#3 Italia : Berjalanlah Hingga ke Roma

S.Q.P.R 
Itulah untaian huruf yang pertama kali kulihat saat mengunjungi kota Roma, ibukota Italia ini. Dimana-mana terdapat huruf yang nampaknya sebuah singkatan tersebut. Di papan pengumuman, di tutup got, dan pula di patung-patung jaman kekaisaran Romawi kuno. Tapi setelah aku mencari tahu singkatannya yang ternyata 'Senatus PopulusQue Romanus' artinya Senat berasal dan dipilih dari rakyat, dimana Senat adalah pemimpin di pemerintahan Roma. Kurang lebih sama ya seperti di negeri kita, bahwa pemimpin dipilih oleh rakyat, dan bekerja untuk rakyat.
Trevi Fountain
Dari Milan kami mengendarai bus malam (Flix Bus) menuju Roma dengan jarak tempuh sekitar delapan jam. Kami memilih penginapan yang memiliki akses terdekat dengan stasiun utama Roma (Roma Termini) dan Supermarket. Restoran halal yang enak juga terletak dekat dari stasiun utama Roma, yakni Restoran India yang porsinya banyak dan warung kebab Turki. Aku mencoba pesan nasi briyani di Restoran India tersebut. Uh, porsinya super banyak! Jadinya sehari aku hanya sekali makan makanan berat.
Sekedar saran saja kalau berkunjung ke Eropa jangan lupa bawa tempat plastik/kotak makan, mengantisipasi makanan yang nggak habis, bisa dibungkus untuk dimakan setelahnya. Karena porsi makan di Eropa disesuaikan dengan ukuran perut mereka. Porsi kuli!
Seperti laiknya kota-kota besar di Eropa, setiap tempat telah terhubung dengan metro (kereta bawah tanah), dan uniknya di Italia ini, kita dapat membeli tiket metro secara harian/mingguan di kios rokok, alias TABAC (biasanya ada tulisan besar 'TABAC' di beberapa tempat umum) seharga 7 Euro perharinya. Dan itu bebas menggunakan akses metro sampai kamu lemes! Hehe, berlaku  selama 24 jam ya.
Romulus dan Remus lagi nen*n
Apa yang mengingatkanku terhadap kota ini? tentu saja klub bola AS Roma dan kegantengan om Francesco Totti. Lambang kota ini dan klub AS Roma pun berupa seekor ibu serigala yang menyusui dua bayi laki-laki, yang diketahui bernama Romulus dan Remus, dari kisah itulah akhirnya menjadi nama Roma.
Durasi aku berada di Roma adalah sekitar 2,5 hari sebelum keberangkatanku ke Frankfurt, jadilah aku berkeliling kota yang memiliki nilai sejarah dan seni yang tinggi. Dan karena memang aku susah diatur, berjalanlah aku kesana kemari sebatang kara. Agak ngeri sih, karena tingkat kriminalitas di Roma ini cukup tinggi. Namun demi apa, setelah maghrib aku malah keluyuran ke Colloseo dengan Metro demi memotret lokasi sekitar yang mungkin tampak indah dan berbeda dengan sorotan cahayanya. Alhasil sepanjang perjalanan aku komat kamit membaca sholawat agar tak diganggu setan berwujud manusia yang terkenal nekat, alias copet. Dengan wajah seolah-olah sudah lama tinggal di Italia, aku menaruh ransel didepan tubuhku dan memasang wajah seperti pembunuh, haha.  
Namun beruntunglah tak terjadi apapun padaku. Saat itu aku tak menguasai kosakata Italia sama sekali untuk sekedar survival, dan yang kutahu hanyalah kalimat 'Ti amo' alias aku cinta kamu. Nah, kalau keceplosan ngomong gitu sama cowok ganteng lokal, apa nggak auto mengernyitkan dahi tuh? Hahahalu... 
Forum Romanus Senjakala
Saat malam, di lokasi Colosseum dan sekitarnya ternyata cukup sepi. Dengan percaya diri aku malah berkeliling lokasi Colosseum yang tiada orang satupun, dimana banyak situs bersejarah peninggalan bangsa Romawi disana, salah satunya adalah Forum Romanus (reruntuhan puing-puing bangunan kuno). Karena sepi, bebas sepuasnya dong aku berfoto disana, tanpa malu-malu atau rebutan dengan pengunjung lain.
Kawasan Colosseum dan Forum Romanus yang mendapat lightning membuat suasana kembali ke jaman Romawi Kuno! Banyak pula seniman jalanan yang mempertunjukkan bakatnya disana, mulai dari menyanyi opera, bermain biola dengan komposisi ciptaan Antonio Vivaldi, melukis Colloseum dengan cat semprot, dan ada beberapa pedagang kaki lima yang menjajakan souvenir, sebagian besar adalah warga imigran dari Afrika.
Angin dari laut Adriatik memeluk tubuhku cukup dingin. Saat itu hanya mengenakan kaos hitam dengan sablon desain sendiri, yang digunakan untuk acara kantor delapan bulan silam.
"Malaysia? Malaysia?" seorang bapak paruh baya yang sedang menuntun kuda berkata cukup mengejutkanku. Ia menduga aku warga negara Malaysia karena mengenakan hijab dan berwajah Melayu.
"Indonesia," Jawabku tegas lalu langsung ngacir. Takut jadi korban gendam internasional 😂
Ada beberapa atraksi wisata lain yang bisa dikunjungi di kota ini, seperti Trevi Fountains yang katanya mendatangkan keberuntungan apabila kita melempar koin kedalamnya, dan Negara Vatikan yang merupakan negara terkecil di dunia. 
Hanya bermodal panduan dari Google Maps, lokasi yang jarang dikunjungi wisatawan lainnya adalah Altare Della Patria, Piazza di Spagna, Pantheon, dan Palatine Hill yang berhasil aku kunjungi semua siang dan malam. Ada beberapa lokasi yang terpisah dan masuk ke gang-gang kecil, sehingga kekuatan kaki sungguh diuji penuh di perjalanan kali ini. Memang harus berkorban lelah dan berpeluh, tapi sepanjang jalan kutemukan sudut-sudut kota Roma yang unik. 
Bahkan aku sempat iseng memasuki salah satu gereja Romawi yang terdapat di gang-gang kecil kota Roma. Langit-langit gerejanya tinggi, dan dipenuhi lukisan-lukisan gerejawi. Banyak pengunjung yang berdatangan untuk saling menautkan kedua tangannya untuk berdoa, sedangkan aku datang untuk mengambil gambar gereja roma yang unik tersebut setelah kupastikan tidak ada larangan untuk mengambil gambar.
Palatine Hill adalah semacam gereja dengan tugu berbentuk obelisk yang dibangun diatas bukit. Tampaknya gereja tersebut tutup, dan aku hanya berkeliling dan mengambil gambar dari luar saja.
Berjalan menyusuri gang dari Pantheon, ternyata bertemu dengan jalan besar yang menuju Altare Della Patria. Hanya di Altare Della Patria, sebuah monumen yang dibangun untuk menghormati Vittorio Emanuelle II, raja pertama di Roma -- yang tidak dibolehkan pengunjung membawa tripod. Jadi tripodku harus diamankan selama kunjungan 😞
Karena memang saat musim panas jadinya keringat benar-benar membasahi baju dan tenggorokan jadi cepat kering.

