagi aku balik ke jawa, hehe.
Backpackeran kesini yuk :)
Post a Comment