*Rrrr…rrrrr (Suara ponsel)
Une : Halo mas?
Spv har : Halo Une? Senin bisa ke
Balikpapan kah?
Une : Oooh iya mas? Acara apa?
Spv har : Pembahasan SOP, maaf
aku nggak bisa dampingin. Tiga hari ya. Acaranya jam 8 pagi.
Une : Sama siapa?
Spv har : Lupi.
Une : Oohhh iya mas, aku
koordinasikan sama Lupi, makasih ya mas (berkata dengan nada riang)
*Klik
Woow, besok berangkat ke
Balikpapan lagi, capek, perjalanan Bontang Balikpapan itu 6 jam dengan kondisi
jalan bikin mual seperti itu.
Tapi tunggu. Senin pagi.
Berarti…biasanya berangkat jam tiga pagi? Jam tiga pagi itu Final Piala Dunia
antara Jerman dan Argentina ! Mati! Itu berarti aku terancam nggak bisa lihat
final piala dunia dong! Terlebih lagi partner satunya nggak suka nonton bola,
jadinya ya dia lebih memilih berangkat pagi sekitar jam tiga-an. Tentu saja aku
menolak sekuat tenaga, dan muncul ide bahwa aku harus nonton di Balikpapan.
That’s a final and important match, tim favoritku. Mana bisa aku
meninggalkannya!
“Lupi ! Pokoknya harus berangkat
jam Sembilan malam! AKU MAU NONTON FINAL BOLA! “ kataku sedikit menahan tangis
saat menelepon Lupi (partner ke Balikpapan) untuk mengkonfrimasi jam keberangkatan. “POKOKNYA JAM
SEMBILAN! JAGOANKU MAIN !”
“Oooh, jam Sembilan malam toh,
okelah, aku bilang sama drivernya dulu.” Katanya nurut-nurut aja.
Tak kusangka hasil bujukanku
manjur secepat ini, dia langsung minta berangkat jam 9 malam. Hahaha…lega bukan
main !
Malam itu kendaraan yang aku
tumpangi membelah gelapnya jalan yang menghubungkan Bontang Balikpapan.
Sepanjang jalan aku tidur pula dan tidak menghiraukan goncangan yang menggoyang
tubuhku. Harus fresh untuk nonton jagoan tanding.
Sekitar jam tiga aku telah
membuka mataku. Segar. Samar-samar aku lihat layar lebar di kafe pinggir jalan.
Hijau, dengan benda kecil bergerak-gerak. Aaaah! Final sudah mulai !
“PAAAK….FINAL SUDAH MULAI!!
CEPAAAAT…!!!” Kataku mulai gusar nggak karuan.
“Eeeh? Emang ii…iya mbak?
Kayaknya mulainya jam 4 deh? Ini masih jam setengah empat?” Sang driver mulai
kebingungan, dan kurasakan dia sedikit menambah kecepatan mobilnya. Lupi masih
tertidur di kursi depan.
“ITUUU…” Aku menunjuk tv kecil di
warung kopi yang kami lewati. Mobil semakin kencang membelah jalanan. Aku makin
deg-degan, Jerman harus menang!
“Nonton dimana ini mbak?
Penginapan?”
“IYAAA…DIMANA AJA
PAK….ADUUUHH….20 MENIT SUDAAHHH….” Aku mulai menceracau samibil melirik jam di mobil. Jalan ini semakin tak
bertepi rasanya.
Sepuluh menit kemudian mobil
telah memasuki pelataran penginapan. Belum parkir secara sempurna, aku melompat
keluar sambil membawa boneka sapi dan pintu mobil tidak aku tutup. Berlari ke
pos satpam dalam kondisi belum tanya kamar sambil teriak “AKU MAU NONTON
BOLAAA….”
Duduk khidmat, memeluk boneka
Sapi dengan muka pucat. Mulut tak henti teriak ketika bola luput ke gawang dan ketika
Argentina menjebol gawang Jerman, dan itu offside. Dan Jerman hampir menjebol
gawang Romero, tetapi membentur mistar. Gilaaa…aku heboh sekali. Dan Satpam
terheran-heran atas ulahku.