Mengunjungi Negara Terkecil di Dunia: Vatikan

Didalam Kota Roma, ada negara yang hanya dibatasi oleh tembok saja, dan itu merupakan pusat agama Katolik Roma, Vatikan. Aku tak menyangka bisa mengunjunginya setelah selama ini hanya tahu gambarnya saja. Saat itu hari Minggu, jadi pagi masih ada acara Misa dalam bahasa latin yang dipimpin oleh Paus Franciscus, pemimpin tertinggi umat Katolik Roma. Masuk ke Vatikan gratis, tapi antri panjaaaang.....dan pemeriksaan terhadap barang bawaan cukup ketat.
Salah satu daya tarik Vatikan adalah Kapel Sistine dengan lukisan-lukisan asli dari Leonardo da Vinci di langit-langitnya, serta tugu Obelisk yang menjulang ditengah lapangan tersebut. Tapi karena gratis sehingga antri puanjaaaang dan suasana memang lagi panas-panasnya, maka aku memilih berteduh saja. Sekedar info, untuk mengunjungi Kapel Sistine lebih baik pada sore menjelang malam, dimana animo wisatawan berkurang. 

Perjalanan selanjutnya adalah menuju  Fiumicino Aeroporto (Bandara utama di Roma) untuk melanjutkan perjalanan seruku.

Arrivederci, Rome!

*ini adalah kunjungan ke Roma saat musim panas Agustus 2017

Unesia Drajadispa

No comments: