Sengaja aku mencomot judul lagu
Maher Zain. Buka plagiat, tapi isi tulisanku memang seperti itu adanya.
Teruntuk sisa hidupku, dimanapun
engkau berada,
Aku hanya ingin bercerita,
mencurahkan segala kondisiku saat ini. Ya, agar kamu tahu dan memaklumi
keadaanku. Hidup sendiri, berjuang sendiri, jauh dari sanak, saudara, keluarga.
Berusaha beradaptasi dengan orang yang baru dikenal, menciptakan suasana
kekeluargaan yang baru, menguasai lingkungan dan sekitarnya, serta tidak begitu
saja mempercayai orang lain yang baru dikenal. Bagi gadis seusia 20 tahun
sepertiku, dengan sifat kekanak-kanakan seperti ini, oh ya, bukan hanya
kekanak-kanakan, aku pun pendiam dan sedikit tertutup terhadap orang baru,
segalanya terasa cukup sulit. Melalui masa-masa kenekatanku bertanya sana-sini,
sok akrab dan sok kenal, membiasakan diri, berpura-pura seolah telah lama
saling mengenal. Proses pendewasaan diri? Tidak kurasa, sikapku sama saja
seperti yang biasanya.
Teruntuk sisa hidupku, dimanapun
engkau berada,
Hari dan minggu-minggu pertama
kerja, aku bersyukur. Dengan keberanian dan kepercayadirianku, aku tidak jadi
pengangguran, seperti yang banyak orang takutkan dan banyak teman keluhkan di
hari-hari pertama : Bingung nih mau kerja apa ! Tapi aku modal nekat, tanya
SDM, tanya Asisten Manajer, tanya supervisor, aku mau gimana? Aku kerja apa?
Ya, aku ini sudah kerja masa dibiarin menganggur seperti anak internship saja.
Syukurlah, pekerjaan mulai datang, beruntungnya lagi supervisorku workaholic,
jadi pekerjaan seakan tak ada pangkal-ujungnya.
Teruntuk sisa hidupku, dimanapun
engkau berada,
Akhirnya aku pun mulai
beradaptasi di kota ini. Aku merasa lebih nyaman dari tempat OJT sebelumnya,
karena..yah mungkin kamu tahu bagaimana. Terluntang-lantung numpang di rumah
pegawai, kesusahan mencari kos, bertahan dalam rasa sungkan, bertahan dengan
uang saku yang dihemat-hematkan, anehnya aku nggak kurus juga. Mungkin kamu
tertawa ya, kalau aku bilang nggak kurus juga, hehe.
Teruntuk sisa hidupku, dimanapun
engkau berada,
Untukmu, yang akupun tak tahu
siapa engkau. Tidak peduli seberapa luas dan dalam samudera memisahkan kita,
walaupun kita tidak pernah bertemu dan mengenal sebelumnya, tapi apabila sudah
takdir, semuanya pasti terjadi juga. Dan apakah kamu tahu bahwa hati ini sudah
tak sabar bertemu denganmu…
Teruntuk sisa hidupku, dimanapun
engkau berada,
Aku mulai…mulai malas hidup
sendiri. Aku bekerja di bidang teknik, dimana aku banyak berinteraksi dengan
lawan jenis dalam hal pekerjaan. Kadangkala saking akrabnya, mereka sampai
berani memegang tangan, pipi, hingga ada yang mendekati aku. Aku risih, nggak
suka. AKu hanya ingin berteman biasa saja,
aku nggak mau mengulang kisah cinta yang buruk beberapa tahun silam. Oh,
aku nggak mau mengingatnya lagi, memori itu sungguh buruk !
Teruntuk sisa hidupku, dimanapun
engkau berada,
Kata orang-orang aku ini asyik
kalau diajak berteman, tapi pendiam juga. Tapi aku mulai kesal, banyak orang
yang bertanya : siapa pacarmu, anak mana, kenapa nggak punya pacar?
Teruntuk sisa hidupku, dimanapun
engkau berada,
Rasanya saat ini aku sangat ingin
hidup denganmu, dimana dirimu sangat kubutuhkan sebagai iman, guru, dan
melindungiku dari orang lain. Jauh dari keluarga, terasa nyaman apabila hidup
denganmu. Aku akan punya teman hidup, nggak kesepian, nggak sendirian lagi.
Teruntuk sisa hidupku, dimanapun
engkau berada,
Siapakah dirimu? Mungkin kamu,
yang sedang membaca tulisanku saat ini.
No comments:
Post a Comment