#6 Senyuman di Rusia : Peterhof dan Nonik Muda Rusia

Mengunjungi Saint Petersburg belum lengkap tanpa mengunjungi Peterhof Palace. Lokasinya memang diluar kota Saint Petersburg, jadi kita harus naik bus setelah stop di stasiun metro terakhir, di Ploschad Vosstaniya. Keluar metro, kita menemukan barisan bus yang menuju ke Razvodnaya atau Peterhof. Naik bus ke Peterhof sekitar 1,5 jam saja, dan bayarnya sekitar 125 rubel, nanti paklek kernetnya udah tahu, pasti diberhentikan di Peterhof. Memang kok, transportasi di Rusia menurutku cukup ramah di kantong daripada transportasi di Eropa yang mahal sekali.
Katanya, Peterhof adalah istana Versaille-nya Rusia, tapi apakah benar? Yuk, mari kita buktikan !


Sebenarnya kalau cuma keliling dan berfoto-foto di bagian luarnya saja gratis. Tapi infonya didalam ada taman musim gugur yang cantik sekali, maka aku beli tiket masuk ke taman (diluar tiket masuk istana). Kalau masuk istana aku memang nggak tertarik karena antrean yang panjang sekali. Mending kita eksplorasi taman di Peterhof saja.
Tiket masuk taman
Suasana di taman itu benar-benar indah! Dedaunan menguning dan jatuh diterpa angin, makhluk-makhluk hutan berlarian kesana kemari mencari stok makanan untuk persiapan hibernasi panjang selama musim dingin. Pengunjung pun tak mau ketinggalan untuk berlarian dan berfoto. Bener...nggak menyesal mengunjungi lokasi bak film-film kartun ini. Samar-samar aku mendengar alunan musik klasik karya Vivaldi, Autumn.
Sambil dengerin musik karya Antonio Vivaldi : Autumn
Hari ini pun aku berencana bertemu dengan gadis lokal asal Saint Petersburg yang kukenal dari aplikasi Couchsurfing dan menginap di flatnya semalam. Namanya Natalia Tserkovnaya, dari foto-foto di aplikasi CS nya, dia adalah seorang pelatih aikido. Wah seram, jadi aku nggak berani macam-macam, nanti dibanting, hehe.
Kami bertemu di Chernyshevskaya. Gadis itu sangat cantik, (eh tapi kebanyakan gadis Rusia seperti itu sih) tinggi, dan yang penting bahasa Inggrisnya lancar.
"Natalia!" Sapaku pertama mendapati dia.
"Unesia..bagaimana harimu?" tanyanya ramah.
"Aku hari ini dari Peterhof Palace,"
"Oh...itu tempat yang sangat indah, aku suka. Terakhir aku kesana di tahun 2013. Oh ya, sebelum ke flatku, mungkin kamu perlu membeli beberapa makanan, mungkin. Kita ke supermarket dulu."
Aku mengangguk cepat. Tentu saja, beberapa hari ini aku sudah kehabisan snack dan makanan karena tidak menemukan supermarket di sekitar tempat tinggalku. Natalia membantuku untuk mencari bahan makanan yang aku butuhkan. Aku mengambil susu, granola dan  cherry pie untuk sarapan.
Gadis itu tinggal di flat yang sedikit tua, dan sendirian. Lokasinya di lantai tiga, dan ketika masuk ke kediamannya, aku mendapati kaca pintunya pecah. Ia menangkap raut kekhawatiranku dan langsung berkata sambil malu-malu, "Ini dipecahkan pacarku, kemarin kami sempat berantem," 
Ia melepas paltonya, mengajakku ke dapur dan sedikit berbincang-bincang sambil makan roti lafaz, khas Armenia.
Kembar beda negara
"Bahasa Inggrismu bagus juga yah," aku memulai pembicaraan.
"Haha...aku sering bertanding aikido keluar negeri, jadi aku harus bisa berbahasa inggris. Bulan depan aku mau ke Finlandia."
"Wah keren," jawabku sambil terus mengunyah.
"Tapi aku sedang belajar bahasa Perancis loh. Ehm, Unesia kalau mau belajar bahasa Rusia sedikit aku bisa ajarin kamu," Katanya sembari mengambil pulpen dan kertas. Ia menuliskan beberapa kalimat sederhana dalam aksara kiril, dan aku bisa membacanya.
"Unesia bisa baca?" Serunya terhenyak. "Padahal bahasa Rusia susah loh,"
"Aku sempat belajar abjadnya."
"Good...eh di Saint Petersburg lagi hujan terus, Unesia. Kamu tahu kan, kota ini identik dengan Kucing, Hujan, dan Pelabuhan."
"Oh ya?"
"Iya, disini dekat dengan laut, ada pelabuhan besar, curah hujan tinggi, dan kami semua suka kucing! Hmm...Kamu pengen jalan ke Negara mana lagi?"
"Belum tahu sih, hehe. Kalau kamu?"
"Tentu saja Jepang ! Aku sangat tergila-gila dengan Jepang, dan kemarin aku sempat mendapat surfer dari Jepang, dan ia memberiku ini !"
Jawabnya riang sembari menunjukkanku hiasan dinding khas Jepang. Oh ya, aku juga memberikannya kerajinan manik-manik khas Kalimantan kepada gadis itu.
"Apa rencanamu besok? Aku besok pagi berangkat kuliah," Katanya.
"Hm...mungkin aku besok ikut kamu keluar, jalan-jalan disekitar kota saja."
"Baiklah Unesia, semoga kota ini memberimu kesan baik."
Kami mengobrol banyak...dan akhirnya kami berstirahat untuk hari esok.
Hujan masih menyiram kota itu. Seperti kota Bogor, curah hujannya tinggi. Natalia telah bersiap menuju kampus dengan jaket tebalnya, tak lupa ia membawa payung. 
"Mungkin kita bisa ketemu di lain waktu," jelasku di stasiun metro sebelum kami berpisah. "Maaf kalau cuma sebentar ya, senang berjumpa denganmu,"
"Iya Unesia, terima kasih banyak. Senang berjumpa denganmu. Do svidaniya!"
Sungai Neva
Gereja Kazan
Aku masih memiliki waktu seharian untuk mengeksplorasi lokasi tersembunyi di kota ini. Maka aku berkeliling di seputaran pusat kota dan mencoba memasuki toko buku terbesar disana.
Lanjut aku memasuki taman musim gugur didepan Chruch of the Savior on Spilled Blood, banyak bangku taman disana, lantai-lantai taman sudah dipenuhi guguran daun. Waktu yang paling kunikmati saat perjalanan adalah ketika sendirian seperti ini. Kebebasan. Kepuasan.
Mendekati waktu senja, aku berjalan kembali menuju Istana Musim Dingin, berjalan lurus menuju tepi selat yang memisahkan Rusia dengan Finlandia. Tak kusangka aku menemukan panorama matahari terbenam yang sangat indah disini !

Sedikit Blur, soalnya males pakai tripod. Jadi tangan gemetar kedinginan sambil pegang kamera
Hiruk Pikuk Saint Petersburg
Malam mulai merambat perlahan. Aku masih saja berjalan sendirian disana. Entah mengapa aku tak merasa ketakutan sama sekali. Santai, seperti masyarakat lokal padahal suasana termasuk cukup sepi terlebih lagi melewati jalan-jalan kecil. Alhamdulillah Allah masih melindungiku. Cukup takut juga kembali dengan metro malam-malam saat rush hour seperti ini, karena rawan kasus pencopetan. Tapi syukurlah, aku kembali ke studio dengan selamat. 

Unesia Drajadispa

No comments: