13 Oktober 2015 *Masih di Plawangan Sembalun*
Yang Selalu ada di saat pagiku membuka mata |
Awan yang menyelimuti Segara Anak |
Pagi membuka mata, hamparan alam mahasempurna menghampar di depanku. Punggungan Plawangan Sembalun di pagi hari sangat indah. Rutinitas pagi itu pun mulai dilakukan, mulai boker yang menghadap langsung segara anak dengan awan yang menggumpal, gosok gigi, foto-foto, menikmati sunrise dan packing ulang untuk turun ke Segara Anakan.
Sampahnya menyedihkan :( |
Author nya narsis |
Aku menyesap kopi dan sarapan sup hangat dengan mirrorless yang masih tergantung dileher. Menikmati semuanya di depan mataku.
"Turun Segara butuh waktu 4 jam, medannya cukup berbatu, ekstrim." Kata Aris.
"Saya spesialis turunan," kelakarku. Insyaallah 3,5 jam saja sampai, pikirku begitu.
Ternyata benar saja. Turunan ke Segara benar-benar mengerikan. Berbatu dan harus pandai memilah pijakan agar tak tergelincir. Aku menamakannya dengan turunan penyesalan.
Kalau masalah turunan aku memang sedikit gesit. Pijak sana-sini, lalu lompat dan sedikit berlari, 3 jam kemudian sudah sampai di Segara Anak (pukul 12 siang), semak-semak menuju Segara Anakan jorok, banyak tisu basah dan kotoran manusia berserakan sembarangan dengan bau yang tak mengenakkan.
Selalu dikotori dengan tissu yang menyelimuti kotoran manusia |
Segara Anak Pagi Hari |
Aku membuka sepatu. Jemariku bengkak karena kebanyakan ngerem. Dengkul ngilu sekali.
"Ayo ke hot spring, pegelnya dijamin ilang." ajak Ayu dan Putri. "Ditunjukin sama si Aris jalannya,"
Aku mengiyakan saja, daripada istirahat duduk diam menikmati semilir angin lalu tertidur, tak ada gunanya.
Aiq Kalak, sumber gambar : http://www.panoramio.com/photo/84914813 |
Jarak menuju hot spring Aiq Kalak sekitar 800 m. Setelah itu kudapati kepulan asap tebal di sebuah cerukan, ternyata itulah hotspring nya. Banyak warga lokal yang melakukan pengobatan disana, seperti reumatik dan beberapa penyakit yang berhubungan dengan saraf. Memang setelah aku berendam disana, tubuh serasa dipijat pijat. Lelah hilang seketika.
Sorenya acara bebas, kita berfoto ria dan merayakan ulang tahun ke 20 salah satu peserta trip, Devi. Ah, betapa menyenangkannya merayakan hari istimewa di tempat yang istimewa pula !
14 Oktober 2015 (Turun ke Senaru)
Kata Arga, turun ke Senaru harus naik dulu ke Pelawangan Senaru selama 4 jam, setelah itu turun ke Senaru 6 jam, dan itu berbatu seperti jalan turunan ke Segara anakan. Duh, naik lagi, bawa keril pula!
"Itu empat jam versi porter, kalau versiku sih dua kali lipatnya. Kalian udah di Gili Trawangan aku masih jalan di Senaru," goda Oma (panggilan akrab Fikha, cewek asli Bekasi)
Apalagi aku.
Karena ini perjuangan terakhir di Rinjani, aku kumpulkan semua energiku walau kaki masih sakit. Apalagi dengan iming-iming bonus pemandangan super keren sepanjang perjalanan.
"Sepanjang jalan nggak ada sumber air, jadi pastikan logistik air cukup, minimal tiap orang bawa satu botol 1,5 L dan 700 mL." kata Arga.
Aduh, aku kehabisan botol 700 mL, jadinya aku bawa air cuma 1,5 L saja. Khawatir banget :( Kata Arga cara menghemat air adalah dengan sekali minum pake lima teguk. Entahlah cara itu berhasil atau tidak, tergantung sugesti diri saja.
Mulailah perjalanan menuju Senaru, diawali dengan mengitari Segara Anak, lalu mulai menanjak perlahan. Selama dua jam aku kira sudah sampai puncak ternyata hanya puncak bonus. Nah disini keagungan Segara Anak mulai terlihat. Indah sekali, airnya toska berkilauan diterpa mentari. Gunung Barujari yang mengepulkan asap, dan puncak Anjani yang jauh disana. Semua terlihat jelas dan sempurna.
Pemandangan menuju Pelawangan Senaru (iPhone 5 no editing) |
Kami berebutan saling memotret dari angle terbaik. Langit biru cerah dan awan putih paduan sempurna untuk berfoto. Dalam kondisi trekking seperti ini aku nggak menggunakan mirrorless, karena cukup ribet buka tutup tas kamera dan rawan terkena debu yang bisa masuk ke sensor juga. Aku menggunakan my everyday camera, yaitu ponsel iPhone 5 ku, bentuknya kecil, mudah dikantongi dan hasilnya cukup bagus menurutku dan menurut mas Wira Nurmansyah disini http://www.wiranurmansyah.com/iphone-5c-my-everyday-camera .
Sweep Panorama iPhone 5 |
Treknya memang berbatu, mirip dengan turunan ke Segara Anak tapi ini tanjakan. Entah kenapa aku cukup bersemangat melewati tanjakan demi tanjakan sambil berfoto ria, hingga sampai di Plawangan Senaru.
Panjat Tebing Pake Keril |
Matahari bersinar cukup terik, tapi kabut tipis mulai turun. Karena kelelahan maka aku berjalan agak pelan dan terpisah dari rombongan. Aku berjalan sendiri menembus kabut. Sempat khawatir, ketakutan tersesat. Berusaha mencari jejak sepatu yang ada. Aku berteriak, tapi tak ada jawaban, maka aku memutuskan berjalan terus.
Hingga aku bertemu sebuah pondok dan beberapa orang yang beristirahat disana.
"Pak, lihat porter dan cewek baju kuning lewat?" tanyaku.
"Baru saja lurus," jawabnya. Aku memilih beristirahat sebentar dan makan cokelat untuk keperluan gula dan dipecah menjadi energi.
"Mbak, kita mau jalan, kalau mau ikut silakan. Jangan terlalu lama disini, banyak monyet liar."
Aku mengiyakannya aja, walau tak kenal. Sedikit berbincang-bincang saja, dia warga Senaru yang mancing di Segara Anak dan melakukan pengobatan di Aiq Kalak, sumber air panas di sekitaran Segara Anak. Dia senang kalau Rinjani dikunjungi banyak orang, dan salut aku jauh-jauh dari Kalimantan kesini, haha.
Ternyata aku tak tersesat, aku bertemu teman-teman sedang beristirahat dan para porter sedang menyiapkan makan siang. Aku mengucapkan terima kasih dan salam perpisahan *jiiaah kepada bapak-bapak itu. Apesnya di Senaru banyak monyet liar dimana ketika mencium bau makanan dia langsung mendekat serta membawa seluruh pasukannya.
Jalur di Senaru |
Kami makan tak tenang, tergesa-gesa karena khawatir dikacau si monyet. Lalu turun ke Senaru.
Perjalanan ke Senaru full turunan melewati hutan tropis dengan akar yang mencuat di tanah. Berbeda dengan Sembalun yang didominasi oleh Sabana terik. Hawanya begitu sejuk, rimbun dan cukup gelap.
Perjalanan turun ke Senaru (800 mdpl) total memakan waktu 8 jam dengan cara berjalanku. Kaki memang pegal, tapi begitu bahagianya aku dapat mewujudkan mimpiku.
Terima kasih, Allah, mengijinkanku melihat tempat seindah ini.
Mission Accomplished ! |
Terima kasih :
Filosantara.
Andri Tanyen, Arga, Oma Fikha, Putri, Ayu, Ebi, Devi, Monic, Christy, Nando, Obi Blek, Evan, Steve, Om Andi, Ramos, Om Alif, Bli Made, Irvan, Guntur, Bang Yadi.
Porter dan Bang Aris yang menyelamatkan kami dari kelaparan selama di Rinjani :D
"Kamu boleh kalah, kamu boleh lelah. Tapi kamu tak boleh menyerah."
No comments:
Post a Comment