“Ne, penginapan penuh, gimana?”
Lupi membawa sebuah kabar tidak melegakan. “Kita nginep dimana?”
“Penginapan sebelah,” Jawabku
singkat tanpa mengindahkan pandangan dari tv 16 inch di pos satpam.
Babak pertama, kedudukan masih
sama, skor kacamata, 0-0. Aku dan Lupi bergegas ke penginapan sebelah,
khususnya aku paling gusar. Sesampainya disana, belum check in aku sudah
melompat ke kursi lobi untuk menonton babak kedua.
“Tolong check-in kan, Lup!”
Perintahku dari atas sofa di lobi hotel.
Jantungku berdetak cepat. Jerman
main menyerang, seperti mesin diesel. Ganas. Gol-gol hampir tercipta. Aku
bergegas sahur di ruang makan hotel dan tetap nonton bola.
“Oooooh…..Aaaahhh.....!
Hampiiiirr…” Aku teriak keras, menarik perhatian karyawan ruang makan saat itu.
Tak jarang aku meninju boneka sapi sebagai symbol emosiku.
Setelah sahur, aku kembali ke
lobi hotel. Nonton bareng tamu dan karyawan hotel. Saat itu dibagi menjadi kubu
Jerman dan Argentina. Kami saling ejek dan perang urat saraf. Suaraku keras
sekali saat teriak. Sapi kulempar-lempar saking keselnya, 90 menit belum ada
gol satupun!
"Jerman pasti kalah," ejek salah seorang fans Argentina "Bentar lagi Schweinsteiger kartu merah"
Aku diem, lihat saja sebentar lagi.
Extra time 30 menit. Semakin
panas. Pendukung Argentina teriak-teriak Jerman bakalan kalah. Kuping panas
membara, tapi tak aku hiraukan. Tak lama kemudian…
Beberapa ekspresi kemenangan |
GÖTZE ! Goooolllll!
Aku jingkrak-jingkrak tak tahu
malu. Joget sambil bawa sapi. Beberapa pendukung Argentina mulai kembali ke
kamar. Jerman bakalan menang, laga ini berlangsung ketat, sedangkan waktu
tinggal beberapa menit lagi.
End Of Extra Time !
Jerman Menang!! Aku tepuk tangan
tiada henti sambil berlalu ke kamar. Orang-orang menatapku aneh dan
geleng-geleng kepala. Ponselku rame ucapan selamat dari papi, dan temanku yang
mengetahui betapa fanatiknya aku dengan timnas Jerman. Saat itu pukul 06.00
WITA, sedangkan aku harus ke kantor pukul 08.00. Tidak tidur sama sekali. Pasti
di kantor aku terkantuk-kantuk nggak jelas, hehehe. Jangan ditiru !
Asyik, pasti seneng banget ya :3 |
Tapi aku lega, impian jadi nyata,
walau butuh sedikit pengorbanan, hehe. Hidup Jerman !! Bertambah lagi satu bintang untukmu !
*Banyak sejarah di kemenangan
Jerman kali ini, seperti :
1. Jerman menjadi Negara pertama
yang juara Piala Dunia di Amerika
2. Miroslav Klose, striker sepuh
berhasil memecahkan rekor 16 gol sebagai top skorer piala dunia sepanjang masa.
3. Eropa menjadi benua pertama yang menjuarai piala dunia tiga kali berturut-turut
4. Lima dari tujuh final piala dunia selalu berakhir tanpa gol di babak pertama
5. Jerman menjadi tim paling banyak menghantamkan bola ke tiang gawang (44) di PD sejak 1966
Dan, ada yang paling lucu :
Seniorku saat kuliah, namanya
Arwanjer Semit. Ternyata itu adalah singkatan dari Final Piala Dunia 24 tahun
lalu. Argentina melawan Jerman Sembilan Puluh di Italia. Saat itu yang menang
Jerman, dan kini terulang lagi. Wow, nama unik yang tak terpikirkan sebelumnya.
Akibat bapak gibol :3
See You In Russia 2018 !
*Sumber gambar : Facebook DFB Team
No comments:
Post a Comment