Apa yang sebenarnya kupikirkan saat itu, awalnya iseng-iseng menggali informasi tentang wisata bahari di peramban, takdir mempertemukan dengan salah satu web freediving course pertama di Indonesia, Let's Freedive yang berdomisili di Jakarta. Namanya juga si Une tukang penasaran, ya saya kepoin mati-matian itu webnya dan lirak-lirik akun instagramnya walaupun aku belum berani follow.
Dan akhirnya dengan kesadaran penuh aku kontak salah satu instruktur yang tertera disitu via pesan singkat. Dan dibalas dong selang beberapa menit.
Deg-degan. Ngapain sih Une? Iseng banget👻
Ya cuma nanya informasi, coursenya ngapain saja, apa yang perlu disiapkan. Biayanya berapa, terus jadwalnya kapan, ya pokoknya seolah-olah minggu depan aku langsung ikutan gitu.
"AIDA 2 itu basic. Gak perlu persiapan apa-apa kok. Cuma bawa diri , handuk dan shampoo aja."
Bodoh...bodoh lah si Une. Malah bikin nggak bisa tidur semalaman karena penasaran mencari alasan kenapa aku harus ikutan course ini, dan tertantang gara-gara coachnya cuma bilang kayak gitu. Web dan video yang membahas tentang pengalaman AIDA 2 aku baca berulang kali, memastikan bahwa apa yang dikatakan coachnya bener. Jangan-jangan dia udah menganggapku jagoan di air, padahal, duh hanya bisa glidang-gliding seadanya pakai buntut duyung warna tosca, latihan sendiri modal yutub, miris lah pokoknya karena memang nggak ada komunitas freedive ini di Bontang.
"Dan yang penting nyaman pas berada di air. Nggak panikan." aku berulang kali membaca chat dan menggaris bawahi kalimat itu dari calon coach yang saat itu aku hubungi, Jason Hakim.
Huh, nyaman? Iya sih, aku sering latihan renang seadanya, dan bagiku berada di air tidak membuatku panik takut tenggelam. Dikit-dikit bisa lah, nggak bodo-bodo amat.
Lantas, apa yang memacuku untuk membulatkan tekad nekad ikut course ini? Karena aku merasa rugi, masa kecil di Maluku, belum bisa renang. 2014 selama 4 bulan aku On Job Training di Labuan Bajo, masih belum bisa renang. 2016 ke Derawan, belum bisa renang juga. Dan 2022 babymoon ke Bunaken, sudah bisa renang tapi nggak berani nyelam karena hamil muda, dan belum tahu teknik yang aman. Rugi lah...rugiiii! Dan juga aku ini suka bermain alat musik tiup flute, dengan harapan mengikuti course ini bisa memperbaiki tone projection dan bisa stabil dan konstan saat meniup nada.
Begitulah kira-kira alasan yang aku jelasin ke coach Jason saat pertemuan pertama.
Jadi, AIDA itu apa? Sebenarnya itu adalah singkatan dari bahasa Perancis, kalau dibahasa Inggriskan kurag lebih "The International Association for the Development of Apnea", organisasi yang berfokus di edukasi atau kompetisi khusus freediving sejak tahun 1992. Sebenarnya banyak sih agen freediving lain seperti SSI, PADI, atau Molchanovs tapi aku lebih condong ke AIDA karena SSI dan PADI itu awal membesarkan namanya dari Scuba Diving, dan Molchanovs juga fokus ke freediving namun masih terbilang baru. AIDA sendiri ada 4 tahapan yang perlu ditempuh sebelum jadi instruktur, yaitu AIDA 1, 2, 3, dan 4. Dan ternyata bisa langsung AIDA 2, hehe.👅
Tampaknya Allah membukakan jalan dan jawaban atas keinginanku. Karena saat itu pekan depan ada jadwal tugas ke Jakarta selama sehari (25 Agustus 2025), maka tanpa pikir panjang aku mengajukan cuti tambahan selama tiga hari dan menghubungi coach untuk daftar dan melakukan pembayaran.
Oke, sudah transfer. Dan...serius nih nggak ada isi-isi form atau apa gitu buat daftar? Cuma ditanyakan ukuran kaki berapa cm karena bakal dipinjami bifins selama course.
Jiah mati aku, pakai bifins aja belum pernah.
Hari-hari berlalu, waktu course makin dekat dan belum ada info lanjut. Aku tetap terdiam, bingung mau tanya apa. Sesekali aku coba cek-cek di instagram, beberapa reels anak-anak Jakarta yang ikut course dan rajin latihan bersama komunitas, masih ada yang belum lolos persyaratan AIDA 2. Ya Allah...apalagi saya yang skill kentang ini. Jarang latihan, nggak punya teman, open water seadanya pakai buntut mermaid. Disitulah titik penyesalan kenapa aku buru-buru daftar, kalau ternyata nggak semudah itu. Nggak mungkin kan aku minta refund gara-gara aku takut. Malu-maluin Bontang aja, haha.
Dan hal-hal itu sukses membuatku susah tidur. Nggak main instagram dulu biar nggak makin galau.
Ditengah kegalauan ini, aku teringat salah satu rekan di Samarinda yang pernah foto-foto ala freediving juga. Aku coba kontak dia, mungkin dia bisa memberi solusi atau membesarkan hati. Sebut saja dia si Nyot. Kurang lebih beginilah percakapan kami.
"Kamu pernah ikut AIDA 2 gak Nyot?"
"Pernah, di Bontang sama Jason. Pas itu Pak Fadli juga ikut, Ne."
"Lah, kok bisa kesini dia? Aku juga sama dia, (Jason)"
"Iya, karena pas itu 2016 peminatnya banyak, jadi orangnya bisa dipanggil kesini. Kamu mau ikutan juga?"
"Iya, emang diapain aja Nyot?"
"Disuruh nyelam 16 m, tahan nafas STA minimal 2 menit. Dynamic min 40 meter tanpa napas."
Modyar, pikirku saat itu. STA 2 menit, aku satu menit aja udah mau tewas.🙈
"Waduh,"
"Saranku kamu latihan aja dulu, bukan nakut-nakutin, cuma ngingetin sayang duitnya kalau gagal. Apalagi kamu ke Jakarta butuh akomodasi besar kan. Dulu aku pernah nyoba di Bali kurang 2 meter aja gak lolos."
"Tapi Jason cuma bilang gak perlu siapin apa-apa, cuma suruh bawa handuk dan shampo aja." kataku membela diri.
"Terus kamu sekarang punya modal apa buat ikut AIDA 2?"
"Modal duit aja Nyot, hehe..."
"Kamprettt~!"
"Hahahaha...kalau nggak ada duit juga gak bisa ikutan ini!" aku tertawa getir. Sesusah itu ya? Tapi jika aku terlalu memikirkan kemungkinan terburuk, itu akan membuatku tetap rebahan dan nggak mau mencoba. Tenanglah, Une! Nanti kamu juga diajarin teknik yang benar, nggak langsung ujian, kan?
"Nggak apa-apa, kalau Jason udah ngomong gitu. Kamu pasti diajarin sampai bisa, orangnya sabar dan telaten kok. Dulu ada temenku dari nol diajarin sampai bisa."
"Oh gitu ya,"
"Udah daftar aja, cobain. Kamu disana kan juga latihan sendiri, biar safety."
"Hmm...aku udah bayar Nyot."
H-1 aku diingetin untuk course dan meeting point di stadion akuatik Senayan. Tenang...tenanglah Une, walaupun semalam aku deg-degan parah. Jadwal kursus ini dijadwalkan selama empat hari, tapi jika hanya 3 hari lolos maka sesi selesai.
Hari Pertama - Selasa, 26 Agustus 2025
Hari pertama masih teori selama dua jam, mengenai fisiologi, psikologi, kajian ilmiah secara biologi, fisika, apa yang terjadi di tubuh kita selama menyelam, larangan selama menyelam, disiplin dalam freedive dan peralatan selam bebas. Setelahnya ada waktu rehat dan disilakan untuk mengganti pakaian untuk berenang di kolam Senayan.
Disiplin pertama yang diujikan adalah static apnea (STA). Dimana tubuh kita menghadap air (posisi telungkup) sambil menahan nafas selama mungkin (untuk AIDA 2 adalah dua menit). Jadi tubuh kita harus dalam posisi rileks, semua otot-otot rileks, dan pikirkan hal-hal yang membuatmu tenang.
Ini adalah ujian yang paling aku takutin buat gak lulus, wkwkkw.
"Une, tenang ya. Ada buddy yang jaga. Kalau kamu ngerasa kontraksi, gak apa-apa, ditahan aja. Kamu kan masih punya cadangan oksigen sekitar 75-80%, masih banyak itu." coach Jason menjelaskan dan menenangkan. Dan gak lama-lama aku langsung persiapan dan akhirnya melakukan static apnea.
Percobaan pertama tampaknya gagal, aku masih grogi. Dan aku disuruh coba lagi.
Percobaan kedua. Coach Jason menyemangatiku, "Bagus...bagus sekali Une. Ini kamu udah mulai kontraksi, tapi aku tahu kamu bisa tahan lebih lama. Oksigen di tubuhmu masih banyak sekali."
Hal yang kupikirkan saat STA adalah bermain dengan si kecil, lari-lari di padang rumput yang luas, sambil memejamkan mata. Berdoa.
Dan terasa mulai sesak aku mengambil ancang-ancang untuk naik ke permukaan. Tak dapat kupercaya 2,5 menit aku bisa tahan nafas, dengan teknik yang sudah diajarkan.
"Hah, masa sih?"
"Biarkan stopwatch dan recording yang berbicara," ujarnya. Dan aku diberikan kesempatan sekali lagi dengan waktu relaksasi yang lebih panjang, dan hasilnya lima detik lebih lama.
"Tuh kamu bisa, satu ujian udah lolos ini!"
Hatiku lega bin berbunga-bunga.
Latihan selanjutnya adalah rescue blackout saat STA, dan berjalan cukup lancar. Lalu latihan menggunakan bifins. Awalnya kagok banget karena baru pertama pakai. Badanku belum lurus dan pantatnya masih kaku. Tapi pelan-pelan bisa, walau setengah mati juga belajarnya biar bisa meluruskan badan, hehe. Setelah bisa belajar duck dive, biar bisa renang vertikal ke dalam air.
Setelah itu coach Jason ngetes kemampuan ekualisasiku di kedalaman 5 meter. Dia lega karena pas teori aku sudah bisa ekualisasi frenzel, dan awalnya cukup khawatir sih, tapi akhirnya bisa juga! Walau sempat telat ekualisasi dan telingaku sakit banget kayak ditusuk jarum, hiks😔 Namun percobaan selanjutnya aku berhasil, dan diminta fokus ekualisasi saat bertambah kedalaman.
Lanjut hari kedua ~
Hari Kedua, Rabu, 27 Agustus 2025
Masih di stadion akuatik Senayan. Menuju kesini dari tempatku nginap di Kemang, sangat mudah. Cukup naik MRT dari Cipete Raya Tuku dan turun di Istora Mandiri. Dari Istora Mandiri tinggal jalan sejauh kurang lebih 900 meter. Kukira Jakarta sangat gerah, ternyata jalan siang hari masih terasa hangat, jauuuh lebih panas di Bontang !
Hari kedua kami janjian di pukul sepuluh pagi. Masuk ke kolam Senayan hanya perlu tap e-money senilai Rp 110,000 ,- dan hanya diberi waktu berenang selama dua jam. Anak sekampung aku kaget dong, kok bisa semahal ini, hiks! Tapi memang sebanding dengan fasilitas kolamnya yang luaaas banget dan kamar mandi yang bersih!
Untuk hari ini, waktunya belajar duck dive dengan benar, dan lanjut renang vertikal kebawah mengikuti arah tali. Wajib lurus ! ini untuk belajar constant weight training (CWT) dan apakah semudah itu? Tidak dong, masih belak belok, disorientasi, muter-muter, pokoknya drama terus lah.
"Masih banyak mikir nih. Dah, lepaskan aja Ne. Kepalamu jangan lihat lantai, fokus ke tali. Nunduk aja pas udah masuk air." coach memberi masukan.
"Iya coach, aku paham sebenarnya di kepalaku. Tapi kenapa refleks saja kepalaku ndongak, jadinya belok deh."
"Coba lagi. Ayo jangan sia-siakan waktu cuti dan uang pesawatmu."
Kata-katanya membuat semangatku kembali meletup. Otakku membuat perhitungan singkat, bener juga. Tiket 1,7 juta, penginapan semalam 400 ribu, belum jajan. Masa Une nggak berhasil membawa pulang si AIDA2. Hahaha😋
Percobaan demi percobaan aku lalui. Ada sedikit progress, agak lurus walau pinggangku masih agak nungging. Dan....saat berhasil lurus, ketika dicoba lagi malah kembali ke jalan yang salah. Kesel! Kesel!
Tapi Une pantang menyerah. Masih semangat mencoba sampai akhirnya bisa walau masih nungging dikit hahaha.
Setelah latihan CWT (agak) sukses, maka selanjutnya disuruh melanjutkan berenang lurus sepanjang kolam di dasar kedalaman 5 meter itu. Aduh, kuat nggak ya renang tanpa nafas sejauh 40 m di kedalaman 5 meter😓
Tentunya dua kali percobaan gagal, tengah jalan aku udah naik duluan. Coach kembali memberi masukan saktinya, pokoknya setiap diberi masukan aku langsung bisa. Nggak salah sepertinya memilih coach freediving pertama di Indonesia untuk melatihku yang kocak ini😆
"Kamu renang tangannya gini," ia mempratikkan tangan streamline, dua tangan dijadikan satu membentuk torpedo sehingga lebih aerodinamis. "Kalau tanganmu terbuka ya berat lah, gak efisien. Terus kamu renangnya menyentuh lantai aja, biar jadi patokan tetep stay dibawah."
"Oiya iya,"
"Dan ingat, tetap rileks. Kalau rileks dan tenang, nafasmu makin hemat. Ada buddy disini. Kamu fokus aja sama finning yang efisien."
Betulan dong, setelah kena petuah sakti aku sukses renang 40 m didasar kolam. Dan ketika naik nafasku terasa masih tersisa banyak, rasanya nambah 10 meter masih bisa, haha. Apakah ini yang dinamakan the power of kata-kata sakti😂
"Nah bisa kan. Aku tahu sebenarnya kamu bisa. Kalau 5 meter lancar, yakin aku besok bisa langsung 10-12 meter ini. Udah, balik lagi sana dangan cara seperti tadi."
Aku mencoba dengan percaya diri. Sukses dong😎
Practice selanjutnya adalah ilmu yang wajib dikuasai tapi jangan dipraktikkan, yaitu rescue teman yang blackout di kolam. Siapa yang direscue? Ya coach Jason lah, karena saat itu hanya kami berdua.
Aku jadi ingat kata-kata Nyot, dia pernah ngerescue Jason dari kedalaman 13 meter. Sampai permukaan dia lemes dan pengen direscue juga. Apakah kali ini aku berhasil?
Awalnya aku disuruh jadi korban dan disuruh pura-pura pingsan didasar kolam. Setelahnya gantian, aku rescue coach. Untuk percobaan awal membawa ke permukaan sukses, cuma nggak berhasil bawa ke tepi kolam. Percobaan kedua mulai lancar walaupun kagok banget bawa korban ke tepi kolam. Berat ternyata! Sampai bahu kiriku terkilir😒😓
"Kalau di laut gimana coach?"
"Ya udah bawa sampai pinggir, entah itu pantai atau kapal."
Aku cuma bisa berdoa, semoga dijauhkan dari hal-hal seperti itu.
Lanjut hari ketiga ~
Hari Ketiga - Kamis, 28 Agustus 2025
Hari ketiga adalah waktunya untuk berlatih di kolam dalam Tribuana Dive Center, untuk adaptasi kedalaman dan beberapa displin lain seperti Free Immersion (FIM). Kolam terdalam adalah 16 m, dan target kelulusan AIDA2 yang awalnya 16 sudah diturunkan menjadi 12 meter. Haah...lucky Une.
"Gimana, Une, tidurnya cukup?" aku dapat pertanyaan yang cukup seram pagi ini. Duh kayaknya ngeri.
Latihan hari ini bersama dua peserta wanita lain yang merupakan murid dari coach Jason juga. Akhirnya ada temannya ya, dan kami memiliki kekurangan masing-masing seperti duck dive dan ekualiasasi, jadi saling melengkapi lah, wkwk.
Pertama kami pemanasan dulu duck dive di kedalaman 5 meter. Aku melakukan dengan cukup lancar karena ada dinding kolam sebagai patokan. Setelahnya latihan free immersion (FIM) di kedalaman 10 meter. Tujuannya adalah untuk latihan ekualisasi, dengan cara menarik tali yang menjuntai ke dasar kolam yang terikat dengan buoy. FIM adalah salah satu disiplin yang aku sukai karena minim gerakan sehingga irit nafas dan hanya fokus ekualisasi sambil tarik tali. Percobaan pertama lumayan sukses tapi hanya lupa menghadap tali ketika kembali ke permukaan. Percobaan kedua sukses, ekualisasi aman, hanya saja agak telat ekualisasi mask sehingga rasanya mataku seperti disedot keluar.👀
Latihan kedua adalah FIM di kedalaman 16 meter. Sebenarnya 12 meter sudah cukup sih, tapi aku penasaran juga dengan blue hole alias bagian terdalam di TDC. Aku kuat-kuatin hanya mentok di 12,8 meter aja, bukan karena ekualisasi tapi karena nafasku yang sudah mulai memburu. Harusnya bisa ya, karena aku kurang rileks aja rasanya. Lalu coba dive ke 16 meter juga belum sukses, hanya di 12 meter saja, hiks...nggak apa-apa yang penting sudah memenuhi standar kelulusan lah, lain kali kalau ke Jakarta bisa dicoba lagi😊
Setelah sesi latihan selesai, waktunya untuk main-main! Nah aku diminta untuk turun menyentuh bendera merah putih di kedalaman 8 meter, sambil dibantu videokan coach Jason, wah seru pokoknya sesi main-main ini, karena udah rileks dan nggak ada target lain, haha. Sayang waktu kami di TDC hanya terbatas, sehingga segera berkemas dan kembali pulang.
Jadii...jadi gimana Une lulus nggak dalam tiga hari ini? Alhamdulillah, atas ijin Allah aku lulus, berhasil dapat license AIDA2, nggak sia-sia cuti dan uang akomodasiku. Aku terharuuu....nggak nyangka ! Dan Allah juga menjaga waktu-waktu latihanku dari chaos yang terjadi di daerah Senayan, nggak bayangin kalau hari ini aku masih di Senayan dan terperangkap dalam demo besar disana😟
No comments:
Post a Comment