"Buktikan kalau Lumajang nggak hanya punya Gunung Semeru !
Sudah terbukti melalui post ini kan?"
Panorama seindah ini seharusnya layak juga dijadikan syuting film, entah judulnya 30 cm atau 40 km. Kalau aku setujunya 40 km karena jaraknya dari pusat kota Lumajang sekitar 40 km an. Jalannya juga cukup bikin orang yang nggak kuat mental meregang nyawa (heheh, maaf terlalu nakutin). Kalau pelan-pelan sekitar 2 jam, kalau normal ya 100 menitan. Kalau sedikit-sedikit berhenti buat muntah, pipis atau foto-foto lain lagi, bisa-bisa 4 jam ! :0
Kalau teman-teman ingin kesini, langsung aja menuju barat daya kota Lumajang, lewat Labruk, Tempeh, lalu kecamatan Pasirian. Bisa mengendarai sepeda motor atau mobil dan sopirnya harus berpengalaman dan tahu medan. Kalau aku nggak mau naik sepeda pancal kalau nggak mau tulang belulangku rontok, hehe :D
Selain melewati jalan alternatif pantai selatan, bisa juga melewati Pronojiwo, lewat pegunungan. Tapi itu lebih jauh karena harus memutar dan waktunya lebih lama. Medan pun juga seram. Aku pernah lewat sana dan mabok :(
Teman-teman bakal melewati kaki gunung yang jalannya naik turun serta berkelok-kelok. Biar nggak parno dibuat foto-foto pemandangan saja atau anggap jet-coaster sederhana yang alamiah. Soalnya sayang sekali kalau pemandangan seindah ini nggak dinikmati, malah menikmati maboknya itu.
Nah dibalik kaki gunung itu ada Kecamatan Tempursari. Kecamatan paling ujung dan berbatasan langsung dengan Pantai Selatan. Disitulah rumah saudaraku.
Tapi sebelum nyampai sana, kita dimanjakan oleh pemandangan perkebunan cokelat, perkebunan kelapa yang penuh dengan jerigen untuk diambil nira dan diolah menjadi gula merah. Dan juga jangan takut jalannya berlubang dan ekstrim. Jalannya sudah bagus, cor-coran tapi harus tetap waspada ya !
Berkelok-kelok, suasananya kayak di hutan Amazon ya ! |
Oh ya, Watu Gedeg adalah pantai dengan tebing yang menjulang tinggi. Lihat keatasnya aja bikin pusing, tapi sip buat foto-foto. Ombaknya besar dan seram kalau dibuat renang.
Aku dan Papan peringatan bahaya tsunami dipasang di pantai Watu Gedeg. Tapi tetap santai saja. |
Jadi kelihatan kayak raksasa :D |
(bukan) Ratu Laut Selatan |
Perbandingan antara mobil dengan tebingnya. Kebayang tingginya seberapa ? |
Sayang sekali suasananya mendung dan gerimis halus. Walau begitu kami tetap mencoba naik perahu motor untuk keliling danau air payau yang berbatasan dengan pantai. Per orang empat ribu rupiah.
Perahu gethek untuk mencari ikan atau mengantar wisatawan keliling danau |
Ketika ikan disajikan...uh sumpah nggak kuat lagi. Ikan bakar asli dengan bumbu garam dan kunyit, sambal tomat dan sambal kacang plus kecap yang superpedas membuatku tak lelah mengunyah walau berkali-kali mendesis kepedasan hingga keluar ingusnya ! Apalagi dimakan pas hujan dan suasana dingin, subhanallah...
Ikan tongkol segar siap bakar tanpa formalin
Dalam perjalanan pulang kami menyempatkan untuk mampir ke Watu Godeg walaupun hujan turun walaupun nggak deras. Watu Godeg merupakan pantai dengan batu besar di pinggirnya berbentuk layang-layang yang katanya terlihat seakan-akan menggeleng (nggodeg). Sebelumnya aku cukup bingung pantai mana yang namanya Watu Godeg atau Watu Gedeg. Yah semoga aja bener :)
Tapi aku pas kesana nggak kelihatan tuh nggodeg-nya. Karena tergesa-gesa yang disebabkan oleh hujan, ombak gede jadi pengen cepet-cepet kabur saja. Padahal pemandangannya sip bener.
|
Pantai Telepuk |
4 comments:
emang lah... q banggga kok bisa jadi nak tempursari. meski skrang q d pulai madura... tapi q masih tetap cinta Tempursari.
syukurlah :)kerja di madura mbak?
tempursari mana non..?
Aku di lumajangnya....di sukodono :)
Post a Comment