Bisa jalan-jalan bertiga adalah suatu hal yang aku mimpikan. Bila biasanya bertiga plus satu bude pengasuh bocil, maka sekarang kami harus siap siaga menghadapi ulah bocil yang seringkali diluar dugaan. Ungkapan yang berlebih-lebihan sih, karena nyatanya si bocil perempuan masih tergolong anteng dan banyak tidurnya saat perjalanan.
Perjalanan kami adalah ke Batu, ya sekitar 2,5 jam dari Lumajang. Kupikir jalanan bakal rame dan macet karena masih suasana lebaran, ternyata enggak. Sepi dan lancar! Apa mungkin hari ini adalah hari pertama masuk sekolah dan ASN nggak boleh nambah cutinya ya?😂
Destinasi incaran kami adalah kawasan Jatim Park 3, didalamnya ada Dino Park, Legend Star, Millenial Glow Garden dan Museum Musik Dunia. Nah karena baru dibuka pukul 11.00, maka kami sempatkan makan siang dahulu agar perut nggak ngereog. Tiket Dino Park sudah dibeli secara daring untuk mengantisipasi antrean dan dua tiket lainnya kami beli secara on the spot. Untuk museum musik dunia kami belum sempat masuk karena sudah cukup sore dan memasuki jam makan si kecil.
Jatim Park 3 tak banyak berubah sejak tahun 2017 kukunjungi saat bujang bersama pamannya putriku. Hanya ada beberapa gerai baru di Dino mall-nya. Si kecil duduk anteng di stroler sambil makan biskuit. Ah, yang penting jadwal makan dan tidurnya tercukupi, dia pasti tenang.
Memang rejeki kami saat itu, termasuk sepi banget! Wahana lima zaman di Dino Park yang dulunya antre mengular, kami hanya perlu menunggu lima menit saja. Ada beberapa wahana ekstrim yang penasaran kucoba, namun ingat bahwa kami harus siaga bocil perempuan ini.😁
Setelah dari Dinopark kami menuju Legend Star tepat disebelahnya. Suasananya juga sangat suuueepi! pengunjung dapat dihitung dengan jari. Bahkan ketika kami melewati titik foto yang paling dibuat rebutan bagi para penyetok instastory pun sepi. Namun sayangnya sejak menikah pun aku jarang dan cukup malas sekali jeprat-jepret didepan kamera. Bukan karena minder, tapi...kurasa lebih baik foto-foto suasana sekitar saja. Dokumentasi pun cukup membawa kamera 360 yang dapat mengabadikan suasana lingkungan yang kami lalui. Wah ini baru wisata milik bertiga. Kami dapat menikmati pertunjukan dengan puas tanpa berebut dengan kerumunan pengunjung walaupun untuk saat ini aku hanya sekedar jalan biasa tanpa banyak jeprat-jepret seperti saat jomblo.
Wahana terakhir yang kami kunjungi adalah Millenial Glow Garden. Ini nih wahana yang belum aku kunjungi karena dulu masih tahap pembangunan dan baru beroperasi di tahun 2019. Berdasarkan pengalaman pengunjung lain di kanal Youtube atau blog, wahana ini menawarkan pengalaman visual yang unik nan menarik. Wah penasaran nih! Mudah-mudahan si kecil nggak keder ya karena suasana didalam temaram dan ada suara-suara agak menggelegar.
Awal masuk kami disambut lorong panjang dengan lampu semarak berwarna-warni dan berkelipan. Si kecil tolah-toleh takjub, matanya segar karena telah bangun dari tidur selama 1,5 jam. Di lokasi dalam, ada ruangan besar, gelap dan hanya disinari dengan..hmm semacam proyektor yang membuat pertunjukan visual kebun sakura, lalu berganti hewan unta fantasi, laut dalam yang dipenuhi ikan paus, dan kupu-kupu. Artsy sekali sih! pengunjung seolah-olah merasa di kebun sakura, di laut dalam, dan...ya merasa berada di suasana yang ditampilkan di ruangan tersebut. Ada suara yang memandu kami untuk menyentuh kupu-kupu yang melayang di layar, dan pyashh!! Seketika kupu-kupu tersebut berubah menjadi gumpalan cahaya bak negeri dongeng.
Di Milenial Glow Garden ini kebanyakan cewek remaja, tapi nggak ramai juga jadi nggak antri kalau mau ambil gambar. Buat yang punya bocil yang mau bawa stroller juga tak perlu khawatir, karena seluruh wahana di Jatim Park 3 sudah dirancang ramah kursi roda dan stroller. Alhamdulillah ya, semangat emak-emak kalau begini.
Jadi di MGG tak hanya pertunjukan teknologi cahaya yang memukau, tapi juga ada bagian-bagian yang ketika difoto akan menyala dalam gelap. Adapula musik jedag-jedug di salah satu bagian tempat yang sukses membuat si kecil mengangguk-anggukkan kepala dan menggoyangkan kakiknya. Ada rute dimana kita harus melepas sepatu dan akhirnya menggendong si kecil karena akan ada kolam ikan koi dari cahaya dan kami akan berjalan melewati kolam tersebut. Jika si ikan koi terinjak, maka akan berubah jadi gumpalan cahaya yang bergelung-gelung lalu menghilang.
Spot yang paling milenial dan paling sering dibuat rebutan berfoto adalah balon bersinar dan lorong cahaya. Dimana pengunjung akan melewati gang dengan lebar sekira 2 meter yang diapit dengan batang-batang cahaya berkilau yang dapat menunjukkan atraksi berubah warna yang memukau. Tangan si kecil gatal untuk meremas batang cahaya tersebut, emaknya hanya bisa tersenyum-senyum sambil mengelus kepalanya. Melewati lorong cahaya ini suhunya lebih tinggi daripada tempat lainnya, karena cahaya dapat menghasilkan kehangatan.
Sebelum keluar area indoor kami berjalan di lantai dan dinding yang tersusun dari ribuan lampu dot matrix yang dapat menampilkan gambar dinamis yang berubah-ubah. Menarik dan seru! Namun berada di sana cukup gerah dan juga bagian dot matrixnya sudah ada beberapa yang perlu diganti sehingga hanya menampilkan garis-garis kuning hingga gelap saja.
Di bagian outdoor terdapat bunga-bunga dan rumah yang akan menyala saat malam tiba, pangggung atraksi plus beberapa wahana mini. Dari kejauhan tampak puncak Basundara gunung Panderman yang...entah kapan aku bisa kesana.😆 Untuk saat ini kami harus menuruti keinginan si kecil naik mini train (yang gratis karena wahana masih dalam kawasan MGG) mengelilingi taman bunga yang akan menyala saat malam hari. Sebenarnya, waktu yang pas untuk mengunjungi wahana ini adalah saat malam, karena kalian dapat menikmati keindahan lampu-lampu yang menyala di bagian luarnya hingga pukul 20.30 ketika MGG ditutup. Sayangnya kami tak bisa mengunjungi pada malam hari karena menghindari waktu tidur si kecil yang akan membuatnya rewel dan kesal. Baiklah! tahun depan kamu siap kesini pada malam hari nggak cil? Kita bisa nonton atraksi serunya disini!
No comments:
Post a Comment