Aku kali ini menaiki bus menuju kerumah dengan perasaan tak tentu. Mau menangis....menangis ke siapa? Mau marah...nanti dikira gila.....
“Pokoknya dengerin aku, Jenny, u tahu kan, kalau pacarku itu abadi, dan dikenang sepanjang masa, trusss..”
“Emang peristiwa sejarah yang unik??” selanya.
Sakit, sakit sekali hatiku mengingat perkataan Jenny 2 jam lebih 5 menit lalu.
“Cihh...fisika lagi...fisika lagi....”
Kalau perkataan yang dilontarkan oleh temanku setiap hari Selasa itu....aku....aku...tidak mampu menahan butir embunku yang sempat menggenang di pelupuk mata. Hatiku serasa......dicacah pisau berkarat.
“Emang sulit ya fisika.....”
Aku tak dapat mengendalikan emosiku. Aku mulai menangis tersedu sedan.
“Ale, kamu masuk IPS.......”
IPS??? Jeritku keras dalam hati. Menangis, akhirnya jalan yang kulakukan selanjutnya.
“Lho?? Ale, kenapa menangis???” hibur Jenny, temanku.
“Hiks..hiks....Jen...u nggak tahu balada yang terjadi di hatiku sekarang Jen....” tetap ku asyik sesenggukan.
“Aku cinta fisika!!! Aku rela melakukan apa saja untuk fisika!! Aku rela waktu itu kehujanan sepulang les fisika...AKUUUUUUUUUUUU!!!!!!!” lolongku di lorong sekolah yang senyap.
“Tapi, kenapa Fisika nggak nyintai aku?? Apa dia nggak tahu seberapa besar cintaku??? Fisika JAHAAAAAAAAT....!!!!”
“Ale...”
“Apa salahku kepadanya?? Hingga aku masuk IPS?? Hu...hu...ternyata dia itu jahat Jenny!! JAHAAAAAAAATT!!!”
“Aku juga IPS Ale, tenanglah...” Jenny membelaiku, menenangkanku.
“Huk...hu...huuu.....Jenny, sampaikan pada semuanya, jangan rebut pacarku!!”
“Huu...hu....hiks...”
Jenny tersenyum bijak.
Aku menangis akhirnya, menangis sekeras-kerasnya di sudut tenggara kamarku. Bayangan fisika dengan pacar barunya sempat berkelebat di otakku. Aku menulis diary di lembar baruku.
“Aku bergelayut di handel pintu kelas IPA, bergelantungan, sementara dibawahku terdapat gerbang menuju IPS yang siap menelan diriku yang ceroboh. Aaaaaaa....akhirnya aku sempat jatung jatuh, tapi aku sempat berpegangan di tangganya. Aku berusaha meraih pintunya, tapi.......tanganku terjepit engsel pintu IPA yang telah berkarat, jariku putus, dan aku terjatuh ditelan oleh....gerbang IPS dengan kemalangan.”
“Aku tersadar, aku kini berada di dunia IPS, aku berusaha beradaptasi, aku melihat ke atas, fisika tidak menghiraukanku sama sekali. Kini, gerbang IPA tertutup dan tiada celah bagiku selamanya.....”
Kembali ku menangis, air mataku tumpah membasahi lembaran hitam kelam di depanku. Aku berusaha tegar menghadapi kenyataan.
Aku berharap ini hanya mimpi buruk.
Aku berharap aku cepat terbangun dari mimpi ini.
Ini bukan kenyataan.
No comments:
Post a Comment