Butterfly Lovers Concert (Sampek-Engtay)

Halo kawan-kawan ! Akhirnya sesuai janji aku dapat menceritakan kembali acara konser yang kulihat semalam ! Temanya adalah Butterfly Lovers (Sampek-Engtay) yang diangkat dari legenda ala Romeo Juliet yang terkenal di China.

Konser menawan Butterfly Lovers
Konser ini diselenggarakan di hotel Majapahit, Balai Adika. Persis kayak konsernya Iskandar Widjaja setahun yang lalu. Duh, nggak nyangka bisa ketemu ruangan ini lagi. :'D
Untuk masalah tempat aku sudah pesan sebulan sebelumnya yang VIP, bayarnya sedikit agak mahal, tapi enak kan bisa duduk di depan sendiri bersama orang-orang yang istimewa juga, dan tentunya nggak kesulitan mengambil gambar. Hahaha...like a boss !
Konser ini dibawakan oleh 4 pemusik profesional, terdiri dari pemain piano, biola, harpa dan clarinet. Dan komposisi yang dibawakan adalah komposisi dari Asia yang komposernya masih hidup, hmm...makanya kok lagunya asing semua ya! Tapi yang Sampek Engtay aku pernah dengar di radio :D

Berikut adalah daftar komposisi yang dimainkan :
1. Variations On A theme From Silvana Op.33 (Carl Maria von Weber)
2. Menanti Senja (Glenn Bagus Zulkarnain)
3. The Danza Ritual Del Fuego (Manuel de Falla)
4. Romance (Glenn Bagus Zulkarnain)
5. Butterfly Lovers Violin Concerto (Chen Gang dan He Zhanhao)
6. Malai (Vanich Potavanich)
7. Kazabue (Michiru Oshima)

Oh ya, aku ingin cerita sedikit tentang Sampek-Engtay yang sempat ditampilkan di slide saat konser kemarin, (sumpah aku terharu sekalii..) :
Ilustrasi Sampek-Engtay
                             
Jaman dahulu kala ada anak gadis (Engtay) yang dikekang sama orang tuanya, harus nurut sama orang tuanya untuk dinikah paksakan dengan lelaki pilihan ortu nya. Si gadis ingin kabur, maka dari itu ia menyamar menjadi laki-laki untuk kabur ke Huangzu.
Di Huangzu ia belajar dengan keras, sampai pada akhirnya ia bertemu dengan pria tampan dan ia mulai jatuh cinta padanya. Sayang sekali Sampek (si cowok) nggak menyadari bahwa Engtay itu cewek, wong Sampek itu nyamar jadi cowok kan...hehehe
Hari demi hari berlalu, mereka berteman kian akrab. Engtay benar-benar jatuh hati pada Sampek, tapi ia belum berani mengungkap jati dirinya sebagai seorang wanita. Jelas Sampek tidak tahu, dan menganggap Engtay itu pria.
Sampai pada suatu hari Engtay punya ide. Ia bercerita pada Sampek bahwa ia memiliki seorang adik cewek yang cantik dan seumuran dengan Sampek. Sampek meyakinkan bahwa Sampek pasti akan suka padanya. Padahal adik yang Engtay maksud adalah dirinya sendiri.
Sampek menyetujuinya, ia lalu mendatangi rumah Engtay untuk menemui 'adik perempuan' Engtay. Namun maksud itu diketahui ayah Engtay yang superkejam ! Sampek diusir oleh ayah Engtay dan mengatakan bahwa Engtay udah dijodohkan.
Sampek kecewa berat, stress, depresi, nggak mau makan, minum, putus asa. Yang dipikirkan hanya Engtay aja. Sampai akhirnya ia meninggal karena patah hatinya.
Engtay yang mengetahui hal itu kecewa berat juga, apalagi ia mau dinikahkan sama orang tuanya. Engtay akhirnya menyetujui pernikahan itu, asal dengan satu syarat : mengunjungi makam Sampek terlebih dahulu sebelum menikah. Ayahnya pun menyetujuinya.
Beberapa hari sebelum pernikahannya, Engtay mengunjungi makam Sampek dengan beberapa pengawal. Engtay berdoa agar ia dapat bersama Sampek selamanya walaupun telah tiada. 
Tuhan seakan mendengar doa Engtay, lalu tiba-tiba petir menyambar makam Sampek hingga terbelah ! Engtay dapat melihat jasad Sampek terbujur kaku didalamnya. Tanpa pikir panjang lagi, Engtay melompat kedalam makam Sampek berharap agar bisa bersama selamanya. Tiba-tiba kuburan itu menutup kembali. Pengawal kebingungan dan segera menggali kuburannya untuk menyelamatkan Engtay !
Namun ajaibnya, ia tidak menemukan Sampek maupun Engtay, yang ada hanyalah dua ekor kupu-kupu yang terbang beriringan dari dalam makam ! Mereka meyakini bahwa dua kupu-kupu itu adalah reinkarnasi dari Sampek dan Engtay. 
Kupu-kupu itu terbang bebas, dan bersama untuk selamanya !

Aduh...romantis sekali ceritanya, sampai sekarang pun masih terbayang bayang cerita itu :D

Unesia Drajadispa

No comments: