Bebas dari diklat, itu berarti terbebas juga dari hati yang
terpenjara. Bagaimana tidak? 3 bulan nggak boleh kemana-mana bung, bisanya
berkeliling bagaikan burung dalam sangkar, hanya bisa menanti apa yang
diberikan oleh tuannya. Please, kami selama diklat itu disayaaaang banget :3
tapi cara menyayangi kami itu kadang-kadang
malah bikin bosan dan dongkol. Kalau melihat orang lalu-lalang dijalan
raya, rasanya iri setengah mati…
Tanggal 30 Desember 2013, hari yang paling bersejarah, aku
bebas dari hati yang terpenjara. Setelah post test yang hasilnya cukup
memuaskan, akupun pulang ke Surabaya. Karena aku punya rencana luar biasa untuk
keesokan harinya :)
31 Desember 2013
Aku mulai deg-degan. Takut rencanaku mendadak dilarang ortu
gara-gara tempat On Job Training-ku di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur. Takut
staminaku mendadak drop. Tapi aku bersikeras bakal baik-baik aja, karena aku
tahu sebuah kesempatan langka dan indah itu layak untuk diperjuangkan ! Kalo
rencana pendakian gunung selalu ada aja banyak hambatan. Terutama persetujuan
dari emak, hehehe.
Jadilah, pukul 17.30 WIB , aku berangkat dari eks kampus
tercinta, ITS untuk memulai petualangan yang selalu aku mimpikan selama hatiku
masih terpenjara. Walau badan lelah juga dan khawatir bakal turun hujan, tetapi
aku tetap positive thinking, everything will be ok. Persiapan fisik pun aku
rasa cukup, karena selama diklat aku sering jogging pagi.
Oh ya, saat itu yang ikut dalam pendakian ada 4 orang,
semuanya ITS angkatan 2012, kecuali aku, tapi masih seumuran, haha. Walaupun
gitu aku kok merasa udah jadi emak-emak XD
Perjalanan menuju Trawas, Surabaya sekitar 2-2,5 jam.
Trawas, ada desa Tamiajeng yang merupakan pos pendakian Gunung Penanggungan.
Selain Tamiajeng ada juga pos Jolotundo. Aku udah bayangin selama diklat, betapa
indahnya melihat kembang api dari ketinggian sana :D
Pendakian kami mulai dari jam 21.00 dengan target pukul
00.00 sudah berada di camp site puncak bayangan, menikmati tahun baru dari sana,
benar-benar sesuatu yang langka, karena selama ini aku hanya biasa tidur saat
malam tahun baru :D
Selama pendakian, kami bareng sama grup lain karena memang
masih belum tahu jalur. Apalagi pendakian malam, suram banget. Habis hujan
pula, jadi treknya licin dan nyebelin . Treknya naik terus, nggak ada yang
landai didominasi dengan bebatuan sedang yang bikin makin seru trekking.
Menurutku, ini mirip seperti pos 3 menuju Ranukumbolo tapi nggak ada ujungnya.
Walaupun Penanggungan memiliki tinggi ‘hanya’ 1653 mdpl, tapi trekknya
benar-benar menguji sampai batas maksimal ketahanan kakiku.
Jalur yang licin sukses membuatku terpeleset berkali-kali.
Jaket baru tak ayal menjadi kotor. Tapi berhubung gerah, maka jaket kulepas
juga. Nafas ngos-ngosan. Tapi begitu menengok ke belakang, tak terasa diriku
sudah berada diatas awan, kembang api mulai bersahut-sahutan. Sayup-sayup ada
pendaki lain yang berteriak karena telah mencapai puncak bayangan. Oke, aku
nggak mau kalah !
Pemandangan kota dibawah ketinggian 1000 m |
Pukul 00,00, kami telah berada di puncak bayangan. Estimasi
waktu yang pas! Sambil mengatur nafas kami menikmati pemandangan yang sangat
indah dibawah sambil bales sms temen. Aku kira selama ini hanya bisa mimpi,
tapi sekarang menjadi nyata. Oh ya, berhubung angin bertiup kencang, jadi kami
memilih untuk tidur dan tidak ngopi setelah menikmati kembang api. Frohes neues
jahr :)
Kembang api terekam kamera |
1 Januari 2014, 04.30
Aku dibangunin temenku untuk sholat subuh, padahal masih
ngantuk berat. Diluar dingin banget. Tapi targetku adalah ngecengin sunrise di
puncak, maka dari itu aku harus bergegas.
Pukul 05.00, aku sama seorang temenku naik puncak, hanya
berdua. Yang lainnya jagain tenda. Dan, apa yang terjadi? Treknya gila banget,
enam puluh derajat dengan jalanan yang licin dan penuh batu. Untung banget
nggak bawa carrier. Gunung yang selama ini indah kupandang dari tempat diklatku
di Pandaan, punya trek spektakuler kayak gini? Hahaha. Lanjut aja bung, walau
kakiku memar karena bolak-balik terpeleset dan terbentur batu. Aku yakin,
puncak pasti indah !
Serem bro kalo liat bawah |
Apalagi trek kepuncak kayak gini -_- |
1,5 jam menuju puncak untuk mencapai gemilang cahaya
sunrise. Ternyata, langit mendung. Kelabu, hanya ada gumpalan awan. Hanya
tampak semburat jingga pucat di kejauhan. Kecewa banget, haha. Aku hanya bisa
memandang semburan lumpur lapindo, jembatan Suramadu, kota Surabaya, kali Porong, Arjuno-Welirang,
dan kota-kota ‘kurcaci’ dibawah sana. Benar-benar gunung tengah kota yang indah ! Tapi aku tetap seneng, karena masih bisa
foto-foto. Gunung Semeru aja nggak kelihatan -_- tapi aku masih bisa melihat
awan melintas didepan mataku dengan
langit yang agak biru :)
Semburan Lapindo |
Puncaaaak ! |
Karena kabut mulai turun, aku pun memutuskan untuk turun
juga. Turun dari puncak kaki tambah sakit karena menahan berat badan agar nggak
terpeleset. Perut udah lapar banget, bayangan mie rebus udah melayang layang di
kepalaku :D
Pulaaang |
Setelah sampai di camp site, aku langsung buat mie.
Diselubungi oleh kabut tipis. Setelah itu kami putuskan langsung pulang, capek,
apalagi besok partnerku harus kuliah pagi.
Perjalanan turun? Parah banget. Karena udah capek, aku
terpeleset berkali-kali hingga keseleo. Kakiku udah lemes sambil berjalan
terseok-seok. Aku langsung pulang kampung ke Lumajang, karena emak sudah
harap-harap cemas. Sebelum tidur aku sempatkan merendam kaki dengan air hangat,
memijat kakiku dengan krim otot dan membersihkan carrier.
Keesokan harinya,
bangun tidur badanku sakit semua, jalan pun nggak bisa normal, haha. Selama 3
hari pun masih sakit banget. Tapi terselip rasa bangga dalam hati: ‘Impianku
selama diklat terkabul, yey!’
*Terima kasih partnerku yang udah capek nemenin aku, semoga
sukses, sehat , dan selalu dalam lindungannya :D
No comments:
Post a Comment