• Homepage
  • PORTOFOLIO (BOOKS)
  • About Me
Was ist los, Une?
Rencanaku untuk mengunjungi desa Provence di selatan Perancis tampaknya harus dipendam dalam-dalam terlebih dahulu. Kenapa? Karena jelas, alasanya Provence itu jauuuuh sekali dari Paris, harus naik kereta supercepat TGV dulu. Kalau cek di Google Maps harus naik kereta, lanjut bus dan total selama 8,12 jam. Wuah? kayak Balikpapan - Sangatta dong? Analogi saya seperti itu. Padahal menurut info, Bulan Agustus merupakan bagus-bagusnya ladang Lavender dengan latar belakang kontras langit biru bersih. Gagal deh foto-foto ditengah ladang Lavender dengan dikelilingi kondisi pedesaan khas Perancis karena waktu di Perancis hanya dua hari.
Tapi saya berbaik sangka saja, siapa tahu beberapa tahun kedepan saya diijinkan untuk kembali mengunjungi Perancis, terutama Provence walaupun harus repot urus visa schengen lagi :')
Hari terakhir di Paris, saya memutuskan untuk mengunjungi Montmartre setelah semalam sibuk cari destinasi hingga ketiduran dan nggak sempat ke Eiffel malam harinya. Hari ini cerah sekali, saya berangkat pagi (sekitar jam 9) untuk menghindari keramaian. Dari aplikasi Next Stop Paris, aku harus stop dua kali hingga mencapai Anvers, metro terdekat dari Montmartre. Benar juga, di Montmartre masih sepi pengunjung, udara masih segar, dan tentu saja masih bisa leluasa berfoto dengan gembira. Kalau kesiangan sedikit, pengunjung sudah berjubel di lokasi dan menyulitkan untuk mengambil foto dengan tenang. Untuk masuk ke pelataran Sacré CÅ“ur tidak dipungut biaya.


Sacré Cœur sendiri terletak diatas bukit, jadi pengunjung harus trekking ringan 10 menit saja dari stasiun metro terdekat. Disepanjang jalan banyak terdapat toko souvenir yang baru buka karena saat itu masih pagi. Lumayan curam sih, tapi mengasyikkan.
Sacré Cœur sendiri adalah sebuah basilika yang dibangun untuk menghormati prajurit Perancis saat perang melawan prajurit Rusia. Seperti biasa, saya hanya berkeliling di sekitar lokasi, karena untuk masuk kedalamnya cukup antri. berjalan menuju bagian belakang basilika ternyata banyak spot berfoto yang jarang pengunjung ketahui. Dari teras kita bisa melihat panorama kota Paris beserta Eiffel-nya, disediakan teropong tapi harus bayar dengan koin.
Walaupun saya nggak paham masalah arsitektur dan sejenisnya, tapi bangunan di Sacré CÅ“ur sangat apik! Kuno, seperti membawaku kembali ke abad lampau. Tapi hati-hati ya, banyak modus penjambretan dengan menawarkan gelang persahabatan. Ketika mengunjungi obyek wisata di Paris, pasang wajah penculik saja, agar para penjahat malas mendekat.
Bebatuan yang menyusun bangunan tersebut makin menjadikan obyek foto yang menarik. Aku tak tahan untuk terus-terusan menekan tombol rana di ponsel maupun mirrorless yang kubawa. Sacré Cœur memang gereja, tapi bagiku adalah sebuah kastil yang maha romantis!
0
Share
Paris romantis? Romantis mbahmu! Banyak copet, pesing, kotor. Kalau kalian-kalian yang ikut tur pakai bus pariwisata atau naik Hop On Hop Off Bus, ya mungkin 'hanya' melihat Paris yang indah dan bersih, karena memang jalur yang dilewati adalah jalur wisatawan. Tapi kalau kamu coba naik kendaraan umum (metro), kaget juga sih, melihat beberapa kondisi stasiun metro yang pesing, banyak gelandangan, pengemis, hingga kotoran manusia yang tercecer dan sudah dikerumuni lalat hijau. Hyueek...
Ditambah lagi mengelilingi Paris seorang diri, jadi sisi 'Romantis' seperti yang dibilang banyak orang tidak terbukti, hiks... (usap muka di bantal kucing)
Sampai di Paris jam 6 pagi, naik bus Eurolines dari terminal Duivendrecht di Amsterdam, waktu tempuh sekitar 8 jam, tapi karena malam hari, jadi saya tertidur pulas jadi nggak tahu jalanan mana saja yang dilewati.
Karena waktu sampai masih pagi, maka kami menuju hotel di dekat stasiun metro Gallieni untuk titip koper dan jalan-jalan. Tapi untunglah pihak hotel berbaik hati, pagi itu juga kami sudah diperbolehkan check in, jadi bisa mandi dan sarapan dulu :)
Untuk pembelian tiket metro, cukup mudah, seperti di Amsterdam kemarin. Cukup melakukan pembelian di mesin setiap stasiun metro. Untuk tiket yang dibeli, kalau nggak salah ada yang sekali beli dapat 10 lembar tiket, dan akan divalidasi sebelum naik metro. Jangan khawatir, mesin-mesin pembelian tiket sudah dilengkapi dengan bahasa Inggris kok! 

Dari stasiun Gallieni, kami menuju Trocadero dengan satu kali pindah metro (transit di Republique). Jalur metro cukup rumit untuk Paris, tapi jangan khawatir, ada peta jalur metro di Paris mudah dipahami dan kalau nggak mau susah cukup unduh aplikasi Next Stop Paris di gawai anda, tinggal ketik dari mana mau kemana, langsung ketahuan kita harus naik metro nomor berapa, transit di stasiun mana, dan jadwal kedatangan metro. Terlebih lagi dapat digunakan dalam keadaan luring (luar jaringan/offline), jadi sangat sangat memudahkan ! Dan serunya lagi, jaringan metro di Paris sudah menjangkau semua destinasi wisata. 
Tujuan pertama di Paris adalah Eiffel, hanya muter sebentar lalu ke Arc de Triomph, lanjut ke Louvre dan Notre Dame. Sebentar-sebentar saja, karena hari itu hanya perkenalan transportasi publik saja, keesokan harinya baru kita dipersilakan eksplorasi sesuai minat.

Menyusuri gang-gang kecil di Saint Michel di Dekat Notre Dame juga mengasyikkan. Kebanyakan dipenuhi dengan kafe-kafe kecil, restoran, dan penjaja souvenir. Banyak warung crepes disini, saya sempat mencoba satu yang topping nutella dan keju seharga 3 Euro dan gede banget. Crepes disini beda dengan di Indonesia, sangat tebal, nggak kering dan legit!
Jajan Dulu
Saint Michel juga banyak penjual kebab, tapi insting saya mengatakan kebab itu jangan dibeli, karena bukan kebab halal dan penjualnya pun tampaknya berasal dari Yunani yang kebanyakan menggunakan daging babi. Tahu darimana? Tahu dari beberapa aksara Yunani yang digunakan di daftar menunya. Insting saja sih.
Di Paris, banyak imigran kulit hitam. Kenapa? Karena jelas, negara mereka eks Jajahan Perancis, dan akhirnya mengadu nasib di tempat penjajahnya. Kebanyakan dari mereka bekerja sebagai cleaning service, penjual souvenir keliling, jarang ditemui kerja kantoran. (sepengamatan saya)
Lalu fakta Paris banyak copet? itu benar. Saya sempat mempelajari modus copet kampret di Paris. Kebanyakan dilakukan oleh warga imigran dari Balkan, seperti Albania, dll. Jarang yang warga Paris asli. Jadi modusnya adalah ada sekumpulan cewek kulit putih, cantik, usia belasan tahun, mengaku dari organisasi kemanusiaan dunia menyodorkan kardus sumbangan kearahku sambil berkata, "Do you speak English?" Tentu saja saya menggeleng, ingat pesan mbak Tita akan komplotan pencopet cabe-cabean di Paris. Tentu saja, kalau kita terjebak ngobrol sama mereka, komplotan yang lain akan merogoh-rogoh tas kita dan mengambil barang berharga. Makanya! Paspor dan kartu kredit selalu letakkan menempel dengan badan ya! Mending kita cuek banget daripada ngobrol sama komplotan pencopet kiriman dari negara-negara Balkan tersebut.
Semoga kisah diatas bisa sedikit bermanfaat bagi teman-teman yang mau jalan ke Paris :)
0
Share
Newer Posts Older Posts Home

AUTHOR

AUTHOR
Seorang wanita yang seperti kera sakti : Tak pernah berhenti, bertindak sesuka hati dan hanya hukuman yang dapat menghentikannya.

Labels

Berkeluarga INFLIGHT ITALY JAWA TENGAH Jambi KALIMANTAN TIMUR KUTAI TIMUR Lumajang NETHERLAND NUSA TENGGARA BARAT NUSA TENGGARA TIMUR Perancis SULAWESI SELATAN SUMATERA BARAT Sulawesi Utara Yogyakarta deutschland jakarta jawa barat jawa timur kalimantan selatan rusia

Popular Posts

  • ABOUT ME | ÜBER MICH
    "Allah menciptakanku saat sedang tersenyum, begitu pula ibu melahirkanku dengan senyum pula." Terlahir di Surabaya, 20 Juni ...
  • Berbagi Pengalaman Ketika Aku Joinan Tes D3 ITS-PLN
    Oy...sebelumya si Une minta maaf dulu, fotonya dibuat kayak hantu biar gak ada pemalsuan identitas, penghubungan alamat, walaupun aku pun...
  • Merindukan Otot Lelah dan Bau Hutan : Puncak Batu Putih, Kaliorang
    Alasan yang paling kuat untuk menjelajah Kutai Timur sebenarnya sederhana : Pandemi COVID-19. Yang awalnya memiliki rencana untuk terbang ke...
  • Deutschland für Anfänger (Pameran Jerman Untuk Pemula)
    Guten tag Leute :) Sebenarnya jujur, kejadian ini udah berlangsung sekitar sebulan yang lalu, tetapi nggak sempat ceritanya karena bentro...
  • #1 Babak Kedua Gunung Gergaji : Mengulang Pengembaraan di Barisan Karst Sangkulirang-Mangkalihat
     "Maaf ya, jika pesanmu baru bisa aku balas kira-kira hari Jumat."  Sejenak aku mengetik pesan terakhir padamu sebelum melanjutkan...
  • Sebuah Opini : Musik Klasik Untuk Semua
    Belajar musik klasik? Ogah ah, sulit, musiknya orang tua-tua. Mendingan belajar musik pop, cepet dikenal dan mudah. Mungkin banyak ...

INSTAGRAM : @FRAUNESIA

Copyright © 2015 Was ist los, Une?

Created By ThemeXpose