Electrocauter Kulit Per’tokek’an


                Jujur-jujuran aku baru pertama melakukan perawatan wajah. Baru tahu juga kalau ada istilah Electrocauter untuk menghilangkan kutil iseng di mukaku yang manis ini, #ceileh
                Awal cerita, aku nggak tahu kalau kulitku ini jenis kulit ‘tokek’ alias jenis kulit buruk yang mudah ditumbuhin kutil mini, jadinya mirip tokek. Kalau istilah medisnya aku sendiri belum tahu karena aku kan anak elektro, hehe :P
                Sejak kuliah tahun pertama, kulitku itu ditumbuhin semacam daging kecil di pelipis kiri dan kanan. Pas itu warnanya sama dengan kulit. Karena meneketehe dan cuek bebek, ya sudah aku abaikan, wong nggak sakit juga nggak ganggu aktivitasku.
                Nah pemirsa,  beberapa tahun setelah aku kuliah ternyata si kutil malah menebal, membesar dan menghitam, jumlahnya tambah banyak pula. Sialan, aku pun tambah bingung, apa-apaan ini. Iseng ku pegangin si kutil, eh ternyata nggak lepas. Tapi setelah ingat si Dede yang mendadak jadi manusia pohon karena iseng mencabut kutil jadi aku hilangkan kebiasaanku ngutak-atik kutilku. Dan hanya bisa memandanginya dengan hati hancur melalui cermin. Huhuhu.... :’(
                Karena udah nggak kuat melihat kutil sialan di mukaku, maka aku beranikan tanya ke emak. Emak menganjurkanku untuk memakai sabun scrub untuk mengangkat sel kulit mati. Karena aku belum puas tentang riwayat hidup si kutil, maka aku dan emakku sepakat ke dokter kulit.
                Sampai disana, kutilku dilihat dengan seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. Pak Dokter bilang kutilku udah mencapai 1 mm, jadi mending diambil saja daripada ganggu. Emang nggak sakit, tapi secara estetika bikin aku kurang pede. Apalagi aku masih muda, masih getol-getolnya dandan dan lihat cowok cakep. #ciee.. Katanya sih kutilku akibat kebanyakan terpapar sinar matahari di Surabaya yang sangat garang.
                Saat itu aku berharap hari itu kutilku bakal dihabisin juga, ternyata enggak karena menjelang hari raya Idul Fitri, takutnya ganggu penampilan karena bakalan menimbulkan bekas/keloid. Jadilah aku nunggu setelah lebaran aja, yang penting sebelum masuk kuliah.
                H+4 Idul Fitri, akhirnya hari itu aku dan emakku memutuskan hari itu untuk menghabisi kutilku. Faster is better. Keburu kuliah. Pas itu aku di Dermabrasi  jam 4 sorean.
                Pertamanya dibius topikal, kayak dikasih krim putih di sekitar kutil dan nunggu sekitar 45menitan. Kukira Cuma di pelipis aja, ternyata satu mukaku penuh dengan bibit-bibit kutil yang masih kasat mata kata dokternya. Alamak, benar-benar manusia tokek asli nih. :(
                Selama nunggu 45 menit nih serasa di neraka, tapi nerakanya ada tivi, jadilah aku nunggu sambil nonton Oggy and The Cockroaches. Takut, deg-degan, gusar. Gimana kalau nanti sakit? Katanya emakku yang sama-sama punya riwayat kulit tokek kayak aku cerita pengalamannya saat dilaser CO2, katanya clekit-clekit kayak ditusuk jarum walaupun udah dibius. Wadaow, bikin tambah mules aja perutku.
                Empat puluh lima menit pun berlalu, aku pun dipanggil ke ruang eksekusi. Aku tidur dan dokternya mengambil alat yang kayak solder tapi ujungnya melengkung. Hi, serem. Alatnya dipanasi dan tiba-tiba ditempelin di pipi yang berkutil. Suaranya nyess kayak timah disolder. Rasanya kayak digigit semut, karena udah dibius jadi terasa sekitar 20% saja.
                Satu muka pada disolderin semua. Rasanya mukaku ini seperti printed circuit board (PCB) saja. Habis disolder, di kerik buat ngilangin sisa daging dan akarnya mungkin, persis kayak nyolder rangkaian. Hii...
                Tapi pas disolder bagian kulit yang nggak kebius. MasyaAllah rasanya kayak disengat emaknya kalajengking. Pas dibawah mata. Nggak urung aku nangis nahan sakit sampe meler hidungku. Sebenarnya nggak niat nangis, Cuma nahan sakit sampai nangis. Ya ampun, 15 menit rasanya lama banget. Tapi setelah 15 menit berlalu, akhirnya aku lega banget. Kayak orang ambeien bisa buang air besar. Mukaku rasanya panas...perih...nggak karuan deh. Katanya bekas luka bakal hilang 5 hari lagi.
                Setelah itu aku dikasih salep, setelah kena air kudu diberi salep itu. Nah, pasca disolder itu aku tersiksa banget. Apalagi dua hari setelah kejadian, mukaku guatel nggak ketulungan. Itu karena bekas solderan yang mengering dan udah mau sembuh. Guatellll banget sekujur muka. Nggak boleh digaruk karena takut infeksi. Aku Cuma bisa merem melek nahan gatal  sambil ngipasi muka. Sumpah merana. Aku juga setelah wudlu sampe berjuang nahan kentut biar bisa sholat untuk waktu berikutnya. Males kalo mukaku kena air nanti disalepin lagi.
                Kepalaku juga gatel banget karena nggak bisa keramas. Aduh mak, nggak kuat lagi rasane. Sampai-sampai mukaku nggak bisa membedakan mana gatel akibat digigit nyamuk sama akibat disolder. Tapi dua hari setelah hari kejadian tak buat berenang periiih banget awalnya.
                Kapok deh ngelakukan kayak gini lagi. Tersiksa, sakit pula. Pokoknya kudu pake sunblock dan pake masker tertutup kalo naik motor. 
                Uh, pokoknya sengsara pol deh. Mau cantik aja kudu sampe kayak gini. Ya gimana lagi, derita si kulit tokek emang kayak gini. Tapi terselip rasa lega juga setelah melihat kutil sialan udah lenyap sampe akarnya juga, butuh perjuangan panjang masa hasil nggak memuaskan? Bye kutil...pergi kau keujung dunia, dehidrasi di gurun sahara, hilang di segitiga bermudaaaa...
Dasar kau parasit !

#nulis ini sambil senam wajah nahan gatel yang nggak tertahankan lagi. Semoga lima hari itu cepat berlalu, dan mukaku kembali kayak bayi ceprot lagi. Amiin. :)

Unesia Drajadispa

No comments: